Stephanie Carvin, asisten profesor dan pakar keamanan di Universitas Carleton Ottawa mengatakan, opsi yang paling mungkin dalam jangka pendek adalah melarang lebih banyak organisasi ekstremis.
"Masalah dengan menargetkan kelompok-kelompok ekstremis kekerasan yang bermotivasi ideologis ini adalah bahwa mereka muncul kembali," sebutnya melalui telepon, menyerukan kebijakan untuk menargetkan gerakan sayap kanan secara keseluruhan.
“Elemen penting lainnya adalah menangani peran yang dimainkan oleh platform media sosial dan memastikan mereka mematuhi kebijakan mereka sendiri tentang berbagai jenis ujaran kebencian,” sebut Carvin.
Para korban serangan sudah diidentifikasi sebagai Madiha Salman (istri) berusia 44 tahun, yang sedang mengambil pendidikan pasca sarjana di bidang teknik sipil dan lingkungan, Salman Afzaal (suami) berusia 46 tahun, putri mereka yang berusia 15 tahun Yumna Salman, dan seorang lansia berusia 74 tahun yang dilaporkan sebagai ibu Afzaal.
Baca: WNI di Kanada Diminta Waspada usai Serangan yang Tewaskan Keluarga Muslim.
Menurut keterangan keluarganya, korban berasal dari Pakistan. "Mereka keluarga teladan yang selalu memberi dan berpartisipasi dalam menyebarkan kebaikan," kata kerabat lewat sebuah pernyataan.
Reputasi panjang Kanada untuk toleransi telah hancur dalam beberapa tahun terakhir di tengah serangkaian kejahatan berbasis kebencian dan ras, yang dimulai dengan penembakan 2017 di sebuah masjid Kota Quebec yang merenggut enam nyawa.
Populasi Muslim negara itu, hanya tiga persen dari total, dibiarkan merasa semakin rentan. Beberapa organisasi Muslim telah menuntut tindakan untuk mengekang kelompok ekstremis sayap kanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News