Menurut Dul, menjaga keseimbangan antara kehidupan sebagai seniman dan sebagai individu merupakan hal mutlak.
"Kalau misalkan trauma itu gue bawa terus sampai ke mana-mana, enggak balance. Di panggung marah-marah, di kehidupan nyata juga marah-marah. Gue enggak mau gitu. Semua luka itu cukup di panggung dan musik aja," kata Dul Jaelani dalam podcast Shindu's Scoop.
baca juga:
|
Dul menilai bahwa pengalaman kelam tidak selalu harus menjadi beban, melainkan dapat diubah menjadi sumber inspirasi. Ia mengaku tidak nyaman menyebut peristiwa itu sebagai “trauma” dan lebih memilih istilah “luka” yang dituangkan dalam bentuk lagu.
“Terlalu banyak perasaan yang harus dijaga. Gue lebih suka mengekspresikan melalui nada," tutur pria 24 tahun itu.
Bagi Dul, musik adalah medium untuk meredam emosi agar tidak meluap di kehidupan sosial. Ia mengaku perlu menjaga batas agar perannya sebagai musisi tidak mencampuri relasinya di luar panggung.
“Kalau gue ekspresikan terus-menerus, gue jadi kebawa peran. Gue juga butuh keseimbangan ini,” ungkapnya.
Sementara itu, tragedi kecelakaan yang melibatkan Dul terjadi pada September 2013, saat dirinya masih berusia 13 tahun. Mobil yang dikendarainya menabrak beberapa kendaraan di Tol Jagorawi, mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka. Insiden tersebut meninggalkan jejak emosional yang kini ia kelola dengan cara yang lebih sehat melalui musik.
(Maulia Chasanah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id