Berdasarkan jumlah korban yang diperbarui, lebih dari 9.900 orang terluka ketika gempa melanda bagian barat daya negara Karibia itu pada Sabtu, sekitar 160 kilometer di sebelah barat ibu kota Port-au-Prince. Sedangkan lebih dari 60.000 rumah hancur dan 76.000 rusak, badan PBB yang mengurus anak-anak, UNICEF, mengatakan bahwa lebih dari setengah juta anak telah terkena dampak bencana.
Baca: Angka Kematian Gempa Haiti Dekati 2.000, Korban Luka 9.915.
Di kota pesisir Les Cayes, penduduk mulai membangun tempat perlindungan darurat di lapangan sepak bola meskipun angin kencang dan hujan deras saat Badai Tropis Grace melewati negara itu.
“Begitu sedikit bangunan yang tetap berdiri sehingga orang harus buang air di jalan-jalan kota,” menurut Magalie Cadet, 41, yang hanya memiliki topi mandi untuk melindungi diri dari hujan.
Gempa susulan terus mengguncang tanah di Les Cayes beberapa hari setelah gempa, semakin menakutkan penduduk. “Kemarin malam, saya berteduh di dekat gereja, tetapi ketika saya mendengar tanah berguncang lagi, saya berlari untuk kembali ke sini,” kata Cadet.
Lebih baik 'basah daripada mati'
Pusat Badai Nasional AS memperingatkan banjir bandang dan perkotaan, dan kemungkinan tanah longsor saat Grace menerjang negara miskin itu dengan curah hujan hingga 38 centimeter.Pejabat Haiti memperingatkan warga untuk waspada terhadap bangunan yang menunjukkan retakan akibat gempa karena mereka bisa runtuh di bawah berat air.
Meski diguyur hujan, air minum terus berkurang. Di komunitas pesisir Pestel, lebih dari 1.800 tangki air minum telah retak atau hancur akibat gempa.
Pada 2010, setelah gempa bumi mengerikan yang menewaskan 200.000 orang, Haiti dihadapkan pada wabah kolera mematikan yang disebabkan oleh limbah dari pangkalan PBB.
Natacha Lormira mencoba membangun tempat berteduh untuk dirinya sendiri dengan menggunakan selembar terpal sobek yang dilekatkan pada sepotong kayu tipis.
"Saya tidak ingin bersembunyi di bawah galeri atau di bawah sudut dinding karena kami telah melihat orang mati di bawah panel dinding," ucap Lormira, seperti dikutip AFP, Rabu 18 Agustus 2021.
"Kami telah pasrah bahwa lebih mudah menjadi basah daripada mati,” sebutnya.
Tak ada bantuan
Basah karena hujan yang terus-menerus, Vladimir Gilles yang berusia 28 tahun mencoba memasukkan beberapa potong bambu jauh ke dalam tanah untuk membuat penutup untuk istri dan anaknya.Gilles mengatakan, dia membutuhkan terpal untuk menjaga keluarganya tetap kering, tetapi pemerintah "tidak membantu."
"Rumah saya hancur, saya tidak punya tempat untuk tidur," katanya.
Pemerintah telah mengumumkan keadaan darurat selama sebulan di empat provinsi yang terkena dampak gempa.
Petugas penyelamat telah menarik 34 orang hidup-hidup dari puing-puing dalam 48 jam terakhir. Namun upaya penyelamatan resmi di salah satu negara termiskin di dunia diperumit oleh kekacauan politik yang berkecamuk di sana sebulan setelah pembunuhan presiden Jovenel Moise.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News