Ribuan warga Myanmar turun ke jalan menentang kudeta militer. Foto: AFP
Ribuan warga Myanmar turun ke jalan menentang kudeta militer. Foto: AFP

Jenderal Myanmar Keluarkan Peringatan Keras Terkait Aksi Protes

Fajar Nugraha • 08 Februari 2021 19:04

 
Paus Fransiskus pada Minggu juga menyatakan "solidaritas dengan rakyat Myanmar", mendesak tentara untuk bekerja menuju "hidup berdampingan secara demokratis".

Tantangan

Pertunjukan pemberontakan berani lainnya di Myanmar termasuk keributan malam orang-orang yang memukul panci dan wajan - sebuah praktik yang secara tradisional dikaitkan dengan mengusir roh jahat.
 
Lonjakan perbedaan pendapat populer pada akhir pekan mengatasi blokade Internet nasional. Militer Myanmar telah memerintah negara itu selama beberapa dekade sebelum mengizinkan pemerintahan sipil satu dekade lalu.

Sebagai pemimpin oposisi, Aung San Suu Kyi menghabiskan sebagian besar hidupnya di bawah tahanan rumah selama kediktatoran sebelumnya, memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian atas usahanya.
 
Kyaw Zin Tun, seorang insinyur, mengatakan pada Senin saat melakukan protes di Yangon bahwa dia ingat ketakutan yang dia rasakan saat tumbuh di bawah pemerintahan junta selama masa kanak-kanaknya di tahun 1990-an.
 
"Dalam lima tahun terakhir di bawah pemerintahan demokrasi, ketakutan kami telah disingkirkan. Tapi sekarang ketakutan kembali bersama kami, oleh karena itu, kami harus membuang junta militer ini untuk masa depan kita semua," tutur pria berusia 29 tahun itu kepada AFP.
 
Hingga seminggu setelah kudeta berlangsung, tidak diketahui keberadaan Aung San Suu Kyi. Namun militer menuntutnya dengan pelanggaran aturan ekspor-impor dan akan ditahan hingga 15 Februari 2021.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan