Serangan ini menunjukkan pertempuran meningkat di sepanjang perbatasan. Kondisi ini membuat Myanmar makin terperosok dalam kekacauan sejak junta menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dalam kudeta 1 Februari, yang membuat marah sebagian besar penduduknya.
Gerakan antijunta juga mendapat dukungan dari beberapa kelompok pemberontak etnis, yang menguasai wilayah di sepanjang wilayah perbatasan Myanmar.
Persatuan Nasional Karen (KNU), salah satu yang paling menonjol, telah menjadi salah satu lawan paling vokal junta. Mereka mengecam junta atas kekerasan terhadap pengunjuk rasa antikudeta.
Bentrokan dengan militer di wilayah KNU di sepanjang perbatasan timur telah meningkat sejak 1 Februari, dengan junta mengerahkan serangan udara bulan lalu. Kejadian itu merupakan yang pertama di negara bagian Karen dalam lebih dari 20 tahun.
Brigade Kelima KNU pada Selasa menyerang dan menghancurkan pangkalan militer di tepi Sungai Salween -,yang membatasi perbatasan antara Thailand dan Myanmar,- dan militer membalas dengan serangan udara.
Pada Rabu, tembakan dan ledakan bom sekali lagi terdengar sekitar pukul 9.00 pagi waktu setempat di dekat pangkalan militer Dar Gwin, Myanmar. Pangkalan ini terletak tepat di utara pertempuran.
"Diduga tentara (Myanmar) melepaskan tembakan untuk melindungi markas mereka," kata pernyataan dari Sithichai Jindaluang, Gubernur Provinsi Mae Hong Son, Thailand yang berbatasan dengan negara bagian Karen di Myanmar.
“Sebanyak dua pesawat militer Myanmar kemudian melancarkan serangan udara dan tembakan udara. Diikuti dengan roket yang ditembakkan dari helikopter sekitar tengah hari,” ungkapnya.
Gubernur Jindaluang menambahkan bahwa 68 warga Myanmar menyeberang ke Thailand pagi ini untuk mengungsi.
Sehari sebelumnya, seorang warga negara Myanmar berusia 45 tahun telah menyeberang pada malam hari setelah pertempuran Selasa untuk mencari bantuan medis untuk pergelangan tangannya yang terluka. Dia sekarang "stabil".
Kepala urusan luar negeri KNU Padoh Saw Taw Nee membenarkan serangan udara itu, tetapi mengatakan tentara mereka "tidak menyerang apa pun hari ini". Dia juga mengkritik junta karena melancarkan serangan udara di daerah di mana terdapat warga sipil.
"Ini bukan cara yang tepat bagi mereka untuk membalas karena serangan udara memiliki kekuatan yang besar dibandingkan dengan kekuatan (milisi KNU)," tuturnya kepada AFP, Kamis 29 April 2021.
"Mereka perlu menargetkan militer, tapi sekarang yang kami lihat hanyalah warga sipil yang terluka,” tegasnya.
Baik Gubernur Thailand dan KNU tidak dapat memastikan adanya korban dari serangan udara Rabu tersebut.
“Ada juga serangan udara di negara bagian Kachin utara Rabu. Kedua belah pihak memiliki korban," ucap Kolonel Naw Bu, juru bicara Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) mengatakan kepada AFP.
Lebih dari 24.000 orang telah mengungsi dari rumah mereka sejak militer melancarkan serangan udara pertama di daerah itu bulan lalu.
Di Myanmar, pasukan keamanan junta telah menewaskan lebih dari 750 warga sipil sejak 1 Februari, menurut kelompok pemantau lokal yang melacak jumlah korban tewas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News