Endiarto sutradara Film Merah Putih: One for All (Foto: instagram)
Endiarto sutradara Film Merah Putih: One for All (Foto: instagram)

Penonton Film Merah Putih: One for All Sepi, Sutradara Makin Semangat Buat Sekuel Setiap Tahun

Elang Riki Yanuar • 19 Agustus 2025 17:27
Jakarta: Film animasi Merah Putih: One for All masih menjadi sorotan publik usai tayang perdana pada 14 Agustus 2025. Meski hanya ditonton segelintir orang, sang sutradara Endiarto justru mengumumkan rencana ambisius: menghadirkan sekuel setiap tahun bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI.
 
“Kan tadi udah saya bilang, setiap tahun, 17 Agustus pasti muncul Merah Putih One for All,” ujar Endiarto dalam kanal YouTube Richard Lee, dikutip Senin, 18 Agustus 2025.
 
Namun kenyataannya, film tersebut gagal menarik perhatian. Data akun X @cinepoint_ mencatat, hingga Senin 18 Agustus, Merah Putih: One for All baru mengantongi 2.276 penonton. Angka ini menempatkannya di posisi terbawah daftar film yang tayang di bioskop Indonesia.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan Demon Slayer: Infinity Castle dari Jepang, yang tayang hampir bersamaan dan langsung menembus 1 juta penonton hanya dalam tiga hari. Perbandingan ini makin menyorot jurang kualitas dan daya tarik keduanya di mata publik.
 
Film garapan Perfiki Kreasindo itu juga menjadi bahan cercaan di situs populer IMDb. Hingga artikel ini ditayangkan, Merah Putih: One for All telah diulas oleh 81 pengguna dan hanya meraih rating 1 bintang dari 10.
 
baca juga: Amel Carla Blak-blakan Kritik Merah Putih: One for All: Nilainya 3 dari 10!

 
Dalam salah satu ulasan pedas, pengguna dengan nama imdbfan-4069471596 menulis: “One For All, ya kita semua sepakat film ini pantas mendapatkan Satu. Tak perlu penjelasan, tonton saja trailernya. Mimpi buruk. Malah, menurut saya karya/tugas mahasiswa animasi semester awal jauh lebih baik daripada ini. Film ini tampak belum selesai, bahkan tidak layak disebut storyboard. Animasi: Sangat Buruk, Efek Visual: Sangat Buruk, Pengisi Suara: Sangat Buruk, Poster Film: Bencana.”
 
Langkah Endiarto untuk tetap merilis sekuel tiap tahun pun menuai kritik. Konten kreator asal Surabaya, Stanley Hao, menilai keputusan itu tidak mempertimbangkan respons penonton. Ia bahkan membandingkannya dengan pengalaman studio besar seperti DC Universe.
 
“Setahu saya studio segede DC aja begitu universe-nya nggak works, film-film sebelumnya flop, fansnya nggak suka, banyak dapat kritikan, itu diberhentiin Pak sama mereka,” ujar Stanley.
 
Menurut Stanley, Endiarto seharusnya belajar dari masukan, bukan justru mengulang kesalahan yang sama. “Harusnya diterima masukannya, coba perbaiki. Kalau bisa pakai judul yang lain, jangan pakai judul itu lagi,” tambahnya.
 
Meski banjir kritik, Endiarto tetap menyebut ada tawaran dari luar negeri untuk menayangkan film tersebut. Namun publik menilai yang membuat Merah Putih: One for All ramai diperbincangkan bukanlah kualitasnya, melainkan kontroversi seputar proses kreatif dan hasil akhirnya.
 
(Safira Prameswari)
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan