Presiden Ukraina Undang Putin Bertemu untuk Akhiri Ketegangan
Achmad Zulfikar Fazli • 21 April 2021 07:04
Eskalasi besar
Kiev telah memerangi separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Lugansk timur sejak 2014, menyusul aneksasi Moskow atas semenanjung Krimea. Itu meruapakan sebuah langkah yang menjatuhkan hubungan Rusia dengan Barat ke posisi terendah baru dan menyebabkan hukuman ekonomi.
Konflik, yang telah merenggut lebih dari 13.000 nyawa, telah menyebabkan 30 tentara Ukraina tewas sejak awal tahun, dibandingkan dengan 50 di sepanjang tahun 2020.
Eskalasi di sepanjang garis depan serta retorika tajam telah mendorong putaran baru pembicaraan. Negosiator Ukraina dan Rusia bertemu awal pekan ini dan juga pada Selasa, meskipun mereka sejauh ini gagal mengamankan terobosan apa pun.
Zelensky mengatakan, dalam pidatonya kepada bangsa itu bahwa meskipun Ukraina tidak menginginkan perang, ia siap untuk berperang.
"Akankah Ukraina mempertahankan diri jika terjadi sesuatu? Selalu. Prinsip kami sederhana: Ukraina tidak memulai perang terlebih dahulu, tetapi Ukraina selalu bertahan hingga yang terakhir," ujarnya.
Namun, di garis depan, kekhawatiran tumbuh akan eskalasi besar-besaran, dengan tentara bersiap untuk menghalau serangan dan jalan-jalan di kota-kota dekat garis depan kosong karena ketakutan akan kembali berperang.
Yuliya Yevchenko, 27, yang tinggal di sebuah bangunan tempat tinggal yang rusak sebagian di Krasnogorivka di bawah kendali pemerintah mengatakan, suara yembakan keras dapat terdengar baru-baru ini di kota itu hanya beberapa kilometer dari garis depan.
"Kami mengalami gencatan senjata, dan sekarang perang lagi," kata ibu empat anak itu sambil menggendong putranya yang berusia satu tahun.
"Saya tidak tahu harus berbuat apa. Kami tidak punya tempat tujuan saat ini,” ucapnya.
Menghadapi penyebaran pasukan Rusia terbesar di perbatasan Ukraina sejak 2014, Zelensky telah meminta bantuan dari Barat.
Tetapi beberapa tentara Ukraina yang lelah berperang tidak tampak optimis.
"Dunia mengatakan ingin membantu Ukraina," kata Taras, seorang tentara berusia 24 tahun, kepada AFP di desa garis depan Mariinka di barat kubu separatis Donetsk.
"Tapi untuk saat ini, kami berperang melawan Rusia sendiri,” pungkas Taras.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)