Helen Fletcher, profesor imunologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan, data keamanan yang tersedia pada vaksin itu ‘sangat kuat’.
"Ada kemungkinan bahwa dosis vaksin awal yang lebih rendah dapat menghasilkan kemanjuran vaksin yang lebih tinggi. Lebih banyak (dosis) belum tentu lebih baik dalam hal vaksin dan imunoterapi," sebutnya.
"Mungkin juga tanggapan kekebalan yang kuat terhadap vaksin pertama, dapat secara efektif memblokir tanggapan kekebalan terhadap suntikan kedua dari virus yang sama,” ungkap Fletcher.
Rekan Fletcher, profesor farmakoepidemiologi Stephen Evans, mengatakan spekulasi tentang distribusi usia dalam uji coba itu "tidak berguna bagi siapa pun".
"Kami memiliki alasan kuat untuk mempercayai bahwa peraturan di bidang penting ini akan dilakukan dengan hati-hati atau lebih hati-hati untuk vaksin ini daripada yang lain di masa lalu," menurut Evans.
Sementara Gillies O'Bryan-Tear, dari Fakultas Kedokteran Farmasi Inggris mengatakan, "tingkat kemanjuran akhirnya dapat berubah", tetapi validitas hasil kelompok dosis rendah atau dosis tinggi tidak mungkin dipertanyakan".
“Bahkan jika mereka (regulator) memutuskan untuk mengabaikan hasil kelompok dosis rendah atau dosis tinggi, studi pasien masih akan sangat signifikan, tapi saya kira itu tidak mungkin,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News