Negara-negara lain di Eropa dan benua lainnya juga mulai menutup perbatasan mereka dari Tiongkok. Selain penutupan perbatasan, negara-negara juga mulai memberlakukan kebijakan penguncian (lockdown) seperti yang sudah diterapkan di kota Wuhan. Di bawah lockdown, warga diminta selalu berada di dalam rumah dan hanya boleh keluar untuk keperluan mendesak seperti membeli makanan atau berobat.
Dampak Pandemi
Covid-19 telah menciptakan krisis global, terutama di bidang kesehatan dan ekonomi. Sistem kesehatan di banyak negara terpukul hebat, dan beberapa di antaranya bahkan roboh karena kewalahan menerima gelombang pasien covid-19. Meski WHO menyebut tingkat kematian akibat covid-19 relatif rendah, virus ini begitu mematikan bagi kelompok orang lanjut usia dan mereka yang sudah memiliki penyakit bawaan.WHO mengkhawatirkan kelompok pemuda di tengah pandemi, karena mereka cenderung tidak memperlihatkan gejala atau asimtomatik saat terinfeksi covid-19. Karena tidak memperlihatkan gejala, kelompok usia muda cenderung tidak melakukan tes covid-19 dan beraktivitas seperti biasa. Hal ini dianggap berbahaya karena mereka tetap dapat menularkan covid-19 ke orang lain, terutama ke kelompok-kelompok rentan.
Untuk bidang ekonomi dan sosial, covid-19 telah membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan, dirumahkan, atau mengalami pemangkasan pendapatan. Pendapatan warga dan negara dari sektor pariwisata juga terpukul begitu hebat. Ini dikarenakan hampir semua negara menutup perbatasan mereka untuk turis asing, dan bahkan domestik, sejak kuartal kedua hingga saat ini.
Hilangnya banyak pekerjaan membuat jutaan orang berisiko jatuh ke jurang kemiskinan dan pengangguran. Jutaan entitas usaha, terusaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), begitu terhantam oleh pandemi.
Pekerja di sektor informal masuk dalam kelompok rentan karena minim perlindungan sosial dan akses mendapat layanan kesehatan. Tanpa adanya pendapatan selama pandemi, banyak warga di sejumlah negara tidak mampu memberi makan untuk dirinya dan keluarga.
Perlombaan Vaksin
Vaksin diyakini sebagai solusi jitu dalam mengakhiri mimpi buruk ini. Sejak WHO menyatakan, covid-19 sebagai pandemi, sejumlah perusahaan dan lembaga berlomba-lomba mengembangkan vaksin covid-19. WHO mendukung penuh semangat ini, dan menyerukan penggalangan dana untuk mempercepat proses pengembangan vaksin.Proses pengembangan vaksin yang biasanya menghabiskan waktu bertahun-tahun, didorong agar dapat selesai dalam hitungan bulan. Meski dipercepat, pengembangan vaksin tetap memerhatikan standar uji klinis demi memastikan keamanan dan efektivitasnya.
Perusahaan dan lembaga-lembag besar seperti Pfizer, Moderna, Oxford University, AstraZeneca dan lainnya menjadi sorotan dalam perlombaan vaksin covid-19. Di Rusia, Gamaleya Institute mengembangkan vaksin eksperimental covid-19 yang diberi nama Sputnik V. Sputnik V kemudian menjadi vaksin eksperimental pertama covid-19 di dunia yang mendapatkan izin penggunaan publik, meski saat ini masih terbatas di Negeri Beruang Merah.