Letnan Kolonel Laut Heri Oktavian dikenang oleh dosen dan rekannya di Singapura. Foto: Facebook/The Straits Times
Letnan Kolonel Laut Heri Oktavian dikenang oleh dosen dan rekannya di Singapura. Foto: Facebook/The Straits Times

Kenangan Eks-Dosen Singapura Tentang Komandan KRI Nanggala, Letkol Heri Oktavian

Fajar Nugraha • 27 April 2021 09:03
Singapura: Tragedi yang dialami oleh KRI Nanggala-402 menyisakan duka mendalam bagi yang mengenal para awaknya. Wafatnya Komandan KRI Nanggala, Letnan Kolonel (Letkol) Heri Oktavian juga meninggalkan duka bagi mantan dosennya di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Singapura.
 
Letkol Heri sekolah di RSIS selama 2014-2015 bersama dengan beberapa rekan dari angkatan bersenjata Indonesia. Dia akhirnya meraih gelar Magister Studi Strategi dari RSIS yang merupakan bagian dari Nanyang Technological University (NTU).
 
Baca: Panglima TNI: 53 Awak KRI Nanggala-402 Gugur.

Sosok komandan berusia 42 tahun itu terekam jelas eks dosennya Anit Mukherjee. Dosen yang menjabat wakil kepala studi pascasarjana di RSIS itu, menilai Heri sebagai pemimpin alami dan prajurit yang teliti.
 
“Dia adalah pemimpin alami,” ujar Profesor Mukherjee, seperti dikutip The Straits Times, Senin 26 April 2021.
 
“Dia adalah seorang siswa pekerja keras dan berdedikasi yang berbicara dengan baik. Yang terpenting, dia rendah hati dan sangat bangga atas pengabdiannya kepada negaranya," tambah Prof Mukherjee.
 
"Setelah dia pergi, dia mengirimi kami email perpisahan dan berkata dia berharap untuk menghubungi kami lagi suatu hari nanti dalam kapasitas profesional,” ucapnya.
 
Uniknya, interaksi erat antara Profesor Mukherjee dengan Letkol Heri lebih banyak bukan di ruang kelas melainkan lapangan sepak bola. Keduanya kerap bermain dalam turnamen antara staf kampus melawan mahasiswa.
 
Bagi Profesor Mukherjee, Letkol Heri adalah jantung dan jiwa dari timnya. Sementara selama belajar hubungan sipil-militer komparatif, Letkol Heri menurut Mukherjee memberikan wawasan dan pengalamannya bertugas di Angkatan Laut Indonesia.
 
Hal serupa juga dirasakan oleh dosen Letkol Heri yang lain, Dr Bernard Loo. Loo mengingat mahasiswanya itu selalu berpakaian sopan dan rapi.
 
“Heri selalu datang dengan mengenakan celana panjang dan kemeja baru disetrika serta sepatu kulit. Padahal siswa kami biasanya datang dengan pakaian santai, seperti kaus obong atau celana pendek bermuda,” jelas Loo.
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan