Seorang petani berdiri di tengah kepulan gas air mata di New Delhi, India pada Selasa, 26 Januari 2021. (Sajjad Hussain/AFP)
Seorang petani berdiri di tengah kepulan gas air mata di New Delhi, India pada Selasa, 26 Januari 2021. (Sajjad Hussain/AFP)

Polisi India Gunakan Gas Air Mata untuk Bubarkan Ribuan Petani

Willy Haryono • 26 Januari 2021 14:31
New Delhi: Unjuk rasa ribuan petani India di wilayah ibu kota New Delhi berujung kericuhan, yang memicu polisi menggunakan gas air mata dan juga pentungan dalam mengendalikan massa. Gas air mata mulai ditembakkan saat para pengunjuk rasa berusaha merusak barikade.
 
Bentrokan terjadi pada Selasa pagi, 26 Januari 2021, dalam aksi protes bertajuk "demonstrasi traktor." Unjuk rasa ini bertepatan dengan perayaan Hari Republik India.
 
Para demonstran mendesak Pemerintah India di bawah Perdana Menteri Narendra Modi untuk mencabut tiga undang-undang pertanian yang disahkan tahun lalu.

Meski ada gas air mata, ribuan petani tetap berjalan di sejumlah ruas jalan ibu kota sembari meneriakkan yel-yel mengencam pemerintah. Mereka datang dengan membawa traktor, bendera, dan juga spanduk beragam tulisan.
 
Baca:  Protes UU Pertanian, Ribuan Petani Blokir Jalan Raya di India
 
"Kami tidak akan menyerah. Kami akan menang atau mati," tulis kalimat di salah satu spanduk, dikutip dari laman Al Jazeera. Menurut demonstran, tiga UU pertanian yang disahkan tahun lalu dapat merusak kehidupan para petani karena memberi banyak kemudahan bagi perusahaan-perusahaan swasta.
 
Di perbatasan Singhu di luar New Delhi, episentrum unjuk rasa yang berlangsung sejak berpekan-pekan lalu, polisi dan personel paramiliter terlihat membawa pentungan, senapan serbu, gas air mata, dan juga meriam air.
 
 

Polisi memblokade sejumlah rute menuju New Delhi dengan memasang barikade besi, beton dan juga truk. Barikade dipasang agar para petani hanya melewati ruas jalan yang diizinkan.
 
Namun sebagian petani mengabaikan barikade dan mencoba masuk ke wilayah ibu kota di luar waktu yang diizinkan. Polisi pun menembakkan gas air mata dan memukuli beberapa petani dengan tongkat.
 
Virender Bhir Singh, petani berusia 52 tahun, mengatakan bahwa pihaknya telah mengajukan rute berbeda untuk demo, tapi akhirnya ditolak polisi. "Polisi mencoba menghentikan kami, tapi mereka tidak akan bisa melakukannya," tutur Virender.
 
Gurbachan Singh, petani berusia 72 tahun dari Punjab, tidur di traktornya sepanjang malam demi bisa mengikuti aksi protrs hari ini. "Mereka telah membuat undang-undang, dan kami akan mendorong mereka untuk mencabutnya," tegas Gurbachan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan