Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar dalam pertemuan dengan Presiden COP26, Alok Sharma. Foto: Kementerian LHK
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar dalam pertemuan dengan Presiden COP26, Alok Sharma. Foto: Kementerian LHK

Menteri Siti Tegaskan Indonesia Beri Kontribusi Baik Atasi Perubahan Iklim

Fajar Nugraha • 01 Juni 2021 20:47
Jakarta: Kesiapan Indonesia menjelang perhelatan Konferensi Para Pihak / Conference of Parties (COP) ke-26 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Glasgow, Inggris. Hal ini didiskusikan Menteri LHK Siti Nurbaya pada pertemuan dengan Presiden COP-26 UNFCCC Alok Sharma di Jakarta, Senin 31 Mei 2021.
 
Dalam pertemuan tersebut Menteri Siti menjelaskan kesiapan Indonesia dalam menghadapi COP 26 yang persiapannya telah dilakukan anggota Delegasi Republik Indonesia (DELRI)  dalam diskusi-diskusi sejak 2020. Indonesia akan memberikan kontribusi terbaik untuk bersama-sama negara-negara di dunia mencapai target upaya pengendalian perubahan iklim global.
 
Baca: Presiden COP26 Minta Indonesia Lakukan Empat Langkah Strategis.

Menteri Siti menjelaskan langkah-langkah Indonesia  berkaitan dengan National Determination Contributions (NDC) Indonesia. Menteri Siti menegaskan bahwa dalam penghitungan angka-angka emisi karbon dari segala sektor, maka pada 2030 Indonesia pada sektor hutan sudah akan mencapai karbon netral, dan  sudah  dapat menyimpan  karbon.
 
"Pada 2030 Indonesia menargetkan sudah bisa tercapai/netral, bahkan sudah bisa menyimpan karbon sebanyak 140 juta ton khusus dari sektor kehutanan," ujar Menteri Siti, dalam keterangan yang diterima Medcom.id.
 
Namun demikian Menteri Siti pun mengungkapkan bahwa pada  saat ini sedang terus dihitung emisi karbon sektor energi. Di sektor energi ia menyebutkan relatif lebih berat, dalam arti terdapat kebutuhan akan investasi dan teknologi yang cukup besar serta dukungan kerjasama teknis internasional dan sektor swasta.
 
Secara khusus pada pertemuan di kabinet menurutnya,  sudah ada arahan dari Presiden Jokowi untuk  sektor energi dapat disiapkan peta jalan atau roadmap untuk penurunan emisi dari batubara, yaitu untuk  langkah-langkah pengaturan pabrik  PLTU  yang sudah tua dan dilihat misalnya dari hitungan-hitungan besarnya jumlah listrik dalam GWH  yang akan  terpengaruh dan harus dihitung dengan baik.
 
Menurut Menteri Siti ada hak yang harus diperhatikan misalnya ketika sektor energi dapat dipenuhi atau tidak dapat dipenuhi oleh energi terbarukan.  Selain juga ada angka pemenuhan listrik  yang masih sekitar 1.040  sampai dengan 1.300 KVA per rumah tangga, padahal untuk negara maju maka angka KVA per rumah tangga mencapai 3.300 hingga 5.400 KVA. Terhadap upaya pengendalian batu bara ini  cukup krusial karena mensyaratkan finansial dan teknologi.
 

 
"Presiden sudah memerintahkan untuk dibuat road map untuk bagaimana mengurangi PLTU-PLTU yang ditenagai batu bara," jelasnya.

Apresiasi Presiden COP 26

Sementara itu Presiden COP 26 Alok Sharma menyatakan dirinya mengapresiasi  semua upaya luar biasa yang telah dilakukan Indonesia  dalam pengendalian perubahan Iklim. Kedatangan dirinya ke Indonesia ini untuk lebih memperkuat komitmen Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Inggris dalam mencegah kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius seperti yang disepakati pada Paris Agreement, 2015 lalu.
 
"Saya menyampaikan pesan yang konsisten kepada semua negara tentang apa yang perlu kita capai dalam perjalanan menuju COP26 dan juga dalam KTT yang akan kami selenggarakan lima bulan lagi," ujar Alok Sharma.
 
Empat hal yang bisa dilakukan untuk mencapai target pembatasan kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat disebutkan Alok meliputi Pertama, menetapkan target agar kita mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad ini, dan menetapkan target pengurangan emisi 2030 sebagai bagian dari upaya mencapai emisi nol bersih pada 2050.
 
“Kedua, kami meminta setiap negara untuk menetapkan prioritas adaptasi mereka, segera setelah tiba di Glasgow. Ketiga, kita harus memobilisasi keuangan untuk mengatasi perubahan iklim, dengan memenuhi komitmen atas USD100 miliar yang pernah dijanjikan pada tahun 2015 oleh negara-negara donor dan berusaha mendapatkan aliran keuangan dari sektor swasta. Keempat, bekerja sama lintas batas dan masyarakat untuk menjaga target 1,5 derajat tersebut tetap dalam jangkauan,” sebut Alok.
 
"Kita harus membangun konsensus antar pemerintah negara di Glasgow nanti, sehingga diskusi kita nanti bisa berhasil,” ujar Alok.
 
Alok pun mengapresiasi komitmen Presiden Jokowi yang tinggi pada pengendalian perubahan iklim yang salah satunya diwujudkan dengan menekan angka deforestasi hutan  menjadi terendah sepanjang sejarah Indonesia. Serta melakukan langkah-langkah strategis dan terukur dalam pengendalian kebakaran  hutan dan lahan yang berkontribusi signifikan menurunkan emisi karbon Indonesia.
 
Presiden COP Alok  juga memberikan apresiasi kepada Presiden Jokowi yang menyatakan akan meletakkan  perubahan  iklim dan biodiversitas menjadi substansi penting pada pertemuan G-20.
 
Pada kunjungannya ke Indonesia kali ini, selain bertemu dengan Menteri LHK di Kantor Pusat Kementerian LHK Gedung Manggala Wanabakti, Presiden COP 26 Alok Sharma juga dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Menko Marves, Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, dan Menteri ESDM.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan