Pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Gedung Capitol, Rabu, 6 Januari 2021 waktu setempat. Foto: AFP
Pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Gedung Capitol, Rabu, 6 Januari 2021 waktu setempat. Foto: AFP

Twitter dan Facebook Ancam Tutup Akun Donald Trump Selamanya

Muhammad Syahrul Ramadhan • 07 Januari 2021 10:34
Jakarta: Twitter mengunci akun Presiden Amerika, Donald Trump. Selain mengunci, Twitter mengancam menutup akun @realDonaldTrump selamanya.
 
Hal ini disampaikan @TwitterSafety yang mengunci akun Presiden AS itu selama 12 jam. Penangguhan ini berlaku setelah Trump menghapus cuitannya.
 
Presiden 74 tahun itu sepanjang Rabu, 6 Januari 2021, terus berkicau tentang kecurangan Pilpres AS 2020. Salah satu cuitannya adalah, ia mengklaim ada yang menemukan 50.000 surat suara pada Selasa malam waktu setempat. 

Bahkan, ia menyebut Pilpres AS lebih buruk dari pemilihan yang berlangsung di negara dunia ketiga. “Amerika Serikat dipermalukan oleh orang bodoh. Proses pemilu kita lebih buruk dari negara dunia ketiga!” ujar Trump.
 
Cuitan itu pun langsung dilabel oleh Twitter karena dianggap tidak sesuai fakta. Selain itu, cuitan-cuitan Trump lainnya dinilai memanas-manasi pendemo di Gedung Capitol. 
 
Baca: Trump Diisukan Hendak 'Kabur' ke Skotlandia Jelang Pelantikan Biden.
 
Alhasil, situs microblogging yang bermarkas di San Fransisco itu menghapus tiga cuitan Trump. Cuitan itu dinilai melanggar aturan bersosial media. 
 
"Ini berarti akun @realDonaldTrump akan dikunci selama 12 jam setelah penghapusan tweet ini. Jika Tweet tidak dihapus, akun tersebut akan tetap terkunci, " ujar Twitter.
 
Bahkan, Twitter mengancam menutup permanen @realDonaldTrump selamanya. “Pelanggaran peraturan Twitter di masa mendatang, termasuk kebijakan integritas sipil atau ancaman kekerasan, akan mengakibatkan penangguhan permanen atas akun @realDonaldTrump,” tegas @TwitterSafety.

Risiko kekerasan

Facebook dan YouTube, yang dimiliki Alphabet dari Google, juga menghapus video di mana Trump terus menuduh pemilihan presiden itu curang, bahkan ketika dia mendesak pengunjuk rasa untuk pulang.
 

 
"Ini adalah situasi darurat dan kami mengambil tindakan darurat yang sesuai, termasuk menghapus video Presiden Trump," kata Wakil Presiden Integritas Facebook Guy Rosen dalam sebuah tweet.
 
"Kami menghapusnya karena kami yakin hal itu berkontribusi mengurangi risiko kekerasan yang sedang berlangsung,” imbuh Rosen.
 
Video-video Trump juga dihapus dari Instagram.
 
Sementara YouTube mengatakan, video Trump melanggar kebijakannya terhadap konten yang menuduh "penipuan atau kesalahan yang meluas mengubah hasil Pemilu AS 2020". Juru bicara YouTube Farshad Shadloo menambahkan bahwa pihak perusahaan mengizinkan salinan yang menyertakan konteks tambahan.
 
"Saat situasi di Gedung Kongres Amerika Serikat terungkap, tim kami bekerja untuk segera menghapus streaming langsung dan konten lain yang melanggar kebijakan kami. Termasuk konten yang menentang hasutan untuk melakukan kekerasan atau tentang rekaman kekerasan grafis," ucap Juru Bicara YouTube Alex Joseph.
 
Baik Facebook dan Twitter awalnya menambahkan label dan tindakan untuk memperlambat penyebaran video. Facebook kemudian mengatakan akan mencari dan menghapus konten yang memuji penyerbuan Gedung Capitol atau mendorong kekerasan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan