Ada harapan besar untuk vaksin yang dikembangkan AstraZeneca bersama University of Oxford, yang oleh Pollard dipuji sebagai ‘vaksin untuk dunia’. Hal itu dikarenakan vaksin bisa lebih murah untuk dibuat, dan lebih mudah untuk disimpan dan didistribusikan.
Vaksin itu dapat disimpan, diangkut dan ditangani pada kondisi pendingin normal antara dua dan delapan derajat Celcius setidaknya selama enam bulan.
Sedangkan vaksin Pfizer-BioNTech membutuhkan suhu minus 70 derajat Celcius. Hal tersebut bisa menaikkan biaya dan berpotensi membuatnya tidak terjangkau oleh negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
AstraZeneca dan University of Oxford juga berjanji untuk memberikan vaksinnya ke negara berkembang secara nonprofit.
Terus dipantau
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan mereka menantikan publikasi lengkap data dari uji coba tersebut."Pada tinjauan data rinci, kami akan berada di posisi yang lebih baik untuk memahami kinerja vaksin," tegas WHO.
Baca: Rusia Tawarkan AstraZeneca Gabungkan Vaksin Covid-19.
Kepala petugas medis Inggris, Chris Whitty, juga memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan prematur, dan mendesak kesabaran sampai data dipublikasikan di jurnal medis.
"Selalu merupakan kesalahan untuk membuat terlalu banyak penilaian lebih awal dan khususnya sebelum regulator independen memiliki kesempatan untuk melihat hasilnya," kata Whitty.