Vedy Eriyanto, Presiden Direktur Networks Group, sebuah perusahaan penyedia layanan internet dan teknologi cloud asal Indonesia, memberikan kritik terhadap musisi yang memanfaatkan isu royalti ini sebagai ajang meningkatkan popularitas.
“Kalau kita melihat teman-teman musisi juga sometimes panjat sosial juga ya,” tutur Vedy saat dihubungi oleh Medcom.id, pada Kamis (7/8/2025).
Menurutnya, musisi harus konsisten dalam menyuarakan pendapat agar tata kelola perihal pembayaran royalti lagu ditangani dengan baik.
“Sebentar dia bilang A, sebentar dia bilang B. Jadi, bersikaplah bijak. Maksud saya, kalau tata kelola ini ingin dibenahi, kita harus konsisten. Kita harus hormati,” ucap Vedy.
baca juga:
|
Peran Pemerintah dan Solusi Pembayaran Bertahap
Vedy menambahkan, kehadiran pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam menyelesaikan masalah ini. Salah satu usulan yang ia sampaikan adalah skema pembayaran royalti secara bertahap dalam beberapa tahun.“Kalau berat dibayarkan, mungkin kita bisa mencoba berjenjang ya. Kan dari yang enggak pernah bayar, sekarang tiba-tiba harus bayar sekian. Mungkin negara juga, makanya kehadiran negara juga penting hadir,” kata Vedy.
Ia menjelaskan skema ini dapat dimulai dengan persentase kecil. “Mungkin tahun pertama dibuat bertingkat 25% dari tarif, tahun depan 50%, tahun ketiga baru penuh,” lanjutnya.
Vedy kembali mengingatkan pentingnya konsistensi yang harusnya disuarakan oleh para musisi di Indonesia.
“Jangan kita bilang, ‘oh lu gratis’ dan sebagainya. Itu tipu-tipu aja kalau menurut saya. Nanti dia teriak di LMKN, ‘kenapa saya enggak dapat royalti?’ Kan konyol gitu loh maksud saya,” jelasnya.
baca juga:
|
Ia pun masih belum paham mengenai label “gratis” yang diberikan oleh para musisi. Hal ini menjadi masalah, apalagi ada perbedaan yang cukup kontras antara para pencipta lagu dan penyanyi dalam menanggapi isu ini.
Teknologi Digital sebagai Kunci Utama
Untuk membenahi tata kelola royalti musik di Indonesia, Vedy menilai bahwa pemerintah dan para pelaku di industri musik harus memanfaatkan teknologi secara digital.“Log sheet atau data penggunaan semuanya sudah dalam bentuk digital. Tentu, tata kelolanya juga harus kita sesuaikan dengan digital,” ujar Vedy.
Dengan sistem yang digital, data penggunaan lagu dapat tercatat secara akurat dan transparan. Vedy menegaskan bahwa teknologi untuk itu sudah tersedia di perusahaannya.
“Sudut pandang saya, teknologi itu sudah tersedia di kami. Tinggal bagaimana pemerintah hadir melihat ini, agar solusinya bisa diadopsi untuk membantu tata kelola agar bisa lebih optimal,” lanjutnya.
Vedy sangat menyayangkan konflik internal yang terjadi di industri musik tanah air. Ia meminta semua pihak untuk tetap fokus agar polemik royalti tidak terus berlanjut dan menghambat pertumbuhan ekosistem musik.
“Kalau nanti di akhir tahun hasilnya jelek, mereka akan protes. Jadi, ini agak sulit. Kita fokus saja. Kita tunggu kehadiran pemerintah,” ucap Vedy.
Ia menutup dengan pandangan positif bahwa keributan ini mungkin bagian dari proses reformasi. “Jadi, berantem-berantem ini bukan berarti saling membenci, mungkin bagian dari reformasi tata kelola musik di Indonesia ini sih,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id