Podolyak menulis bahwa menghindari pasokan energi Rusia adalah masalah moral dan masalah Rusia berhenti "menjadi mitra yang dapat diandalkan dan dapat diprediksi di mata dunia."
“Beralih ke saluran pasokan alternatif dengan cepat akan mahal, tetapi tidak semahal tidak melakukannya,” tulis Podolyak di Twitter.
“Dalam jangka menengah, Moskow akan menghadapi isolasi ekonomi dan politik total. Akibatnya, kemiskinan, skala yang belum dilihat Rusia,” tuturnya.
Komentarnya muncul sehari setelah Gazprom Rusia menghentikan pasokan gas alam ke Polandia dan Bulgaria.

Sekjen PBB Antonio Guterres di Kiev. Foto: AFP
Gazprom mengatakan pada Rabu bahwa Polandia dan Bulgaria belum memenuhi permintaan Rusia untuk membayar gas alam dalam rubel. Perusahaan mengatakan empat pembeli gas alam yang tidak disebutkan namanya telah membayar Rusia dalam rubel, dan 10 perusahaan Eropa telah membuat akun rubel untuk melakukan pembayaran dalam mata uang Rusia, Bloomberg News melaporkan.
Gedung Putih mengatakan Rabu bahwa langkah Rusia ini sudah diantisipasi.
"Itulah sebabnya kami, tentu saja, telah berhubungan dengan Eropa, termasuk dengan negara-negara ini selama 24 jam terakhir, dengan para pemimpin di Polandia dan Bulgaria," ujar sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan kepada wartawan.
“Kami telah bekerja selama beberapa waktu sekarang, selama berbulan-bulan dengan mitra di seluruh dunia untuk mendiversifikasi pasokan gas alam ke Eropa untuk mengantisipasi, dan juga untuk mengatasi, kebutuhan jangka pendek dan mengganti volume yang seharusnya datang dari Rusia,” sebut Psaki.
Presiden Polandia Andrzej Duda mengatakan, pemutusan aliran gas Rusia melanggar "prinsip dasar hukum”. Sementara Menteri Energi Bulgaria Alexander Nikolov mengatakan gas digunakan sebagai ‘senjata politik dan ekonomi’.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News