Menteri Negara untuk Energi dan Perubahan Iklim Inggris, Greg Hands, mengatakan bahwa, "laporan hari ini adalah pengingat bagi dunia akan ancaman besar dari perubahan iklim. Masih ada kesempatan untuk bertindak untuk mengurangi dampaknya. Inggris melangkah lebih jauh dan lebih cepat untuk menghasilkan energi baru terbarukan yang lebih murah dan bersih. Ini akan mengurangi paparan kita terhadap harga gas global yang mahal."
"Kami menyerukan kepada komunitas global untuk memanfaatkan momen ini dan bergabung dengan kami dalam meningkatkan transisi hijau," lanjutnya.
Sementara Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, "seperti virus korona, perubahan iklim tidak mengenal batas wilayah atau memilih yurisdiksi ataupun negara tertentu. Seluruh dunia akan menghadapi peningkatan dampak perubahan iklim jika kita tidak bertindak tegas dan segera untuk mengurangi emisi kita."
"Kami berharap, di bawah Kepresidenan G20 Indonesia, semua negara anggota G20 akan meninjau kembali dan memperkuat ambisi 2030 dan janji emisi (NDCs) mereka sebagaimana diperlukan untuk menyelaraskan dengan tujuan suhu Paris. Kami berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mendukung upayanya mewujudkan komitmen pengurangan emisi agar kita dapat pulih bersama dan lebih kuat," sambungnya.
Laporan terakhir IPCC, yang diterbitkan pada bulan Februari, memperingatkan bahwa beberapa dampak pemanasan global adalah "permanen," dengan lebih dari 40 persen populasi dunia sekarang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti peristiwa cuaca ekstrem seperti banjir dan gelombang panas.
Laporan ini juga menyoroti peluang ekonomi dari transisi ke ekonomi nol bersih, dengan penurunan biaya energy baru terbarukan, dan muncul enam bulan setelah Inggris menerbitkan Strategi Nol Bersih yang komprehensif. Strategi ini menetapkan bagaimana Inggris akan mengamankan 440.000 pekerjaan bergaji tinggi dan membuka investasi senilai GBP90 miliar pada tahun 2030, dengan membantu bisnis dan konsumen Inggris bertransisi ke energi bersih dan teknologi hijau.
Ini termasuk investasi GBP1 miliar dalam kendaraan listrik, GBP3,9 miliar untuk isolasi rumah kita, bersama dengan dukungan untuk komersialisasi bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan dan membantu industri berat berpindah ke tenaga hidrogen.
Bulan ini Inggris mulai membelanjakan £200 juta yang dijanjikan untuk mendukung negara-negara berkembang mengurangi emisi melalui program Partnering for Accelerated Climate Transitions (PACT).
Inggris juga akan segera menerbitkan Strategi Keuangan Iklim Internasional (ICF) baru, yang menguraikan rencana penyampaian investasi GBP11,6 miliar untuk membantu negara-negara di seluruh dunia dalam menanggapi keadaan darurat iklim. Pendanaan tersebut merupakan penggandaan dukungan bagi masyarakat yang paling parah terkena dampak pemanasan global.
Baca: Pemuda Indonesia Minta Para Pemimpin G20 Berbuat Lebih untuk Perubahan Iklim
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News