Dilansir dari Channel News Asia, Jumat 3 Desember 2021, Biden telah membawa kepemimpinan yang mantap, setelah tahun-tahun mantan Presiden AS, Donald Trump yang kacau. Namun, covid-19 yang bermutasi kian menentangnya, membantu mendorong peringkat persetujuannya jauh di bawah air.
Mendesak warga AS, khususnya saingan politiknya untuk bersatu di belakang strategi. Biden disebut meluncurkan serangkaian tindakan guna meredam covid-19 dalam beberapa bulan mendatang, saat varian Omicron menyebar ke seluruh dunia.
Sejauh ini, terdapat dua kasus telah diumumkan di AS. Kasus kedua melibatkan seorang laki-laki asal Minnesota, tanpa riwayat perjalanan internasional. Hal tersebut menandakan ketegangan sudah beredar di dalam negeri.
“Ini adalah rencana yang menurut saya harus menyatukan kita,” kata Biden, berbicara dari markas besar Institut Kesehatan Nasional (NIH) di pinggiran kota Washington.
“Saya tahu covid-19 sangat memecah belah. Di AS, ini menjadi masalah politik, komentar yang menyedihkan. Seharusnya tidak, tetapi sudah,” tambah pemimpin berusia 79 tahun itu.
Biden menjelaskan, tindakan tersebut mencakup persyaratan terkait semua pelancong internasional yang masuk diuji dalam satu hari terbang. Kebijakan akan berlaku untuk semua pelancong, baik AS maupun asing terlepas dari status vaksinasi.
Bagi pelancong domestik, Biden akan mengumumkan, pihaknya akan memperpanjang mandat masker di pesawat terbang, kereta api, dan transportasi umum lainnya hingga pertengahan Maret mendatang.
Juru Bicara Gedung Putih AS, Jen Psaki mengatakan, kepada wartawan, pengujian dan persyaratan vaksin pada akhirnya dapat ditambahkan ke penerbangan domestik juga.
“Tidak ada yang keluar dari meja,” ujarnya.
Rentetan tindakan tersebut sebagian dimaksudkan untuk meyakinkan warga AS, Biden melakukan segala upaya guna mencegah pandemi tidak menggagalkan pemulihan ekonomi AS yang mengesankan serta liburan musim dingin.
Biden dan para pembantunya telah berulang kali menekankan dalam beberapa hari terakhir, tidak akan kembali ke penutupan massal. Namun, Gedung Putih AS juga menghadapi tantangan akan banyak warga AS tidak menerima seruan Biden untuk tindakan kolektif.
Terlepas dari upaya yang semakin kreatif guna mendorong warganya untuk mendapatkan suntikan mereka, sekitar 40 persen dari negara tersebut diketahui belum sepenuhnya divaksinasi.
Sekitar 110 juta orang yang berhak mendapatkan suntikan booster dilaporkan masih belum memanfaatkan kesempatan ini. Para pejabat mengatakan, lonjakan penjangkauan vaksin dan suntikan booster akan diluncurkan.
Pemerintah akan mengandalkan kampanye nasional yang menargetkan penerima perawatan kesehatan masyarakat (Medicare). Pemerintah akan bekerja sama dengan Asosiasi Pensiunan AS (AARP), sebuah kelompok lobi besar yang mewakili orang-orang berusia 50 tahun ke atas.
Di ujung lain dari skala usia, pemerintahan Biden disebut akan mencoba memastikan, sekolah tidak kembali ke penguncian massal.
“Kami memperluas upaya kami untuk memvaksinasi anak-anak, usia lima tahun ke atas,” tutur Biden.
“Untuk setiap orang tua yang khawatir terkait varian Omicron atau varian Delta, dapatkan anak kalian divaksinasi di salah satu dari 35 ribu lokasi di negara ini,” imbuhnya.
Dalam memperkuat kebijakan lain, Gedung Putih AS diketahui akan mendorong penggunaan alat tes di rumah dengan mengumumkan, asuransi kesehatan harus menanggung 100 persen dari biaya.
Bagi mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan akan terdapat peningkatan ketersediaan kit gratis. Saat ini, alat tes dijual dengan harga sekitar Rp360 ribu, dibandingkan dengan yang tersedia baik secara gratis atau dengan biaya nominal di antara sejumlah negara rekan di Eropa.
Sementara itu, Gedung Putih AS menekankan, pembatasan pemerintah pada pelancong dari delapan negara Afrika selatan. Terdapat kekhawatiran Omicron yang berkembang bukanlah “hukuman” bagi negara-negara itu, namun ukuran keamanan.
“Kami tentu saja berhubungan dekat di tingkat diplomatik dengan para pemimpin di negara-negara ini tentang langkah-langkah yang kami ambil,” terang Psaki merujuk pada larangan yang diberlakukan pekan lalu terhadap kedatangan AS dari Botswana, Zimbabwe, Namibia, Lesotho, Swaziland, Mozambik, Malawi, dan Afrika Selatan.
“Itu tidak dimaksudkan untuk menjadi hukuman. Ini adalah langkah yang direkomendasikan oleh pejabat kesehatan masyarakat dan pakar medis kami untuk menunda penyebaran varian,” pungkas Psaki. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News