Protes diadakan di Yangon dan beberapa kota lain pada Jumat, menurut foto yang diposting di media sosial oleh saksi dan organisasi berita lokal. Tidak ada laporan kekerasan terjadi dalam aksi hari ini.
Baca: Militer Myanmar Tuduh Aung San Suu Kyi Terima Uang Rp8 Miliar dan Emas.
Myanmar terus terjerembab dalam krisis sejak tentara menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dalam kudeta 1 Februari. Tidak hanya itu, Suu Kyi bersama petinggi partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) juga turut ditahan.
Juru Bicara Junta, Brigadir Jenderal Zaw Min Tun, mengatakan pada Kamis Aung San Suu Kyi telah menerima pembayaran ilegal senilai USD600.000 atau sekitar Rp8 miliar, serta emas seberat 11 kilogram saat berada di pemerintahan. Tuduhan ini disampaijan menurut pengaduan oleh Phyo Mien Thein, mantan menteri utama Yangon.
Menambahkan tuduhan korupsi ke tuduhan terhadap Aung San Suu Kyi bisa berarti dia menghadapi hukuman yang lebih berat. Dia saat ini menghadapi empat dakwaan yang relatif kecil - termasuk mengimpor enam radio walkie talkie secara ilegal dan melanggar pembatasan virus korona.
Pengacara Suu Kyi pun mengejek tuduhan terbaru dari pihak militer itu. “Tuduhan ini adalah lelucon yang paling lucu," kata pengacara Aung San Suu Kyi, Khin Maung Zaw dalam sebuah pernyataan yang diposting di media sosial.
"Dia mungkin memiliki kelemahan lain tetapi dia tidak memiliki kelemahan dalam prinsip moral,” ujar Khin, seperti dikutip AFP, Jumat 12 Maret 2021.
Kamis adalah salah satu hari paling mematikan sejak militer mengambil alih kekuasaan. 15 orang dilaporkan tewas dalam aksi represif militer terhadap pedemo.
Korban berjatuhan
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan, di antara yang tewas adalah delapan orang tewas di pusat kota Myaing ketika pasukan keamanan menembaki protes.Di kota terbesar Myanmar, Yangon, pengunjuk rasa Chit Min Thu tewas di distrik North Dagon. Istrinya, Aye Myat Thu, mengatakan bahwa dia bersikeras untuk bergabung dalam aksi protes meskipun dia memintanya untuk tinggal di rumah demi putra mereka.
"Dia bilang siap mati untuk itu. Dia khawatir orang-orang tidak ikut protes. Jika demikian, demokrasi tidak akan kembali ke negara itu,” tutur Aye Myat Thu.
Baca: PBB: Militer Myanmar Berada di Balik Kejahatan Terhadap Kemanusiaan.
Pertumpahan darah juga terjadi beberapa jam setelah Dewan Keamanan PBB menyerukan pengekangan dari tentara. Aktivis pro-demokrasi mendesak orang-orang untuk tidak takut dan dalam posting di media sosial menyerukan demonstrasi malam pada Jumat.
Aktivis juga mendorong pemogokan dan kampanye pembangkangan sipil yang telah melumpuhkan sebagian besar ekonomi untuk terus berlanjut. Sedangkan aksi nyala lilin oleh pengunjuk rasa yang melanggar jam malam telah terjadi lebih sering dalam beberapa pekan terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News