Junta militer telah melancarkan gelombang kekerasan yang mematikan saat berjuang untuk memadamkan protes nasional terhadap penggulingan 1 Februari dan penangkapan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.
Baca: Indonesia-Singapura Sehati Terkait Myanmar, Desak Hentikan Kekerasan.
Tetapi pengunjuk rasa terus menyerukan militer untuk mundur, menentang jam malam untuk menyalakan lilin untuk para warga sipil yang tewas. Pedemo akhirnya turun ke jalan pada pagi hari untuk menghindari pasukan keamanan.
Di Kota Hpa-An di negara bagian Karen, pengunjuk rasa sedang mempersiapkan karung pasir sekitar pukul 6.00 pagi pada Kamis ketika sejumlah tentara dan polisi masuk dan mencoba membersihkan jalan dengan menggunakan granat setrum.
"Setelah itu, mereka menembak dengan peluru karet serta peluru sungguhan, sekitar 50 tembakan," kata seorang pengunjuk rasa kepada AFP melalui telepon.
"Seorang siswa tertembak di paha dengan peluru tajam dan sekarang menerima perawatan medis,” ujarnya.
Seorang penduduk setempat mengonfirmasi tindakan keras itu kepada AFP, dengan mengatakan itu dimulai sebelum protes dimulai.
Terlepas dari tindakan polisi, pengunjuk rasa di Hpa-An terus mengadakan pertemuan dadakan sepanjang hari, berkendara melalui kota dan memberikan hormat tiga jari. Ini adalah sebuah tanda perlawanan terhadap junta.