“Diperkirakan bahwa vaksin covid-19 yang tidak aktif memiliki tingkat perlindungan yang lebih rendah daripada vaksin mRNA. Tetapi keamanan dan kemampuan adaptasinya untuk transportasi rantai dingin jelas lebih baik daripada vaksin mRNA,” tegas Tao.
Laporan media menunjukkan bahwa vaksin mRNA memiliki tingkat perlindungan tertinggi 95 persen di antara semua vaksin yang telah memasuki uji klinis Fase Tiga. Hal ini diperlihatkan dari vaksin covid-19 keluarkan Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Seorang ahli imunologi yang berbasis di Beijing mengatakan kepada Global Times dengan syarat anonim pada Kamis bahwa kemungkinan data pada hasil uji coba mungkin masih perlu disempurnakan karena ada banyak indikator untuk uji coba Fase Tiga yang perlu diperiksa ulang.
Pakar percaya bahwa 15 hari lagi akan cukup untuk memverifikasi dan menganalisis data, meskipun Sinovac belum merilis detail apa pun sehingga tidak diketahui berapa banyak pekerjaan yang terlibat.
“Masuk akal untuk mengkonsolidasikan hasil dari uji coba vaksin lainnya. Sinovac akan menyesuaikan rencana keseluruhan mereka untuk mempertimbangkan keadaan yang berbeda, karena vaksin akan digunakan di seluruh dunia,” sebut ahli itu kepada Global Times.
Salah satu alasan yang mungkin untuk menganalisis data bersama dengan hasil dari uji coba di negara lain adalah bahwa perusahaan mungkin menginginkan ukuran sampel yang lebih besar untuk meningkatkan dan menyempurnakan hasil.
“Ada kemungkinan bahwa beberapa indikator dalam uji coba di Brasil mungkin belum memenuhi target studi yang dimaksudkan. Oleh karena itu, mungkin menyesuaikan desain untuk menyelesaikan masalah teknis ini,” kata pakar tersebut.
Dia mencatat bahwa kekhawatiran lain yang mungkin untuk Sinovac adalah bahwa hasil saat ini mungkin tidak dapat menunjukkan keunggulannya sendiri dibandingkan dengan vaksin lain. Terutama dalam hal tingkat efisiensi, reaksi merugikan atau indikator lainnya. Jadi mungkin perlu optimalisasi lebih lanjut.