Barry Likumahuwa (Foto: MI/Sumaryanto)
Barry Likumahuwa (Foto: MI/Sumaryanto)

Wawancara Eksklusif Barry Likumahuwa: Menggali Akar Budaya Maluku lewat Musik

Medcom • 31 Oktober 2021 13:00

 
Apa yang membedakan lagu ini dengan lagu Barry Likumahuwa sebelumnya?
 
Yang pasti, saya cukup jarang merilis lagu yang bukan karya saya sendiri. Kebanyakan yang saya bikin itu karya ciptaan saya sendiri atau yang terakhir saya rilis ciptaan papa saya almarhum (Benny Likumahuwa). Jarang sekali saya merilis lagu yang bukan ciptaan saya. Ini merupakan hal baru buat saya.

Ini menjadi sebuah momentum sih buat saya karena seperti yang tadi saya bilang, setahun belakangan, tahun 2020 itu saya punya hati untuk akar budaya Ambon dan Maluku itu sangat kencang dan kental. Sehingga hampir semua karya saya memasukkan unsur bunyi-bunyian tifa seperti di lagu "Trust and Faith," "Nona Manis," "Ode to Benny Liku" yang kemarin masuk nominasi AMI (Anugerah Musik Indonesia) semua saya masukkan unsur tifa karena saya merasa tifa merupakan instrument perkusi Maluku yang memang sudah ciri khas banget. Tetapi, "Nusaniwe" ini menjadi momentum buat saya yang menandakan seperti ini lho dedikasi Barry Likumahuwa untuk musik dan budaya Maluku. Sebuah Langkah yang saya jadikan momentum. Jadi, buat saya lumayan berarti sih, karya ini lumayan menjadi sebuah tonggak baru buat perjalanan karier saya pribadi.
 
Dalam proses pembuatan lagu, mana yang terlebih dahulu dibuat oleh Barry Likumahuwa, melodi atau lirik?
 
Bebeda-beda. Misalnya pada karya saya yang berjudul “Mati Saja” (2008) itu saya buat melodi dan beat-nya terlebih dahulu. Liriknya malah masuk belakangan dan itu saya ciptakan bersama penyanyinya, Danto. Pada lagu saya yang berjudul “Saat Kau Milikku” liriknya jadi terlebih dahulu. Jadi, saya membuat lagunya sambil membaca lirik. Selama ini berbeda-beda sih, tidak ada proses yang sama begitu karena menurut saya di situ letak indahnya membuat suatu karya.
 
Wawancara Eksklusif Barry Likumahuwa: Menggali Akar Budaya Maluku lewat Musik
 
Bagaimana Barry Likumahuwa memandang jazz Indonesia hari ini?
 
Kalau dibilang banyak musisi jazz yang ada di Indonesia, ya banyak banget apalagi generasi-generasi baru yang bahkan di bawah saya. Mereka lebih up to date karena mungkin referensi yang didapatkan cenderung lebih mudah.
 
Jika pada zaman saya referensinya lumayan susah, harus beli CD, beli kaset, Mereka sekarang tinggal satu klik, buka Youtube, mereka bisa menonton semua yang ingin ditonton bahkan yang paling baru. Tetapi saya pribadi, yang selalu saya rindukan adalah melihat musisi-musisi jazz Indonesia menggali bagaimana caranya mengakomodasi kebutuhan kita untuk melestarikan budaya kita juga. Makanya saya bilang tadi di awal, menjadi tanggung jawab saya sebagai musisi berdarah Maluku dan orang Indonesia untuk memasukkan unsur Indonesia ke dalam musik saya. Nah, kelemahan kami di jazz Indonesia menurut saya adalah kami memang main jazz banget, kita senang mengulik jazz, tetapi kan itu akar budaya orang luar.
 
Sementara kalau kita lihat di Jepang misalnya, mereka sudah punya J-jazz, jadi musik jazz, tetapi musik jazz orang Jepang. Sudah langsung ketahuan begitu bunyi, "Wah ini pasti orang Jepang nih," begitu. Atau jazz eropa misalnya, kita juga pasti sudah bisa tahu. Nah, kita Indonesia belum punya warna yang spesifik seperti itu. Ya, mungkin tidak bisa terjadi dalam waktu dekat, tetapi mudah-mudahan dalam 10 satau 15 tahun ke depan sudah mulai muncul bakat-bakat yang mulai memikirkan untuk menggabungkan unsur Indonesia.
 
Apa arti musik menurut Barry?
 
Buat saya pribadi, musik buat hidup dan hidup buat musik.
 
Selama ini musik Barry tidak jauh dari jazz atau funk, apakah tertarik untuk keluar dari genre ini? Atau bahkan membuat musik punk seperi dahulu lagi?
 
Sebenarnya sangat tertarik sih beberapa tahun lalu juga kan saya pernah membikin karya yang agak sedikit berbeda juga, walaupun memang akarnya masih sama ya, funk juga tetapi, unsur jazz nya saya kurangi pada saat saya membuat band bernama Rima. Tetapi ya memang agak sulit ya, karena saya besar di rumah yang memang nuansanya jazz banget dan pada akhirnya, ujung-ujungnya jazz lagi nih, begitu. Biasanya juga orang-orang ketika saya rilis dan kasih untuk mendengarkan karya saya langsung beranggapan bahwa itu jazz. Mereka enggak bisa bilang ini bukan jazz, karena mungkin unsur jazz nya terlalu kuat.
 
Tetapi kalu ditanya ingin atau enggak, ya sangat ingin karena saya orang yang suka dengan semua jenis musik, begitu. Kalau punk kan memang, sebenernya saya enggak suka-suka banget, tetapi pada saat itu teman-teman bisanya main punk jadi saya main punk. Saya tuh sering juga menonton band-band seperti Deadsquad, Burgerkill. Buat saya itu adalah band yang, "Wah keren ya kalau bisa collab bersama mereka," begitu atau bahkan sama Iwan Fals. Buat saya itu merupakan musik yang sangat-sangat berbeda dengan saya, tetapi saya melihat itu sebagai musik yang keren banget. Kalau ditanya mau sih mau banget hanya saja sejauh ini, kesempatannya belum ada. Semoga dalam waktu dekat bisa terjadi dan dapat terwujud.
 
Dengan Iwan Fals sudah ada omongan untuk kolaborasi?
 
Saya sudah pernah bertemu beliau sih beberapa kali dan setiap bertemu beliau, saya selalu "star struck" begitu, jadi saya selalu enggak bisa ngomong. Belum ada sih omongan untuk bisa berkolaborasi, hanya saja saya sudah pernah menyatakan bahwa saya memang suka, dan nge-fans.
 
Proyek apa yang akan digarap oleh Barry setelah "Nusaniwe"?
 
"Nusaniwe" ini adalah awal dari sekian proyek berbau Maluku yang akan saya rilis. Jadi, hanya dalam hitungan bulan, berharap sih bulan depan kami sudah bisa rilis lagi atau paling tidak di awal tahun 2022 paling tidak sudah bisa rilis lagi. Akan ada mungkin bisa 5 sampai 10 lagu yang akan saya rilis yang berhubungan dengan Maluku karena memang seperti yang saya bilang tadi, ini sebagai tanggung jawab saya sekaligus sebuah bentuk untuk “merayakan” Ambon yang memang menjadi kota musik bukan hanya di Indonesia bahkan kota musik dunia bersanding dengan Glasgow, Liverpool, dan kota-kota besar lainnya. Jadi saya akan menjadikan momentum Nusaniwe ini sebagai rilisan awal.
 
Di luar itu, saya juga sedang mempersiapkan rilisan vinyl untuk karya-karya saya. Bukan hanya "Nusaniwe," Jadi saya punya karya yang bisa dibilang lebih segmented kan yang lebih jazz dan segala macem. Kalo "Nusaniwe" kan bisa dibilang cukup nge-pop lah buat musik saya. Rilisan saya yang lain tuh lebih instrumental, lagu-lagu yang saya rilis kebanyakan di platform digital. Tapi kan selama ini dari 2016 saya tiap rilis enggak pernah album. Saya terakhir rilis album tuh 2016. Sejak 2017 tuh selalu single. Akhirnya saya kepikiran untuk kompilasi single-single saya tersebut menjadi satu, 8 lagu kami jadikan satu piringan hitam. Sekarang sedang proses dan mudah-mudahan bisa rilis dalam waktu dekat.
 
(Ifdal Ichlasul Amal)
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ASA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan