Serangan itu terjadi sehari setelah politisi veteran Ranil Wickremesinghe dilantik sebagai pemimpin baru negara yang dilanda krisis itu, menggantikan Gotabaya Rajapaksa. Saat ini Rajapaksa melarikan diri dan mengundurkan diri setelah pengunjuk rasa menyerbu istananya.
Pasukan dan polisi komando Satuan Tugas Khusus bersenjatakan tongkat dan senapan serbu otomatis menyerbu ke arah pengunjuk rasa yang menghalangi Sekretariat Presiden di ibu kota beberapa jam sebelum mereka dijadwalkan untuk mengosongkan daerah tersebut.
Ratusan tentara menyingkirkan barikade yang didirikan oleh pengunjuk rasa yang menghalangi gerbang utama bangunan tepi laut, yang sebagian telah dikuasai para demonstran awal bulan ini.
Sebuah pengangkut personel lapis baja juga terlihat di daerah itu.
Baca: Presiden Baru Sri Lanka Diambil Sumpah di Tengah Penolakan Warga. |
Aktivis telah mengumumkan bahwa mereka berencana untuk menyerahkan gedung, simbol otoritas negara, pada Jumat, setelah Kabinet dilantik oleh Wickremesinghe.
Kabinet, yang diperkirakan akan terdiri dari berbagai partai politik, menghadapi tugas yang sulit untuk membawa negara itu keluar dari krisis ekonomi terburuknya sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1948.
?
Saksi mata melihat tentara mengelilingi gedung era kolonial dan memindahkan struktur sementara yang didirikan untuk menyediakan logistik bagi ribuan demonstran anti-pemerintah sejak awal April.
Pasukan juga terlihat menyerang orang-orang, termasuk wartawan, dengan tongkat saat mereka maju ke arah sekelompok kecil pengunjuk rasa yang berkumpul di tempat yang dikenal sebagai “Desa GotaGoGama".
Ketua Asosiasi Pengacara Sri Lanka yang berpengaruh, Saliya Peiris, mengutk tindakan militer itu dan memperingatkan bahwa tindakan itu akan merusak citra internasional pemerintah baru.
"Penggunaan kekerasan yang tidak perlu tidak akan membantu negara ini dan citra internasionalnya," kata Peiris dalam sebuah pernyataan singkat, seperti dikutip AFP, Jumat 22 Juli 2022.
“Beberapa orang, termasuk seorang pengacara, telah ditahan oleh pasukan keamanan,” imbuhnya.
Militer menggunakan pengeras suara saat mereka memerintahkan beberapa ratus pria dan wanita berkemah semalaman untuk mundur dan membatasi diri di tempat protes yang ditentukan di dekat sekretariat.
Polisi menutup jalan-jalan utama menuju daerah itu untuk mencegah lebih banyak orang bergabung dengan para pengunjuk rasa.
Peringatan
Pendukung protes selama berbulan-bulan yang menekan Rajapaksa untuk mundur telah mengambil alih wilayah tersebut setelah merebut istananya pada 9 Juli, memaksanya melarikan diri ke Singapura dan akhirnya mengundurkan diri.Setelah Rajapaksa mengundurkan diri, enam kali perdana menteri Wickremesinghe mengambil alih kepemimpinan sementara, sampai ia dikukuhkan sebagai presiden baru dalam pemungutan suara parlemen pada Rabu.
Wickremesinghe telah memperingatkan para pengunjuk rasa bahwa menduduki gedung-gedung negara adalah ilegal dan bahwa mereka akan diusir kecuali mereka pergi sendiri.
Pada hari Rajapaksa terpaksa melarikan diri, pengunjuk rasa juga membakar rumah pribadi Wickremesinghe di ibu kota.
"Jika Anda mencoba menggulingkan pemerintah, menduduki kantor presiden dan kantor perdana menteri, itu bukan demokrasi, itu melanggar hukum," ucapnya, membuat perbedaan antara pengunjuk rasa damai dan "pengacau" yang terlibat dalam perilaku melanggar hukum.
Presiden baru juga telah mengumumkan keadaan darurat yang memberikan kekuatan besar kepada angkatan bersenjata dan memungkinkan polisi untuk menangkap dan menahan tersangka untuk waktu yang lama tanpa dituntut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News