Namun, pohon kian ditebang dalam skala industri, tidak terkecuali di Amazon, di bawah pemerintahan sayap kanan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro. Hampir seperempat dari semua emisi karbon dioksida (CO2) buatan manusia dapat dikaitkan dengan aktivitas penggunaan lahan layaknya penebangan, penggundulan hutan, dan pertanian.
Manusia dilaporkan telah menebang separuh dari seluruh hutan di bumi, suatu praktik yang dinilai dua kali lipat berbahaya bagi iklim, saat pohon penghisap CO2 diganti dengan ternak atau tanaman monokultur.
Jaringan kampanye lingkungan global independen, Greenpeace pun mengkritik inisiatif di Glasgow tersebut, dikarenakan secara efektif memberikan lampu hijau untuk “satu dekade lagi deforestasi”.
“Masyarakat adat menyerukan 80 persen Amazon untuk dilindungi pada 2025 dan mereka benar, itulah yang dibutuhkan. Iklim dan alam tidak mampu membayar kesepakatan ini,” jelas Direktur Eksekutif Greenpeace Brasil, Carolina Pasquali.
Berbagai penelitian juga telah menunjukkan, cara terbaik untuk melindungi hutan di seluruh dunia adalah dengan menjaganya di bawah pengelolaan penduduk setempat dengan pengetahuan pelestarian dari generasi ke generasi.
“Kami akan mencari bukti nyata tentang transformasi dalam cara dana diinvestasikan,” ucap Koordinator Organisasi Adat di Lembah Sungai Amazon (COICA), Tuntiak Katan Jua.
Jua menambahkan, “Jika 80 persen dari apa yang diusulkan diarahkan untuk mendukung hak atas tanah dan usulan masyarakat adat dan lokal, kita akan melihat pembalikan dramatis dalam tren saat ini yang menghancurkan sumber daya alam kita.” (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News