Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk Presiden Vladimir Putin untuk bertemu. Foto: AFP
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk Presiden Vladimir Putin untuk bertemu. Foto: AFP

Presiden Ukraina Undang Putin Bertemu untuk Akhiri Ketegangan

Achmad Zulfikar Fazli • 21 April 2021 07:04
Kiev: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Selasa mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin untuk bertemu di Ukraina timur yang dilanda perang. Zelensky menekankan bahwa jutaan nyawa dipertaruhkan dari pertempuran baru dalam konflik separatis.
 
Tawaran untuk pembicaraan datang menyusul gejolak dalam bentrokan antara tentara Ukraina dan separatis pro-Rusia yang mengendalikan dua wilayah di timur negara itu. Ketegangan meningkatkan kekhawatiran akan peningkatan kemungkinan perang.
 
Dalam pidatonya kepada warga Ukraina, Zelensky mengatakan bahwa negosiator Ukraina dan Rusia baru-baru ini membahas rencana para pejabat untuk melakukan perjalanan ke garis depan konflik parit untuk menilai situasinya.

"Saya siap melangkah lebih jauh dan mengundang Anda untuk bertemu di bagian mana pun di Donbass, Ukraina di mana perang sedang berlangsung," kata Zelensky, seperti dikutip AFP, Rabu 21 April 2021.
 
Presiden Ukraina, terpilih pada 2019 dengan janji untuk mengakhiri konflik. Namun dia menuduh Rusia berpartisipasi dalam negosiasi perdamaian saat mengumpulkan pasukan di perbatasan Ukraina.
 
"Sejumlah besar tentara Rusia terkonsentrasi di dekat perbatasan kami. Secara resmi, Rusia menyebut latihan militer ini. Secara tidak resmi, seluruh dunia menyoroti pemerasan ini,” tegas Zelensky.
 
"Presiden Rusia pernah berkata bahwa jika penyerangan tidak dapat dihindari, Anda harus menyerang terlebih dahulu. Tetapi setiap pemimpin perlu memahami bahwa perkelahian tidak boleh terhindarkan ketika menyangkut perang nyata dan jutaan nyawa manusia,” ungkapnya.
 
Ukraina, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini membunyikan peringatan atas ketegangan baru dan menuduh Rusia mengerahkan puluhan ribu personel militer di perbatasan utara dan timur negara bekas Soviet itu.
 
Uni Eropa pada Senin memperkirakan jumlah pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina lebih dari 100.000 selama pembicaraan dengan menteri luar negeri Ukraina, yang mendorong negara-negara Barat untuk menyerang Rusia dengan paket sanksi ekonomi yang lebih dalam atas konflik tersebut.
 

Eskalasi besar

Kiev telah memerangi separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Lugansk timur sejak 2014, menyusul aneksasi Moskow atas semenanjung Krimea. Itu meruapakan sebuah langkah yang menjatuhkan hubungan Rusia dengan Barat ke posisi terendah baru dan menyebabkan hukuman ekonomi.
 
Konflik, yang telah merenggut lebih dari 13.000 nyawa, telah menyebabkan 30 tentara Ukraina tewas sejak awal tahun, dibandingkan dengan 50 di sepanjang tahun 2020.
 
Eskalasi di sepanjang garis depan serta retorika tajam telah mendorong putaran baru pembicaraan. Negosiator Ukraina dan Rusia bertemu awal pekan ini dan juga pada Selasa, meskipun mereka sejauh ini gagal mengamankan terobosan apa pun.
 
Zelensky mengatakan, dalam pidatonya kepada bangsa itu bahwa meskipun Ukraina tidak menginginkan perang, ia siap untuk berperang.
 
"Akankah Ukraina mempertahankan diri jika terjadi sesuatu? Selalu. Prinsip kami sederhana: Ukraina tidak memulai perang terlebih dahulu, tetapi Ukraina selalu bertahan hingga yang terakhir," ujarnya.
 
Namun, di garis depan, kekhawatiran tumbuh akan eskalasi besar-besaran, dengan tentara bersiap untuk menghalau serangan dan jalan-jalan di kota-kota dekat garis depan kosong karena ketakutan akan kembali berperang.
 
Yuliya Yevchenko, 27, yang tinggal di sebuah bangunan tempat tinggal yang rusak sebagian di Krasnogorivka di bawah kendali pemerintah mengatakan, suara yembakan keras dapat terdengar baru-baru ini di kota itu hanya beberapa kilometer dari garis depan.
 
"Kami mengalami gencatan senjata, dan sekarang perang lagi," kata ibu empat anak itu sambil menggendong putranya yang berusia satu tahun.
 
"Saya tidak tahu harus berbuat apa. Kami tidak punya tempat tujuan saat ini,” ucapnya.
 
Menghadapi penyebaran pasukan Rusia terbesar di perbatasan Ukraina sejak 2014, Zelensky telah meminta bantuan dari Barat.
 
Tetapi beberapa tentara Ukraina yang lelah berperang tidak tampak optimis.
 
"Dunia mengatakan ingin membantu Ukraina," kata Taras, seorang tentara berusia 24 tahun, kepada AFP di desa garis depan Mariinka di barat kubu separatis Donetsk.
 
"Tapi untuk saat ini, kami berperang melawan Rusia sendiri,” pungkas Taras.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan