Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat untuk Iklim, John Kerry, dalam acara Leaders Summit on Climate pada Jumat, 23 April 2021 (POOL / Getty / AFP)
Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat untuk Iklim, John Kerry, dalam acara Leaders Summit on Climate pada Jumat, 23 April 2021 (POOL / Getty / AFP)

Koalisi LEAF Berkomitmen Dorong Peningkatan Aksi Iklim Global

Medcom • 24 April 2021 12:44
Washington: Hari ini di acara Leaders Summit on Climate, pemerintah dari beberapa negara dan sejumlah perusahaan mengumumkan pembentukan Koalisi LEAF (The Lowering Emissions by Accelerating Forest), sebuah inisiatif baru yang ambisius antara sektor publik dan swasta yang dirancang untuk mengakselerasi aksi iklim, dengan menyediakan mekanisme pembiayaan berbasis hasil bagi negara-negara yang berkomitmen untuk melestarikan hutan tropisnya. Inisiatif ini bertujuan untuk memobilisasi pembiayaan dengan dana sebesar USD1 miliar, dan menandai salah satu upaya publik dan swasta dalam skala terbesar guna melestarikan hutan tropis, yang dapat bermanfaat bagi miliaran jiwa sekaligus mendukung pembangunan berkelanjutan.
 
"Koalisi LEAF merupakan contoh terobosan skala dan jenis kolaborasi yang dibutuhkan untuk melawan krisis iklim, dan mencapai angka emisi nol bersih pada tahun 2050 di tingkat global. Strategi yang menyatukan sumber daya dari sektor pemerintah dan swasta menjadi langkah penting dalam mendukung upaya skala besar yang harus dilancarkan guna menghentikan deforestasi dan mengawali restorasi hutan tropis dan sub-tropis”, ungkap Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat untuk Iklim, John Kerry.
 
LEAF Coalition adalah sebuah inisiatif yang awalnya diikuti oleh beberapa negara antara lain pemerintah Norwegia, Inggris, Amerika Serikat, serta beberapa perusahaan terkemuka seperti Amazon, Airbnb, Bayer, Boston Consulting Group, GSK, McKinsey, Nestlé, Salesforce, dan Unilever. 

Para peserta di dalam Koalisi akan mendukung pengurangan emisi berkualitas tinggi dari negara – negara dengan hutan tropis dan sub-tropis, sehingga upaya untuk mengurangi dan menghentikan deforestasi dapat berjalan dengan baik. Emergent, lembaga nirlaba asal Amerika Serikat, akan menyediakan sarana untuk memfasilitasi transaksi dan berperan sebagai Koordinator Administratif LEAF.
 
LEAF bertujuan untuk terus berekspansi sehingga mendapatkan dukungan dari berbagai negara dan perusahaan lain dalam beberapa bulan ke depan. Daftar akhir keikutsertaan dari pemerintah dan perusahaan yang berpartisipasi di dalam inisiatif ini, berikut dengan jumlah total dana yang dimobilisasi melalui Koalisi, akan diumumkan pada saat penandatanganan perjanjian pembelian pengurangan emisi dengan negara-negara hutan tropis pada akhir tahun ini.
 
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa hutan tropis dunia merupakan paru-paru planet kita, namun kita kehilangan ekosistem yang amat berharga terlalu cepat. Johnson menambahkan kondisi tersebut berdampak serius pada miliaran populasi penduduk dunia yang bergantung pada hutan untuk penghidupan dan keberlanjutan hidup mereka, sekaligus memundurkan upaya kita dalam melawan perubahan iklim. Ia berpendapat, waktu untuk melindungi hutan tropis kita dari kerugian yang tak dapat digantikan dan membatasi pemanasan global hingga 1.5°C sudah kian menipis.
 
“Itulah mengapa pemerintahan Inggris bangga untuk turut berpartisipasi bersama dengan para mitra kami di dalam Koalisi LEAF, menggerakkan investasi bisnis dan bekerjasama bahu-membahu dengan negara-negara hutan tropis untuk bekerja dan menghentikan deforestasi, mengurangi emisi gas rumah kaca global dan memulihkan pelestarian alam”, ujar Johnson, dalam keterangan tertulis Kedutaan Besar Inggris di Jakarta yang diterima Medcom.id pada Sabtu, 24 April 2021.
 
Baca:  Jokowi Ajak Pemimpin Dunia Ambil Langkah Nyata Menghadapi Perubahan Iklim
 
 

Sementara itu Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan bahwa ini adalah inisiatif yang menarik untuk semua negara yang memiliki hutan-hutan tropis - termasuk Indonesia. Menurut Owen, Indonesia sudah melakukan pekerjaan besar untuk melindungi hutan-hutannya - menyadari manfaat signifikan hutan bagi ekonomi, kesehatan dan lingkungan.
 
“Sekarang sektor publik dan swasta bersatu untuk mendanai perlindungan hutan tropis - sebagai salah satu upaya utama agar kita semua dapat menghindari dampak perubahan iklim yang dahsyat. 
 
Melalui kemitraan, kami berharap Indonesia menjadi penerima utama dari skema ini”, ujar Owen. Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg mengatakan, "Hutan tropis merupakan prasyarat mutlak dalam memerangi perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, namun nyatanya hutan tropis mendapatkan perhatian dan pembiayaan yang jauh lebih kecil dari yang seharusnya. Hari ini, Koalisi LEAF mengambil langkah pertama yang bersifat krusial untuk melaksanakan perubahan”. Solberg mengungkapkan kegembiraannya karena akhirnya negara dengan hutan tropis dapat diyakinkan bahwa mereka akan menerima penghargaan finansial bila mereka mampu menunjukkan adanya pengurangan deforestasi.
 
“Saya gembira karena perusahaan besar saat ini turut mengambil langkah proaktif untuk menyediakan pembiayaan selain juga mengurangi emisi mereka”, ujar Solberg.
 
Mengakhiri deforestasi hutan tropis pada tahun 2030 menjadi tahapan penting untuk memenuhi tujuan iklim global, keanekaragaman hayati dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDG). Hutan tropis memiliki peran yang sangat penting untuk menyerap karbon 
dari atmosfir.
 
Melindungi hutan tropis merupakan salah satu peluang terbesar bagi aksi iklim dalam dekade mendatang – yaitu upaya penanggulangan dengan efektivitas biaya sebesar seperempat jumlah biaya mitigasi pada tahun 2030.2 Motivasi dibalik LEAF adalah untuk meningkatkan ambisi iklim global dan berkontribusi terhadap pelestarian hutan tropis. Hutan tropis di seluruh dunia berada dalam ancaman. Kerusakan hutan hujan primer meningkat sebesar 12 persen pada 2019 hingga 2020. Secara keseluruhan, dunia telah kehilangan lebih dari 4,4 juta hektar tutupan hutan tropis primer tahun lalu, area yang bahkan lebih besar dari luas negara Swiss.
 
Para perusahaan yang turut berpartisipasi telah berkomitmen untuk melaksanakan pengurangan emisi gas rumah kaca yang mereka hasilkan secara signifikan, yang sesuai dengan target berbasis ilmiah dan konsisten dengan tujuan temperatur jangka panjang di dalam Perjanjian Paris. Kontribusi perusahaan tersebut di dalam Koalisi LEAF berupa penambahan, dan bukan sebagai substitusi, atas pengurangan emisi internal. Koalisi LEAF menjadi wadah bagi perusahaan untuk memberikan dukungan tambahan atas kebutuhan aksi iklim yang semakin mendesak di negara-negara dengan hutan tropis, sehingga dapat membantu mereka untuk mencapai target iklim nasional yang semakin ambisius, atau dikenal dengan istilah nationally determined contributions (NDC) sebagaimana tertuang di dalam Perjanjian Paris.
 
 

Bharrat Jagdeo, Wakil Presiden Guyana mengatakan: "Pemerintah Guyana menyambut baik peluncuran LEAF. Negara dengan hutan tropis sudah meminta adanya layanan ekosistem yang disediakan dengan cara pengukuran nilai yang layak terhadap hutan tropis, baik melalui pembiayaan skema publik dan swasta. Dengan demikian, masyarakat yang tinggal di dalam hutan dan negara yang memiliki banyak hutan, dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan memiliki peluang ekonomi dari perekonomian yang bekerja dengan alam, tidak seperti realita saat ini dimana hutan dianggap lebih berharga saat dihabiskan, bukan saat dilestarikan. Bila perekonomian baru ini lebih menarik daripada perekonomian lama, LEAF juga perlu meningkatkan pendanaan yang dapat mengalir secara cepat dan efisien. Sistem hanya dapat berjalan baik bila negara yang memiliki banyak hutan juga turut terlibat di dalam proses penyusunan rancangannya – dan kami siap untuk bekerjasama dengan Koalisi LEAF guna mencapai inovasi yang ingin kita raih bersama.”
 
Andrea Meza, Menteri Lingkungan Hidup dan Energi Costa Rica mengatakan: "Costa Rica berkomitmen untuk mengutamakan solusi berbasis alam sebagai komponen utama dari upaya kami dalam membangun masa depan yang berkeadilan, memiliki lebih sedikit karbon, adaptif dan tangguh. Kami menyambut baik peluncuran Koalisi LEAF dan terutama pembiayaan berbasis hasil yang tepat waktu, yang memberikan dukungan yang diperlukan bagi negara – negara dengan target NDC yang ambisius seperti kami. Kami akan berkolaborasi di dalam upaya baru ini, dengan mengusung semangat Prinsip San Jose, yakni fokus pada integritas lingkungan hidup dan ambisi tinggi.” 
 
Prinsip utama bagi Koalisi LEAF adalah untuk memastikan adanya partisipasi utuh dan efektif dari para pemangku kepentingan yang relevan – terutama, dari masyarakat adat dan masyarakat setempat. Para peserta LEAF dan mitra negara yang memiliki hutan tropis akan bekerjasama untuk memastikan rencana pelestarian hutan akan menghormati hak masyarakat adat dan anggota masyarakat setempat. Emergent, bersama dengan para peserta Koalisi, akan mencari masukan dan pandangan dari masyarakat adat dan pemangku kepentingan lain dalam beberapa bulan ke depan sebelum beranjak kepada kesimpulan perjanjian pembelian dalam bentuk apa pun. 
 
“Kekuatan Koalisi adalah inisiatif yang akan dijadikan sebagai contoh, terutama bagi perusahaan, yang partisipasinya dibutuhkan untuk memobilisasi pendanaan yang dibutuhkan bagi pelestarian hutan tropis. Koalisi LEAF menerapkan standard tinggi tentang bagaimana perusahaan dapat melengkapi upaya pengurangan emisi dengan cara berinvetasi di dalam pengurangan emisi tambahan dari hutan tropis dan sub-tropis, serta dengan cara memastikan bahwa hak masyarakat adat yang telah dan terus melindungi hutan tersebut tetap dihormati dan dijaga. Pengurangan emisi ini bukan substitusi – melainkan tambahan – dari pengurangan emisi yang terlaksana melalui rantai nilai operasional perusahaan sesuai dengan target pengurangan berbasis ilmiah,” ujar Victoria TauliCorpuz, mantan UN Special Rapporteur tentang Hak Masyarakat Adat dan Direktur Eksekutif Tebtebba (Pusat Internasional Masyarakat Adat untuk Riset Kebijakan dan Pendidikan).
 
Christiana Figueres, mantan ketua iklim PBB dan mitra pendiri Global Optimism mengatakan, “Sekarang adalah waktunya bagi para pemimpin di sektor publik dan swasta untuk memberikan insentif atas perlindungan dan pelestarian alam, agar kita memiliki kesempatan yang lebih baik untuk membatasi peningkatan temperatur pada 1.5C. Pengumuman tentang Koalisi hari ini mengenai aliran pembiayaan baru untuk mengakhiri deforestasi hutan tropis pada skala besar, sekaligus meningkatkan ketahanan masyarakat dan tata kelola, serta meningkatkan keanekaragaman hayati –merupakan hal yang diperlukan agar kita dapat menjawab tantangan krisis iklim.” 
 
“Mengakhiri kerusakan hutan pada tahun 2030 menjadi langkah penting dalam menghadapi seluruh tantangan lingkungan hidup yang kita hadapi saat ini, mulai dari perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, hingga krisis polusi. Namun untuk merealisasikan hal ini, kita perlu menetapkan harga yang layak pada karbon karena kita mengerti bahwa saat polusi dikenakan pajak, maka industri bergeser. Saya menyambut baik dibentuknya Koalisi LEAF – sebuah inisiatif ambisius yang dapat menyasar perubahan di skala besar – pembiayaan yang kita perlukan untuk melestarikan dan menggunakan hutan kita dengan cara yang berkesinambungan, yaitu sebagai tambahan, dan bukan sebagai substitusi atas pengurangan emisi yang dilakukan. Membiayan hutan kita artinya membiayai tujuan pembangunan berkelanjutan.” Ujar Inger Andersen, Direktur Eksekutif PBB untuk Program Lingkungan Hidup.
 
Sebelum pendanaan diberikan ke negara mana pun, pihak ketiga yang bersifat independen akan melakukan verifikasi terhadap deforestasi – dan emisi gas rumah kaca yang terkait – yang telah berhasil dikurangi di seluruh negara, negara bagian atau provinsi, atau akan disebut sebagai “yurisdiksi” secara kolektif. Bila sebuah yurisdiksi telah melindungi hutan di satu bagian dari wilayahnya, sementara ada deforestasi yang terjadi di bagian lain secara signifikan, maka yurisdiksi tersebut tidak akan memiliki kualifikasi untuk menerima pembiayaan dari LEAF.
 
 

“Perubahan iklim adalah ancaman terbesar bagi planet kita, dan Koalisi LEAF menawarkan peluang untuk menyatukan pemerintah dan perusahaan untuk berjuang bersama-sama,” ujar Jeff Bezos, Pendiri dan CEO Amazon. “Bersatu di balik satu tujuan bersama, negara dan perusahaan yang tergabung di dalam koalisi memiliki kesempatan untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030. 
 
Sebagai pendiri dari The Climate Pledge (Pakta Iklim) – sebuah komitmen untuk mencapai tujuan dalam Perjanjian Paris dalam kurun waktu 10 tahun lebih cepat – kami gembira dapat mendukung inisiatif yang sangat penting ini, serta mengajak pihak lain untuk turut berpatisipasi.” 
 
“Airbnb bangga dapat berpartisipasi di dalam Koalisi LEAF dan bekerja untuk melindungi hutan tropis dan keanekaragaman hayati di dalam planet kita. Pelestarian hutan tropis merupakan langkah vital untuk mengurangi emisi karbon global dan Koalisi LEAF merupakan contoh baik mengenai bagaimana pemerintah dan perusahaan dapat bekerjasama untuk mengatasi krisis iklim.” Imbuh Brian Chesky, co-founder dan Chief Executive Officer, Airbnb.
 
Werner Baumann, CEO Bayer mengatakan: “Darurat iklim memanggil kita untuk melaksanakan aksi besar dan kolaborasi baru. Sebagai perusahaan global yang terdepan di industri kesehatan dan gizi, Bayer mengemban teguh tanggung jawabnya untuk turut memenuhi Perjanjian Paris. Hal ini meliputi inovasi berkelanjutan dalam bidang biologi dan teknologi, seperti misalnya model bisnis baru bagi para petani untuk menangkap emisi CO2. Dengan semangat yang sama, kami juga bangga dapat berpartisipasi di dalam Koalisi LEAF. Kami akan bekerja sama dengan negara – negara dan perusahaan peserta Koalisi dan terlibat di dalam pelestarian dan pemulihan hutan tropis. Tidak akan ada solusi iklim tanpa pelestarian hutan."
 
Rich Lesser, Global CEO, Boston Consulting Group mengatakan: “Sebagai bagian dari ambisi kami untuk mencapai dampak iklim net zero pada tahun 2030, BCG merasa bangga dapat bergabung di dalam Koalisi LEAF dan dapat berkontribusi untuk mengakselerasi langkah dan skala pelestarian hutan global. Hutan dunia – yang saat ini menutupi 30% dari permukaan bumi – merupakan sumber daya yang sangat berharga, untuk menyimpan karbon, memurnikan air dan udara, serta menjaga kelestarian keanekaragaman hayati. Mencapai net zero di tingkat global dapat meningkatkan kemampuan kita untuk melestarikan sumber daya vital ini.”
 
Emma Walmsley, CEO GSK berujar: “Sebagai perusahaan layanan kesehatan global, kami ingin memberikan kontribusi kami dalam pelestarian dan pemulihan kesehatan planet, untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan manusia. Kami berkomitmen untuk mencapai karbon di tingkat net zero dan net positive untuk alam pada tahun 2030. Hal ini memerlukan pengurangan bermakna dari perusahaan dan dapat membuat bisnis semakin tangguh – dengan cara melindungi produk kami yang diandalkan oleh para konsumen. Kami percaya Koalisi LEAF menawarkan mekanisme efektif dan kredibel untuk menghadirkan dampak riil dan sistemik pada iklim, alam dan kesehatan.” 
 
“McKinsey gembira dapat berpartisipasi di dalam Koalisi LEAF dan dapat bekerjasama dengan para pemimpin dari sektor publik dan swasta untuk mengakselerasikan investasi di bidang konservasi dan pelestarian hutan, sekaligus mendukung masyarakat daerah dan penghidupannya.” Imbuh Kevin Sneader, Global Managing Partner, McKinsey & Company.
 
Mark Schneider, CEO, Nestlé mengatakan: “Melawan deforestasi dan memulihkan hutan merupakan pertarungan yang harus kita menangkan untuk merespon perubahan iklim global. Nestlé bangga dapat menjadi bagian dari Koalisi LEAF, bekerjasama dengan pemerintah nasional dan perusahaan lain untuk mempercepat aksi iklim. Hal ini melengkapi tujuan kami untuk mencapai emisi net zero, mencapai rantai pasokan bebas deforestasi dan menanam pohon yangsetara dengan 200 juta pohon pada tahun 2030.” 
 
"Kita sedang menghadapi darurat iklim dan kita harus bertindak sekarang,” ujar Marc Benioff, Chair dan CEO, Salesforce. “Hutan kita adalah paru-paru planet, dan kita harus melestarikan, menjaga dan memulihkannya agar terhindar dari dampak terburuk dari perubahan iklim. Tidak ada satu organisasi pun atau satu negara pun yang dapat berjuang sendiri untuk menyelamatkan hutan kita dari kerusakan yang lebih lanjut lagi. Itulah mengapa Salesforce bangga menjadi bagian dari Koalisi LEAF, sebuah inisiatif yang memberikan solusi inovatif untuk berinvestasi dalam melestarikan hutan tropis kita, menghentikan karbon dengan skala besar, dan memulihkan planet yang menjadi tonggak penunjang kehidupan kita.”
 
Alan Jope, CEO, Unilever mengatakan: “Selama hampir dua dekade, Unilever telah terlibat di dalam upaya industri untuk mengurangi deforestasi dari rantai pasokan komoditas. Kami telah belajar bahwa aksi individual – meski besar dan lugas – tidak akan dapat mengubah sistem. Harus ada aksi kolektif untuk dampak nyata. Peluncuran Koalisi LEAF hari ini memberikan angin segar bagi harapan agar kita dapat mengakhiri deforestasi skala besar dan membuat dunia mencapai tujuan 1.5 derajat sebagaimana tertuang di dalam Perjanjian Paris.”
 
“Tidak ada jalan untuk membatasi pemanasan global di titik 1.5C sekaligus memenuhi tujuan Perjanjian Paris tanpa menghentikan deforestasi di hutan tropis pada tahun 2030,” ungkap Klaus Schwab, Pendiri dan Executive Chairman World Economic Forum. “Koalisi LEAF merupakan langkah besar untuk memberikan insentif ekonomi riil bagi negara yang memiliki ambisi tinggi dalam melestarikan dan memulihkan hutan mereka," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan