Ilustrasi penambangan batu bara. (Antara/ Puspa Perwita Sari)
Ilustrasi penambangan batu bara. (Antara/ Puspa Perwita Sari)

Inggris Percepat Target Penghentian Penggunaan Batu Bara

Willy Haryono • 03 Juli 2021 08:59

Inggris berhasil memproduksi listrik tanpa batubara selama 5.000 jam pada 2020 (setara dengan sekitar 7 bulan), dan pada awal tahun ini mencetak rekor baru dalam pembangkit listrik tenaga angin, dengan lebih dari sepertiga energinya berasal dari angin. Kenaikan penggunaan sumber energi terbarukan tentu tidak terlepas dari kompetisi, usaha bebas dan insentif pemerintah dalam memulai teknologi baru ini yang kemudian membantu menurunkan harga energi hijau, dan batubara sekarang menjadi lebih mahal di kebanyakan negara. 
 
Sebagai salah satu negara pertama yang berkomitmen mengakhiri penggunakan batubara ditambah dengan kesuksesannya dalam mengembangkan energi terbarukan secara signifikan, Inggris memimpin dunia meninggalkan bahan bakar fosil dan dengan sangat baik melakukan dekarbonisasi dalam sistem energinya. 
 
Melalui presidensi COP26-nya, Pemerintah Inggris mengajak negara-negara di dunia mengikuti langkah Inggris dan meninggalkan batubara selamanya. Pada bulan Mei lalu, di bawah kepemimpinan Inggris, Menteri-Menteri Iklim dan Lingkungan negara G7 setuju untuk mengakhiri semua pembiayaan baru pada sektor batubara pada akhir 2021 dan mempercepat transisi dari batubara menuju sistem ketenagalistrikan yang terdekarbonisasi pada 2030-an.

Baca:  G7 Akhiri Pembiayaan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara
 
"Dekade berikutknya menentukan keberlangsungan planet kita, dan cara yang paling ampuh untuk menciptakan perbedaan adalah dengan mengakhiri ketergantungan kita terhadap batubara," ucap COP26 President-Designate, Alok Sharma.
 
"Menjelang COP26, saya berharap Iangkah mantap Inggris menuju masa depan yang lebih bersih dan hijau, mengirimkan sinyal yang jelas kepada negara sahabat di seluruh dunia bahwa listrik bersih adalah jalan masa depan," lanjutnya.
 
"Dampak dari langkah ini akan menjadi jauh lebih besar jika kami bisa menggandeng seluruh dunia bersama kami, demikian pula dengan semangat kami mendukung transisi energi yang bersih dan adil menjadi inti pembicaraan saya menuju COP26," sebut Alok Sharma.
 
Prioritas utama Inggris dalam Presidensi COP26 adalah untuk mempercepat transisi global dari batubara menuju energi bersih. Pemerintah Inggris meminta pemerintah negara-negara sahabat menentukan batas waktu meninggalkan batubara dan mengakhiri investasi batubara di luar negeri.
 
Selain itu, Pemerintah Inggris juga telah membentuk Dewan Transisi Energi (Energy Transition Council) untuk merangkul negara sahabat demi memastikan bahwa listrik bersih merupakan pilihan yang paling menarik untuk negara-negara berkembang dan juga untuk mendukung transisi yang berkeadilan.
 
 
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan