Perdana Menteri India Narendra Modi dalam tekanan terapkan lockdown nasional. Foto: AFP
Perdana Menteri India Narendra Modi dalam tekanan terapkan lockdown nasional. Foto: AFP

PM India di Bawah Tekanan untuk Terapkan Lockdown Ketat

Fajar Nugraha • 07 Mei 2021 15:01
New Delhi: Meroketnya kasus virus korona yang masih melonjak tinggi, Perdana Menteri India Narendra Modi menghadapi tekanan yang semakin besar untuk memberlakukan lockdown atau penguncian nasional yang ketat. Tekanan muncul di tengah perdebatan apakah pembatasan yang diberlakukan oleh masing-masing negara bagian sudah cukup.
 
Banyak ahli medis, pemimpin oposisi dan beberapa hakim Mahkamah Agung telah menyarankan penutupan tampaknya menjadi satu-satunya pilihan dengan virus yang mengamuk di kota-kota. Di mana rumah sakit terpaksa menolak pasien, sementara kerabat berebut mencari oksigen. Krematorium dan kuburan juga berjuang untuk menangani orang mati.
 
Baca: Tak Terkendali, Kematian Akibat Covid-19 di India Bertambah 3.980 Sehari.

Pada Jumat, India mencatat rekor baru 414.188 kasus covid-19 yang dikonfirmasi dalam 24 jam terakhir, penghitungannya telah meningkat menjadi lebih dari 21,4 juta sejak pandemi dimulai dengan sedikit harapan kurva turun dengan cepat. Kementerian Kesehatan juga melaporkan 3.915 kematian tambahan, sehingga totalnya menjadi 234.083.
 
Para ahli yakin kedua angka itu kurang dari jumlah yang dihitung. Hitungan kematian harian resmi telah bertahan lebih dari 3.000 selama 10 hari terakhir.
 
Selama sebulan terakhir, belasan dari 28 negara bagian federal India telah mengumumkan pembatasan yang tidak seketat penguncian nasional yang diberlakukan selama dua bulan pada Maret tahun lalu.
 
Modi, yang mengadakan konsultasi dengan para pemimpin terpilih dan pejabat negara bagian yang paling parah terkena dampak pada hari Kamis. Dia sejauh ini telah menyerahkan tanggung jawab untuk memerangi virus kepada pemerintah negara bagian yang tidak memiliki perlengkapan yang memadai.
 
“Penguncian yang lengkap dan agresif diperlukan di India seperti tahun lalu. Terutama di daerah di mana lebih dari 10 persen dari mereka yang diuji telah terjangkit covid-19,” ujar seorang ahli kesehatan pemerintah, Randeep Guleria seperti dikutip Time, Jumat 7 Mei 2021.
 
Sementara Srinath Reddy, Presiden Public Health Foundation of India  mengakui bahwa negara bagian berbeda mengalami intensitas epidemi yang berbeda. Tetapi menurutnya "strategi nasional yang terkoordinasi" masih diperlukan.
 
Menurut Reddy, keputusan perlu didasarkan pada kondisi lokal tetapi harus dikoordinasikan secara dekat oleh pusat. “Seperti orkestra yang memainkan partitur yang sama tetapi dengan instrumen yang berbeda,” ujarnya.
 
Anthony Fauci, kepala penasihat medis Presiden Joe Biden, juga menyarankan bahwa penghentian total di India mungkin diperlukan dua hingga empat minggu untuk membantu meringankan lonjakan infeksi.
 
"Begitu kasus mulai turun, Anda dapat memvaksinasi lebih banyak orang dan berada di depan jalur penyebaran pandemi," kata Fauci dalam wawancara dengan saluran berita televisi India CNN News18 pada hari Kamis.
 

 
Fauci mengatakan, setidaknya ada dua jenis varian virus yang beredar di India. Dia mengatakan B117, yang merupakan varian Inggris, cenderung terkonsentrasi di New Delhi dan varian 617 terkonsentrasi di negara bagian Maharashtra barat yang paling parah terkena dampak.
 
"Keduanya memiliki kemampuan transmisi yang lebih baik dan lebih efisien daripada strain asli Wuhan setahun yang lalu," kata Fauci.
 
Modi memberlakukan penguncian ketat selama dua bulan tahun lalu dengan pemberitahuan empat jam sebelumnya. Ini membuat puluhan juta pekerja migran terdampar yang tidak memiliki pekerjaan dan melarikan diri ke desa-desa dengan banyak yang meninggal di sepanjang jalan. Para ahli mengatakan, keputusan itu membantu menahan virus dan memberi waktu bagi pemerintah.
 
Perekonomian India mengalami kontraksi sebesar 23 persen pada kuartal April-Juni tahun lalu dan menunjukkan pemulihan karena pembatasan dilonggarkan. Proyeksi Dana Moneter Internasional untuk pertumbuhan 12,5 persen pada tahun keuangan 2021-22, mulai April, diperkirakan akan menderita lagi dengan lonjakan infeksi.
 
Baca: India Sumbang 46% dari Kasus Baru Covid-19 Dunia.
 
Kebijakan Modi tentang penguncian yang dipilih didukung oleh beberapa pakar, termasuk Vineeta Bal, seorang ilmuwan di Institut Imunologi Nasional. Dia mengatakan negara bagian yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda, dan kekhasan lokal perlu dipertimbangkan agar kebijakan apa pun berhasil.
 
“Dalam kebanyakan kasus, di tempat-tempat di mana infrastruktur dan keahlian kesehatan baik, pembatasan lokal di tingkat negara bagian, atau bahkan distrik, adalah cara yang lebih baik untuk mengekang penyebaran infeksi. Penguncian yang diamanatkan oleh pusat tidak tepat," kata Bal.
 
Dr. Yogesh Jain Ganiyari dari Kelompok Dukungan Kesehatan Masyarakat, program kesehatan masyarakat berbiaya rendah di negara bagian pusat Chhattisgarh mengatakan bahwa secara ilmiah, penguncian adalah cara paling efektif untuk mengekang infeksi.
 
“Tapi kami tidak tinggal di lab. Kita perlu memperhatikan aspek kemanusiaan. Mereka yang memandang lockdown sebagai mekanisme pengendalian penyakit tidak memiliki hati. Anda harus memikirkan orang-orangnya,” pungkas Ganiyari.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan