Diwawancarai VOA Rabu pagi 17 Maret 2021 waktu setempat, Henny mengatakan selama tinggal di kota itu, tidak pernah sekali pun ia merasa khawatir dengan keselamatannya. Tetapi semua berubah ketika ia mendengar kabar penembakan delapan orang di tiga spa terpisah di Atlanta Selasa sore 16 Maret di mana sebagian besar korban adalah perempuan Asia.
Baca: 6 dari 8 Korban Tewas Penembakan di Spa AS Perempuan Asia.
“Saya mengetahuinya dari WhatsApp Group warga Indonesia di sini. Terus terang perasaan saya bercampur. Yang terutama rasa sedih karena sejak awal saya menginjakkan kaki di sini, semua welcome, tidak pernah ada rasisme atau peristiwa apapun. Bahkan ketika negara-negara bagian lain dilanda sentimen anti-Asia, di sini tidak terjadi apa-apa. Kok sekarang begini?,” ujarnya lirih, dikutip dari VOA Indonesia.
Hal senada disampaikan Daniel Fu, seorang diaspora Indonesia lainnya yang tinggal di kota yang sama. “Pas kejadian itu anak saya teks menanyakan saya ada di mana. Dia bilang kalau Papa ada di luar, cepat pulang. Ada shooting rampage (penembakan membabibuta) di North West dan downtown," ujar Daniel.
"Saya kaget sekali. Apalagi setelah Atlanta Journal News meminta agar warga yang tidak berkepentingan sebaiknya tinggal di rumah saja karena pelaku bersenjata dan berbahaya. Saya dan istri langsung pulang ke rumah,” imbuhnya.
Sebanyak delapan orang tewas dalam insiden penembakan di tiga spa di Atlanta, Selasa . Enam di antara korban diketahui sebagai perempuan keturunan Asia. Kepolisian Atlanta mengatakan telah menangkap tersangka pelaku, Robert Aaron Long, yang berusia 21 tahun, dan masih menyelidiki motif penembakan.
Empat Korban Tewas Keturunan Korea
Kantor berita Yonhap mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan melaporkan bahwa diplomat di Atlanta telah memperoleh kepastian dari polisi, bahwa empat di antara korban tewas adalah perempuan keturunan Korea. Ditambahkan, kantor konsulat mereka di Atlanta masih berupaya mengkonfirmasi kewarganegaraan para korban itu.Koresponden VOA di Gedung Putih mengabarkan bahwa Presiden Joe Biden telah mendapat penjelasan melalui telepon dari Jaksa Agung Merrick Garland dan Direktur FBI Christopher Wray tentang insiden penembakan itu.
Insiden penembakan ini kembali menguatkan kekhawatiran meningkatnya sentimen antiAsia di Amerika beberapa minggu terakhir ini. Stop AAPI Hate – suatu LSM yang dibentuk untuk menanggapi meningkatnya diskriminasi anti-Asia sejak bermulanya pandemi virus korona Maret 2020 lalu, menyebut penembakan di Atlanta ini sebagai “tragedi yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata” dalam komunitas yang selama ini sudah mengalami begitu banyak tindakan diskriminatif.
Laporan yang baru saja dirilis Stop AAPI Hate menunjukkan peningkatan laporan sentimen anti-Asia sejak Maret 2020 hingga Februari 2021, yang jumlahnya kini mencapai 3.795 kasus. Enam puluh delapan persen kasus itu merupakan pelecehan secara verbal, namun ada pula serangan fisik dan serangan di dunia maya. Laporan itu menunjukkan perempuan 2,3 kali lebih sering menjadi sasaran dibandingkan laki-laki.
National Association for the Advancement of Colored People (NAACP), suatu organisasi hak-hak sipil yang berdiri sejak tahun 1909 mengatakan “aksi penembakan ini merupakan contoh yang menjijikkan dan mengganggu tentang bagaimana penyebaran terorisme domestik dibiarkan mengoyak komunitas. Tindakan-tindakan ini merupakan manifestasi nyata ketika kata-kata kebencian melahirkan tindakan kebencian!”
Henny Kusumawati dan Daniel Fu mengatakan insiden itu membuat mereka kini menjadi lebih hati-hati dan semakin meningkatkan komunikasi dengan sesama warga Indonesia di sana.
KJRI jangkau WNI
Konsul Jenderal Republik Indonesia di Houston, Amerika Serikat (AS), Andre Omer Siregar langsung menanggapi insiden penembakan di Atlanta. Kontak dilakukan dengan warga negara Indonesia (WNI) yang berada di kota tersebut.Baca: Penembakan di AS, KJRI Houston Minta WNI Waspada.
“Kami sudah melakukan kontak dengan WNI yang ada di Atlanta melalui zoom dan menanyakan kondisi mereka. Mereka juga menceritakan kalau di Atlanta memang multirasial tetapi sebagian besar warga setempat menerima etnis lain,” ujar Konjen RI di Houston, Andre Omer Siregar, kepada Medcom.id, Kamis 18 Maret 2021.
“Mereka berterima kasih dengan perhatian yang telah diberikan,” tuturnya.
“Kejadian ini merupakan isolated insident dan tidak bisa langsung dikaitkan dengan komunitas Asia,” imbuh Andre.
Dalam imbauannya untuk WNI di Atlanta, KJRI meminta masyarakat diminta tetap tenang namun senantiasa waspada dan terus menerus mengikuti pemberitaan melalui sumber terpercaya, termasuk media massa serta sumber-sumber resmi dari pemerintah setempat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News