Pasukan juga terlihat menyerang orang-orang, termasuk wartawan, dengan tongkat saat mereka maju ke arah sekelompok kecil pengunjuk rasa yang berkumpul di tempat yang dikenal sebagai “Desa GotaGoGama".
Ketua Asosiasi Pengacara Sri Lanka yang berpengaruh, Saliya Peiris, mengutk tindakan militer itu dan memperingatkan bahwa tindakan itu akan merusak citra internasional pemerintah baru.
"Penggunaan kekerasan yang tidak perlu tidak akan membantu negara ini dan citra internasionalnya," kata Peiris dalam sebuah pernyataan singkat, seperti dikutip AFP, Jumat 22 Juli 2022.
“Beberapa orang, termasuk seorang pengacara, telah ditahan oleh pasukan keamanan,” imbuhnya.
Militer menggunakan pengeras suara saat mereka memerintahkan beberapa ratus pria dan wanita berkemah semalaman untuk mundur dan membatasi diri di tempat protes yang ditentukan di dekat sekretariat.
Polisi menutup jalan-jalan utama menuju daerah itu untuk mencegah lebih banyak orang bergabung dengan para pengunjuk rasa.