Korea Utara (Korut) uji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-17. Foto: AFP
Korea Utara (Korut) uji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-17. Foto: AFP

Korut Uji Rudal Balistik Antarbenua Terbaru, Terbesar Sejak 2017

Fajar Nugraha • 25 Maret 2022 09:27
Pyongyang: Korea Utara (Korut) menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) terbesar yang pernah ada pada Kamis 24 Maret 2022. Jepang dan Korea Selatan mengatakan, kembalinya uji coba jarak jauh secara dramatis yang memicu kemarahan dari tetangga dan Amerika Serikat (AS).
 
Militer Korea Selatan menembakkan rentetan rudal ke Laut Jepang sebagai tanggapan atas peluncuran ICBM. Ini merupakan uji coba jarak penuh pertama dari rudal paling kuat Kim Jong-un sejak 2017.
 
Pyongyang telah melakukan serangan belasan uji coba di tengah sanksi yang diterapkan kepada mereka. Tetapi uji coba nuklir jarak jauh dan nuklir telah dihentikan sejak Kim bertemu dengan Presiden AS saat itu Donald Trump untuk kesepakatan diplomasi yang gagal, yang runtuh pada 2019.

“Peluncuran Kamis adalah pelanggaran terhadap penangguhan peluncuran rudal balistik antarbenua yang dijanjikan oleh Ketua Kim Jong-un,” kata Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP, Jumat 25 Maret 2022.
 
"Ini merupakan ancaman serius bagi semenanjung Korea, kawasan dan komunitas internasional. Itu adalah ‘pelanggaran yang jelas’ terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB,” imbuh Moon.
 
Amerika Serikat juga mengecam keras peluncuran itu sebagai pelanggaran peraturan Dewan Keamanan yang "tidak perlu meningkatkan ketegangan dan berisiko mengacaukan situasi keamanan di kawasan".
 
"Tindakan ini menunjukkan bahwa DPRK (Korea Utara) terus memprioritaskan senjata pemusnah massal dan program rudal balistiknya di atas kesejahteraan rakyatnya," kata Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki dalam sebuah pernyataan.
 
Kepala Staf Gabungan Seoul mengatakan rudal itu ditembakkan pada Kamis sore dari Sunan -,kemungkinan lokasi yang sama dengan uji coba yang gagal pekan lalu,- dan memiliki jangkauan 6.200 kilometer.
 

 
Pihak berwenang Jepang mengatakan tampaknya itu adalah ICBM "tipe baru" yang terbang selama 71 menit dan mendarat di perairan teritorial Jepang.
 
"Ini adalah tindakan yang keterlaluan, tidak dapat dimaafkan," kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Brussels di mana ia akan bertemu dengan anggota Kelompok Tujuh (G7).
 
“Korea Utara mengancam perdamaian dan keamanan Jepang, kawasan dan komunitas internasional. Ini tidak bisa diterima,” tambah Kishida.
 
Dalam panggilan telepon Kamis malam, Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken "mengutuk keras" peluncuran tersebut, menurut sebuah pernyataan dari kementerian luar negeri Tokyo.

Hwasong-17

Korea Utara telah melakukan tiga tes ICBM, yang terakhir pada November 2017, dari sebuah Hwasong-15 - yang dianggap cukup kuat untuk mencapai daratan Amerika Serikat.
 
Negeri Kim Jong-un itu mendambakan ICBM yang dapat membawa banyak hulu ledak. Baik Korsel dan AS mengatakan, telah menguji Hwasong-17, ICBM raksasa yang pertama kali diluncurkan pada Oktober 2020.
 
Meskipun terkena sanksi internasional atas program senjatanya, Pyongyang telah menggandakan upaya Kim untuk memodernisasi militer, sementara mengabaikan tawaran pembicaraan AS.
 
Dari rudal balistik hipersonik hingga jarak menengah, Pyongyang telah menguji rakit persenjataan terlarang pada 2022, termasuk dua peluncuran baru-baru ini yang diklaim sebagai "satelit pengintai".
 
Amerika Serikat dan Korea Selatan mengatakan bulan ini bahwa tes ini sebenarnya dari komponen Hwasong-17 dan memperingatkan Pyongyang sedang bersiap untuk menguji coba ICBM dari jarak penuh.
 

 
Peluncuran minggu lalu, kemungkinan dari Hwasong-17, berakhir dengan kegagalan, dengan rudal meledak di udara di atas ibu kota.
 
"Pyongyang berusaha menembakkan ICBM di bandara Sunan minggu lalu tetapi gagal," kata Go Myong-hyun, peneliti senior di Asan Institute for Policy Studies.
 
"Jadi peluncuran hari ini dilakukan untuk menebus kegagalan itu dan karena itu harus segera menyelesaikan teknologi ICBM," katanya kepada AFP.


Seoul tidak siap

Korea Utara akan menandai peringatan 110 tahun kelahiran pendiri Kim Il-Sung pada 15 April, dan para analis memperkirakan Pyongyang akan melakukan peluncuran ICBM atau satelit sebagai bagian dari perayaan tersebut.
 
"Kim Jong-un merasa sangat penting untuk membuktikan kompetensi kepemimpinannya sebelum peringatan 110 tahun Kim Il-sung," kata Cheong Seong-chang dari Pusat Studi Korea Utara di Institut Sejong.
 
Korea Utara juga mengambil keuntungan dari memburuknya hubungan Washington dengan Tiongkok dan Rusia, menyusul invasi Moskow ke Ukraina.
 
"Kim Jong-un mungkin merasa ini adalah waktu yang tepat untuk mengembangkan ICBM sambil berulang kali mengingatkan dunia bahwa Utara, tidak seperti Ukraina, adalah negara bersenjata nuklir," Ahn Chan-il, seorang sarjana studi Korea Utara, mengatakan kepada AFP.
 
Korea Selatan juga akan melalui transisi presiden, dengan Moon akan menyerahkan kekuasaan kepada penggantinya Yoon Suk-yeol pada Mei. “Ini menciptakan kebingungan kebijakan luar negeri,” Hong Min, seorang peneliti di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional, mengatakan kepada AFP.
 
"Semuanya sangat tidak teratur dan di mana-mana. Untuk pemerintahan yang akan datang, kemungkinan besar mereka belum siap,” pungkas Hong Min.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan