Barry Likumahuwa (Foto: MI/Sumaryanto)
Barry Likumahuwa (Foto: MI/Sumaryanto)

Wawancara Eksklusif Barry Likumahuwa: Menggali Akar Budaya Maluku lewat Musik

Medcom • 31 Oktober 2021 13:00
Penikmat musik jazz tanah air tentunya sudah tidak asing lagi dengan nama Barry Likumahuwa. Alunan melodi kompleks yang bersatu dengan bassline yang apik membuat karya-karya Barry banyak dinikmati oleh para pendengarnya. Anak dari musisi legendaris Benny Likumahuwa ini, baru saja merilis single terbarunya yang berjudul “Nusaniwe”. Single tersebut merupakan hasil kolaborasinya bersama solois ternama Teddy Adithya dan grup vokal Renewal dengan bantuan dari Sinjitos Collective. Lagu ini merupakan sebuah remake dari lagu tradisional Ambon yang sebelumnya juga pernah dibuat ulang oleh Yopie Latul pada tahun 1982.
 
Hidup di keluarga jazz, membuat Barry sangat akrab dengan aliran musik itu. Ia kemudian mulai memainkan bass pada saat duduk di bangku sekolah dasar hingga akhirnya berhasil merilis album solo perdananya di tahun 2008 dengan tajuk “Good Spell”. Dalam perjalanan karier musiknya, bassist berumur 38 tahun ini telah berkolaborasi dengan banyak musisi ternama di Indonesia seperti sang ayah Benny Likumahuwa, Glenn Fredly, Indra Aziz, Hingga yang terbaru Teddy Adithya.
 
Musisi jazz ini mengaku sangat senang bisa mendapat kesempatan untuk merilis ulang lagu rakyat yang sangat sering dinyanyikan di Ambon. Ia menganggap ini sebagai sebuah momentum untuk mengenalkan kembali budaya Maluku ke masyarakat luas. Hal yang menjadi pertanyaan adalah berangkat dari mana gagasan itu? Serta mengapa ia bisa sangat concern akan hal tersebut?

Di tengah kesibukan yang begitu padat tim Medcom berkesempatan untuk mewawancarai musisi peraih nominasi AMI Awards itu via e-conference call, membahas banyak tentang Nusaniwe, proses produksi, ide awal, hingga kendala-kendala yang dihadapi
 
Dari mana ide memproduksi ulang lagu "Nusaniwe" yang pernah dirilis pada 1982 ini?
 
Sebetulnya lagu "Nusaniwe" itu boleh kita bilang tradisional, boleh dibilang juga lagu rakyat ya, karena itu memang lagu yang biasa dinyanyikan di Ambon. Itu memang suatu daerah yang berurutan. Jadi di kota Ambon pada satu daerah tuh ada yang namanya Nusaniwe, Tanjung Alang, Labuhan Raja itu sederet kalau di jalan kita melewati begitu dan itu memang benar-benar lagu rakyat. Nah tahun 1982, om Yopie Almarhum (Yopie Latul), memasukkan lagu itu ke dalam album Ambon Jazz Rock. Waktu album itu dirilis pada 1982, lagu itu menjadi boleh dibilang lebih modern lah dari yang awalnya lagu rakyat dan uniknya Ambon jazz rock menjadi album yang diterima oleh bahkan bukan hanya orang Maluku. Banyak orang di luar suku Ambon yang menikmati sekali lagu ini. jadi bisa dibilang album tersebut mendapat pengakuan dari industri musik Indonesia.
 
Akhirnya, saya pernah membuat tribute pada tahun 2006, tribute to Christ Taihatu dan kebetulan lagu itu salah satu yang saya aransemen. Waktu itu yang menyanyikan almarhum Glenn (Glenn Fredly). Sebenarnya itu acara live yang kemudian direkam dan ada juga di youtube, lalu ternyata versi audionya dirilis di Spotify saya juga baru tahu.
 
Lalu kemudian karena saya sedang menggali akar budaya Ambon Maluku dalam artian saya merasa, sebagai musisi berdarah Maluku saya memiliki kewajiban untuk mempertahankan akar budaya itu, dari sisi saya dan dengan cara saya. Kemarin-kemarin mungkin saya lebih fokus mengulik musik orang luar negeri atau orang barat seperti musik jazz, musik R&B which is semua datangnya dari luar.
 
Lalu, saya berpikir ini semua menjadi tanggung jawab saya pribadi sebagai seorang berdarah Maluku, Indonesia untuk menggali akar budaya Indonesia. Nah salah satu yang paling mudah itu menurut saya dari lagu "Nusaniwe" ini karena pertama, saya sudah pernah bikin aransemennya, kedua karena memang lagu ini pernah masuk album Ambon Jazz Rock yang menurut saya album fenomenal Ketiga bertepatan banget dengan om Yopie Latul satu tahun meninggal lalu, kota Ambon juga baru berulangtahun, 7 September dan yang terakhir yang paling lucu, ini fun fact, rumah saya itu berada di jalan Air Salobar, Kelurahan Nusaniwe. Jadi, buat saya itu personal banget.
 

 
Mengapa memilih bekerja sama dengan Teddy Adithya dan Renewal?
 
Pertama, Teddy Adithya dan saya memang sudah cukup lama berkarya bersama, sebelum dia rilis album solo. Di tahun 2011 hingga 2014, dia pernah ikut saya di BLP (Barry Likumahuwa Project) menjadi addiitional vocalist semenjak vokalis utamanya keluar. Jadi, memang sudah saling kenal sekali. Apalagi sekarang dia sudah punya project solo dan sudah punya brandnya sendiri. Saya merasa ini lucu, kalau dulu saya meminta bantuan dia sebagai featured artist sekarang kami kolaborasi bertemunya artist to artist.
 
Sisi fun line nya adalah, Teddy kan keturunan Maluku juga. Ia orang Ternate dan dia adalah Ambon Islam, atau yang biasa kami sebut sebagai Ambon Acang. Buat saya ini bisa sebagai momen kami untuk mempererat lagi hubungan yang dahulu pernah panas antara Ambon Kristen dan Islam. Saya merasa dengan saya mengajak Teddy menjadi sebuah momentum untuk mengatakan, 'Eh Ambon tuh fine fine aja loh, Ambon Kristen dan Ambon Islam, kita bisa berkarya bersama.
 
Kalau Renewal, Orang Maluku kan terkenal dengan kemampuan bernyanyi yang luar biasa ya, sudah umum lah di setiap Gereja di Ambon kalau bernyanyi itu pecah suara. Nah, Renewal ini menurut saya sebuah grup vokal yang mewakili sisi itu.
 
Penggarapan lagu "Nusaniwe" ini mulai dari kapan?
 
Jadi, seperti yang anda tahu, aransemen ini sebelumnya kan sudah ada di versinya Glenn yang memang lagu itu sudah saya buat sejak 2006, versi aransemen itu ya. Jadi, sudah sering saya bawakan juga di acara-acara Maluku, tetapi memang saya tidak pernah rilis dengan nama pribadi. Akhirnya, tahun lalu, 2020 saya membuat acara online, online concert di YouTube dan lagu itu salah satu yang kami bawakan which is memang yang menyanyikan itu Teddy. Lalu, sudah ada materinya, karena kami merekamnya di rumah pada saat awal-awal pandemi makanya audionya rapi sekali, audio rekaman begitu. Akhirnya saya pikir, "Wah ini lucu nih, kalau saya simpan, dan suatu hari kita rilis." Lalu setelah beberapa lama saya tahan, kemudian teringat, wah momentumnya pas nih tanggal 7 Oktober Hari Ulang Tahun Ambon. Akhirnya Terpikir untuk melibatkan Renewal.
 
Sebenarnya, base rekamannya sudah ada sejak 2020, tetapi untuk proses menjadi single itu cepat sekali, hanya memakan hitungan pekan. Waktu saya bilang, oke kita jalan, kami hanya take vocal untuk Renewal di studionya Sinjitos di daerah Kebayoran dan hanya memakan waktu 3 hingga 4 jam. Setelah itu masuk proses mixing sekitar kurang lebih seminggu, lanjut ke mastering dan lain-lain, langsung rilis. Jadi, sangat cepat sih proses dari memutuskan untuk rilis hingga rilis.
 
Kendala apa yang ditemukan dalam proses pembuatan lagu ini?
 
Kendalanya lebih di kendala pandemi saja sih, jadi untuk bergerak ke mana-mana itu agak susah. Jika sebelumnya setiap meeting kami harus bertemu, sekarang hanya bisa lewat zoom. Proses pembuatan artwork juga hanya bisa saling kirim materi via chat saja. Selebihnya mulus dan ini merupakan Kerjasama saya pertama kali dengan Sinjitos, tetapi rasanya seperti sudah kerja sejak lama. Saya itu tipe orang yang kalua kerja harus cepat, jadi senang kalau orang yang kerja dengan saya itu cepat dan Sinjitos ternyata kerjanya lebih cepat daripada saya, ngebut bahkan. Jadi, saya senang banget.
 
Barry memiliki background desain grafis, apakah Barry mendesain sendiri artwork "Nusaniwe"?
 
Hahaha pertanyaan yang unik. Dikarenakan saya punya background desain grafis, jadi saya memang sangat memikirkan soal artwork sejak dahulu. Walaupun bukan saya yang mendesain, tetapi saya selalu punya quality control. Jadi, saya hanya memberi masukan dan nuansa saja.
 
 
 

 
Apa yang membedakan lagu ini dengan lagu Barry Likumahuwa sebelumnya?
 
Yang pasti, saya cukup jarang merilis lagu yang bukan karya saya sendiri. Kebanyakan yang saya bikin itu karya ciptaan saya sendiri atau yang terakhir saya rilis ciptaan papa saya almarhum (Benny Likumahuwa). Jarang sekali saya merilis lagu yang bukan ciptaan saya. Ini merupakan hal baru buat saya.
 
Ini menjadi sebuah momentum sih buat saya karena seperti yang tadi saya bilang, setahun belakangan, tahun 2020 itu saya punya hati untuk akar budaya Ambon dan Maluku itu sangat kencang dan kental. Sehingga hampir semua karya saya memasukkan unsur bunyi-bunyian tifa seperti di lagu "Trust and Faith," "Nona Manis," "Ode to Benny Liku" yang kemarin masuk nominasi AMI (Anugerah Musik Indonesia) semua saya masukkan unsur tifa karena saya merasa tifa merupakan instrument perkusi Maluku yang memang sudah ciri khas banget. Tetapi, "Nusaniwe" ini menjadi momentum buat saya yang menandakan seperti ini lho dedikasi Barry Likumahuwa untuk musik dan budaya Maluku. Sebuah Langkah yang saya jadikan momentum. Jadi, buat saya lumayan berarti sih, karya ini lumayan menjadi sebuah tonggak baru buat perjalanan karier saya pribadi.
 
Dalam proses pembuatan lagu, mana yang terlebih dahulu dibuat oleh Barry Likumahuwa, melodi atau lirik?
 
Bebeda-beda. Misalnya pada karya saya yang berjudul “Mati Saja” (2008) itu saya buat melodi dan beat-nya terlebih dahulu. Liriknya malah masuk belakangan dan itu saya ciptakan bersama penyanyinya, Danto. Pada lagu saya yang berjudul “Saat Kau Milikku” liriknya jadi terlebih dahulu. Jadi, saya membuat lagunya sambil membaca lirik. Selama ini berbeda-beda sih, tidak ada proses yang sama begitu karena menurut saya di situ letak indahnya membuat suatu karya.
 
Wawancara Eksklusif Barry Likumahuwa: Menggali Akar Budaya Maluku lewat Musik
 
Bagaimana Barry Likumahuwa memandang jazz Indonesia hari ini?
 
Kalau dibilang banyak musisi jazz yang ada di Indonesia, ya banyak banget apalagi generasi-generasi baru yang bahkan di bawah saya. Mereka lebih up to date karena mungkin referensi yang didapatkan cenderung lebih mudah.
 
Jika pada zaman saya referensinya lumayan susah, harus beli CD, beli kaset, Mereka sekarang tinggal satu klik, buka Youtube, mereka bisa menonton semua yang ingin ditonton bahkan yang paling baru. Tetapi saya pribadi, yang selalu saya rindukan adalah melihat musisi-musisi jazz Indonesia menggali bagaimana caranya mengakomodasi kebutuhan kita untuk melestarikan budaya kita juga. Makanya saya bilang tadi di awal, menjadi tanggung jawab saya sebagai musisi berdarah Maluku dan orang Indonesia untuk memasukkan unsur Indonesia ke dalam musik saya. Nah, kelemahan kami di jazz Indonesia menurut saya adalah kami memang main jazz banget, kita senang mengulik jazz, tetapi kan itu akar budaya orang luar.
 
Sementara kalau kita lihat di Jepang misalnya, mereka sudah punya J-jazz, jadi musik jazz, tetapi musik jazz orang Jepang. Sudah langsung ketahuan begitu bunyi, "Wah ini pasti orang Jepang nih," begitu. Atau jazz eropa misalnya, kita juga pasti sudah bisa tahu. Nah, kita Indonesia belum punya warna yang spesifik seperti itu. Ya, mungkin tidak bisa terjadi dalam waktu dekat, tetapi mudah-mudahan dalam 10 satau 15 tahun ke depan sudah mulai muncul bakat-bakat yang mulai memikirkan untuk menggabungkan unsur Indonesia.
 
Apa arti musik menurut Barry?
 
Buat saya pribadi, musik buat hidup dan hidup buat musik.
 
Selama ini musik Barry tidak jauh dari jazz atau funk, apakah tertarik untuk keluar dari genre ini? Atau bahkan membuat musik punk seperi dahulu lagi?
 
Sebenarnya sangat tertarik sih beberapa tahun lalu juga kan saya pernah membikin karya yang agak sedikit berbeda juga, walaupun memang akarnya masih sama ya, funk juga tetapi, unsur jazz nya saya kurangi pada saat saya membuat band bernama Rima. Tetapi ya memang agak sulit ya, karena saya besar di rumah yang memang nuansanya jazz banget dan pada akhirnya, ujung-ujungnya jazz lagi nih, begitu. Biasanya juga orang-orang ketika saya rilis dan kasih untuk mendengarkan karya saya langsung beranggapan bahwa itu jazz. Mereka enggak bisa bilang ini bukan jazz, karena mungkin unsur jazz nya terlalu kuat.
 
Tetapi kalu ditanya ingin atau enggak, ya sangat ingin karena saya orang yang suka dengan semua jenis musik, begitu. Kalau punk kan memang, sebenernya saya enggak suka-suka banget, tetapi pada saat itu teman-teman bisanya main punk jadi saya main punk. Saya tuh sering juga menonton band-band seperti Deadsquad, Burgerkill. Buat saya itu adalah band yang, "Wah keren ya kalau bisa collab bersama mereka," begitu atau bahkan sama Iwan Fals. Buat saya itu merupakan musik yang sangat-sangat berbeda dengan saya, tetapi saya melihat itu sebagai musik yang keren banget. Kalau ditanya mau sih mau banget hanya saja sejauh ini, kesempatannya belum ada. Semoga dalam waktu dekat bisa terjadi dan dapat terwujud.
 
Dengan Iwan Fals sudah ada omongan untuk kolaborasi?
 
Saya sudah pernah bertemu beliau sih beberapa kali dan setiap bertemu beliau, saya selalu "star struck" begitu, jadi saya selalu enggak bisa ngomong. Belum ada sih omongan untuk bisa berkolaborasi, hanya saja saya sudah pernah menyatakan bahwa saya memang suka, dan nge-fans.
 
Proyek apa yang akan digarap oleh Barry setelah "Nusaniwe"?
 
"Nusaniwe" ini adalah awal dari sekian proyek berbau Maluku yang akan saya rilis. Jadi, hanya dalam hitungan bulan, berharap sih bulan depan kami sudah bisa rilis lagi atau paling tidak di awal tahun 2022 paling tidak sudah bisa rilis lagi. Akan ada mungkin bisa 5 sampai 10 lagu yang akan saya rilis yang berhubungan dengan Maluku karena memang seperti yang saya bilang tadi, ini sebagai tanggung jawab saya sekaligus sebuah bentuk untuk “merayakan” Ambon yang memang menjadi kota musik bukan hanya di Indonesia bahkan kota musik dunia bersanding dengan Glasgow, Liverpool, dan kota-kota besar lainnya. Jadi saya akan menjadikan momentum Nusaniwe ini sebagai rilisan awal.
 
Di luar itu, saya juga sedang mempersiapkan rilisan vinyl untuk karya-karya saya. Bukan hanya "Nusaniwe," Jadi saya punya karya yang bisa dibilang lebih segmented kan yang lebih jazz dan segala macem. Kalo "Nusaniwe" kan bisa dibilang cukup nge-pop lah buat musik saya. Rilisan saya yang lain tuh lebih instrumental, lagu-lagu yang saya rilis kebanyakan di platform digital. Tapi kan selama ini dari 2016 saya tiap rilis enggak pernah album. Saya terakhir rilis album tuh 2016. Sejak 2017 tuh selalu single. Akhirnya saya kepikiran untuk kompilasi single-single saya tersebut menjadi satu, 8 lagu kami jadikan satu piringan hitam. Sekarang sedang proses dan mudah-mudahan bisa rilis dalam waktu dekat.
 
(Ifdal Ichlasul Amal)
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ASA)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan