Pandji Pragiwaksono (Foto: instagram/pandji.pragiwakasono)
Pandji Pragiwaksono (Foto: instagram/pandji.pragiwakasono)

Pandji Pragiwaksono Minta Maaf soal Candaan Toraja, Siap Jalani Hukum Adat

Rafi Alvirtyantoro • 04 November 2025 11:37
Jakarta: Komedian Pandji Pragiwaksono telah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas candaannya mengenai adat Toraja. Ia juga menyatakan kesiapannya untuk menjalani proses hukum, termasuk hukum adat Toraja.
 
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, @pandji.pragiwaksono, bintang film D.O.A.: Cari Jodoh (2018) ini memberikan tanggapan terkait candaan dalam materi stand-up comedy yang menyinggung masyarakat adat Toraja.
 
“Selamat pagi, Indonesia. Terutama untuk masyarakat Toraja yang saya hormati. Dalam beberapa hari terakhir, saya menerima banyak protes dan kemarahan dari masyarakat Toraja terkait sebuah joke dalam pertunjukan Mesakke Bangsaku tahun 2013. Saya membaca dan menerima semua protes serta surat yang ditujukan kepada saya,” tulis Pandji Pragiwaksono dalam keterangan unggahannya, dikutip pada Selasa, 4 November 2025.
Setelah menerima berbagai kritik dan kemarahan dari masyarakat Toraja, Pandji berdialog dengan Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Rukka Sombolinggi, tadi malam. Obrolan tersebut menyadarkannya bahwa ia masih kurang memiliki pengetahuan yang mendalam untuk membuat candaan tentang adat Toraja.

“Dalam pembicaraan kami lewat telepon, Ibu Rukka menceritakan dengan sangat indah tentang budaya Toraja, mengenai maknanya, nilainya, dan kedalamannya. Dari obrolan itu, saya menyadari bahwa joke yang saya buat memang ignorant (tidak berpengetahuan),” ungkap Pandji.
 
Oleh karena itu, Pandji meminta maaf atas candaan mengenai adat Toraja yang telah memicu kemarahan masyarakat.
 
“Dan untuk itu saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Toraja yang tersinggung dan merasa dilukai,” lanjutnya.
 
Pandji menjelaskan bahwa saat ini ada dua proses yang mungkin berjalan menyangkut dirinya, yakni hukum negara dan hukum adat.
 
“Berdasarkan pembicaraan dengan Ibu Rukka, penyelesaian secara adat hanya dapat dilakukan di Toraja,” tulisnya.
 
Berkat kesediaan Rukka Sombolinggi menjadi fasilitator, Pandji siap untuk menjalani proses hukum adat Toraja. Namun, jika kendala waktu tidak memungkinkan, ia hanya akan menjalani proses hukum sesuai aturan negara.
 
“Ibu Rukka bersedia menjadi fasilitator pertemuan antara saya dengan perwakilan dari 32 wilayah adat Toraja. Saya akan berusaha mengambil langkah itu. Namun, bila secara waktu tidak memungkinkan, saya akan menghormati dan menjalani proses hukum negara yang berlaku,” jelas Pandji.

Komitmen Belajar dan Komentar tentang SARA

Dari kejadian ini, Pandji berkomitmen untuk belajar dan menjadikannya sebagai kesempatan untuk menjadi komedian yang lebih baik lagi di masa depan. Ia berharap masalah ini tidak membuat para komika berhenti mengangkat nilai dan budaya dalam setiap karya mereka.
 
“Semoga para komika di Indonesia terus bercerita tentang adat dan tradisi bangsa ini dengan cara yang lebih baik, lebih bijak, dan lebih menghormati,” harapnya.
Pandji menilai bahwa pandangan yang melarang komedian membicarakan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) adalah kurang tepat. Namun, ia mengingatkan para komika untuk tidak merendahkan atau menjelekkan SARA dalam karyanya.
 
“Menurut saya, anggapan bahwa pelawak tidak boleh membicarakan SARA kurang tepat. Indonesia adalah negara dengan keragaman luar biasa: suku, agama, ras, dan antargolongan adalah bagian dari jati diri bangsa ini,” tulis Pandji.
 
“Yang penting bukan berhenti membicarakan SARA, tetapi bagaimana membicarakannya tanpa merendahkan atau menjelek-jelekkan,” tegasnya.

Kontroversi Candaan Pandji Pragiwaksono tentang Adat Toraja

Sebelumnya, video lawakan Pandji Pragiwaksono yang membahas upacara pemakaman Toraja, Rambu Solo, menuai berbagai kecaman. Salah satunya datang dari Anggota DPR RI, Frederik Kalalembang.
 
Frederik Kalalembang menyayangkan candaan Pandji yang menjadikan upacara adat Toraja sebagai materi lawakan. Ia bahkan sempat berniat memanggil Pandji untuk mendapatkan klarifikasi.
Fredrik yang juga Ketua Ikatan Keluarga Toraja Nusantara (IkaTNus) menyebut Pandji tidak menghargai budaya Toraja. Apalagi dalam materi lawakannya, Pandji menyebut seseorang bisa menjadi miskin jika memaksakan diri melakukan Rambu Solo.
 
Dalam rekaman video yang beredar, Pandji menyelipkan materi stand-up comedy soal banyak warga Toraja jatuh miskin karena memaksakan diri menggelar pesta kematian yang mewah.
 
Sebagai informasi, Rambu Solo adalah upacara adat pemakaman di Toraja untuk mengantarkan arwah orang yang meninggal menuju alam baka. Upacara ini mencerminkan penghormatan terakhir dan bentuk solidaritas sosial, serta dianggap sebagai proses penyempurnaan kematian sesuai kepercayaan adat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan