Jenderal Senior Myanmar Min Aung Hlaing kini ganti posisi Aung San Suu Kyi. Foto: AFP
Jenderal Senior Myanmar Min Aung Hlaing kini ganti posisi Aung San Suu Kyi. Foto: AFP

Panglima Militer Myanmar Tegaskan Kudeta Tak Terhindarkan

Fajar Nugraha • 03 Februari 2021 09:02

 
Pada Selasa malam, di pusat komersial negara Yangon, penduduk membunyikan klakson mobil dan panci serta wajan sebagai protes atas kudeta tersebut, menyusul kampanye media sosial. Beberapa meneriakkan dukungan kepada Aung San Suu Kyi.

Aturan militer

Militer menuduh kecurangan yang meluas dalam pemilihan yang diadakan tiga bulan lalu, yang dimenangkan NLD secara telak.
 
Dikatakan akan memegang kekuasaan dalam keadaan darurat selama 12 bulan. Mereka mengklaim kemudian akan mengadakan pemilihan baru - sumpah yang diulang kepala militer selama pertemuan kabinet pertama pasca kudeta.

“Sampai pemerintahan baru terbentuk setelah pemilu, kami akan berusaha mempertahankan negara,” ujar pihak militer.
 
Pemungutan suara November di Myanmar merupakan pemilihan demokratis kedua yang dilihat negara itu sejak bangkit dari cengkeraman kekuasaan militer selama 49 tahun pada 2011.
 
Baca: Dikudeta Militer, Suu Kyi Bukan Lagi Prioritas Negara Barat.
 
NLD memenangkan lebih dari 80 persen suara - meningkatkan dukungannya dari pemilu 2015. Tetapi militer mengklaim telah menemukan lebih dari 10 juta contoh penipuan pemilih, dan memberi isyarat pekan lalu bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan kudeta.
 
Ada sedikit tanda-tanda keamanan ekstra di Yangon, kota terbesar Myanmar, yang menunjukkan keyakinan para jenderal bahwa, untuk saat ini, mereka tidak menghadapi protes massal.
 
Meskipun mantan jenderal Myint Swe adalah pejabat presiden, panglima militer Min Aung Hlaing sekarang bertanggung jawab.
 
Pemimpin kudeta berusia 64 tahun itu berada di bawah sanksi AS atas kampanye kekerasan terhadap komunitas Muslim Rohinyga Myanmar yang memaksa 750.000 dari mereka melarikan diri ke Bangladesh. Ini merupakan tindakan yang menurut penyelidik PBB sama dengan genosida.
 
Aung San Suu Kyi yang kini berusia 75 tahun, tetap sangat populer di Myanmar karena penentangannya terhadap militer -,yang membuatnya mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian,- setelah menghabiskan sebagian besar dari dua dekade dalam tahanan rumah selama kediktatoran sebelumnya.
 
Tetapi citra internasionalnya runtuh selama dia berkuasa saat dia membela tindakan keras Rohingya. Su Kyi dianggap tidak mampu mengatasi kekerasan yang dialami etnis Rohingya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan