Tursunay Ziawudun menghabiskan sembilan bulan di dalam sistem kamp pendidikan Xinjiang, Tiongkok. Foto: BBC
Tursunay Ziawudun menghabiskan sembilan bulan di dalam sistem kamp pendidikan Xinjiang, Tiongkok. Foto: BBC

Perempuan Uighur Derita Pemerkosaan Massal di Tempat Reedukasi Xinjiang

Fajar Nugraha • 04 Februari 2021 08:38
London: Tempat reedukasi atau kursus vokasi yang dibentuk oleh Tiongkok bagi warga Uighur di Xinjiang, dilaporkan dipenuhi dengan tindakan mengerikan. Seorang warga Uighur mengisahkan kengerian yang dialaminya.
 
Tursunay Ziawudun menghabiskan sembilan bulan di dalam sistem kamp pendidikan Tiongkok yang luas dan dijalankan secara rahasia di wilayah Xinjiang. Menurut perkiraan independen, lebih dari satu juta pria dan wanita telah ditahan di jaringan kamp yang luas, yang menurut Tiongkok dibuat untuk ‘pendidikan ulang’ warga Uighur dan minoritas lainnya.
 
Kelompok hak asasi manusia mengatakan pemerintah Tiongkok secara bertahap telah mencabut kebebasan beragama dan kebebasan lainnya dari warga Uighur, yang berpuncak pada sistem pengawasan massal, penahanan, indoktrinasi, dan bahkan sterilisasi paksa yang menindas.

Kebijakan tersebut mengalir dari Presiden Tiongkok, Xi Jinping, yang mengunjungi Xinjiang pada 2014 setelah serangan teror oleh separatis Uighur. Tak lama kemudian, menurut dokumen yang bocor ke New York Times menunjukkan dia memerintahkan pejabat lokal untuk menanggapi dengan "sama sekali tanpa belas kasihan".
 
Pemerintah AS bulan lalu mengatakan bahwa tindakan Tiongkok sejak itu merupakan genosida. Negeri Tirai Bambu mengatakan laporan penahanan massal dan sterilisasi paksa adalah "kebohongan dan tuduhan yang tidak masuk akal".
 
Kesaksian langsung dari dalam kamp interniran jarang terjadi, tetapi beberapa mantan tahanan dan seorang penjaga mengatakan kepada BBC bahwa mereka mengalami atau melihat bukti dari sistem pemerkosaan massal, pelecehan seksual, dan penyiksaan yang terorganisir.
 
Hal ini yang disampaikan oleh Tursunay Ziawudun. Ziawudun, yang melarikan diri dari Xinjiang setelah dibebaskan dan sekarang berada di AS, mengatakan para perempuan dikeluarkan dari sel "setiap malam" dan diperkosa oleh satu atau lebih pria bertopeng. Dia mengatakan dia disiksa dan kemudian diperkosa beramai-ramai sebanyak tiga kali, setiap kali oleh dua atau tiga pria.
 
“Laki-laki selalu memakai topeng, meski saat itu tidak ada pandemi. Mereka mengenakan jas, katanya, bukan seragam polisi,” ucap Tursunay Ziawudun dalam sebuah artikel BBC 3 Februari 2021, yang dikutip Kamis 4 Februari 2021.
 
“Beberapa saat setelah tengah malam, mereka datang ke sel untuk memilih wanita yang mereka inginkan dan membawa mereka ke koridor menuju "ruang hitam", di mana tidak ada kamera pengintai. Mereka dibawa hingga beberapa malam,” tutur Ziawudun.
 
Halaman Selanjutnya
"Mungkin ini bekas luka yang…
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan