New York: Pada 2019, Indonesia telah memprakarsai resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai ekonomi kreatif. Dalam resolusi tersebut, PBB secara aklamasi mengesahkan tahun 2021 sebagai International Year of Creative Economy for Sustainable Development 2021.
Ekonomi kreatif ini menjadi salah satu bahasan di sela Sidang ke-76 Majelis Umum PBB, yakni di acara bertajuk Ministerial Side Event on Resilient and Inclusive Creative Economy for a Thriving Future.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi turut hadir dalam acara tersebut untuk mendorong ekonomi kreatif agar menjadi arus utama di kancah global.
"Kita ingin menjaga momentum pelaksanaan tahun internasional ekonomi kreatif ini. Indonesia ingin mengarusutamakan agenda ekonomi kreatif dalam agenda masyarakat internasional," kata Menlu Retno dalam keterangan virtual kepada awak media dari New York, Sabtu, 25 September 2021.
Mengapa Indonesia terus menyuarakan ekonomi kreatif? Menlu Retno menyebut, ekonomi kreatif merupakan "solusi inovatif dalam menyikapi pandemi dan mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional."
Industri ekonomi kreatif ini, lanjut Menlu Retno, mampu menciptakan lapangan pekerjaan, mempekerjakan wanita dan anak muda, serta mengentaskan kemiskinan.
"Di sinilah peran penting ekonomi kreatif yang menyumbang lebih dari 30 juta pekerja di dunia, di mana setengahnya adalah perempuan. Di Indonesia sendiri, ekonomi kreatif mempekerjakan 14,3 persen tenaga kerja Indonesia," ungkap Menlu Retno.
Di masa pandemi seperti ini, industri kreatif terbukti mampu bukan saja bertahan, namun juga tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, International Year of Creative Economy for Sustainable Development 2021 menjadi momentum untuk lebih mendukung ekonomi kreatif sebagai upaya bagi percepatan pemulihan ekonomi global.
Bca: Membangkitkan Ekonomi dari Pandemi hingga Jadi Pandemic Winner
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan