Proyek yang digarap oleh Perfiki Kreasindo dengan sutradara Endiarto dan Bintang ini dikerjakan dalam waktu kurang dari dua bulan, memicu pertanyaan tentang alokasi dana dan proses pengerjaannya.
Pasalnya, sejumlah aset dalam film ini diduga dibeli dari platform digital seperti Daz3D, termasuk latar jalanan yang menggunakan aset Street of Mumbai di India, sehingga dianggap kurang mencerminkan nuansa lokal.
baca juga: Kementerian Ekonomi Kreatif Bantah Beri Bantuan Finansial untuk Film Merah Putih: One for All |
Yono Jambul melalui channel YouTube-nya mengungkap bahwa beberapa elemen visual dalam film ini bukan buatan tim animator, melainkan dibeli dengan harga relatif murah, sekitar belasan dolar. Hal ini memantik kritik bahwa alokasi dana miliaran rupiah tidak terlihat pada kualitas grafis yang dihasilkan.
Sebagai perbandingan, animasi kelas dunia seperti One Piece atau Demon Slayer hanya menghabiskan sekitar Rp1,8 miliar per episode, namun hasilnya jauh lebih detail.
Meski menuai kontroversi, film yang rencananya tayang mulai 14 Agustus 2025 ini telah menggelar premier yang diklaim dihadiri lebih dari 400 orang.
Tim promosi juga menyebut banyak penonton yang tidak kebagian tiket. Trailer resminya sudah dapat disaksikan di kanal YouTube Perfiki TV, CGV Kreasi, dan Historika Film.
Merah Putih: One For All digadang-gadang sebagai animasi pertama bertema kebangsaan. Ceritanya mengisahkan sekelompok anak dari latar budaya berbeda yang bersatu untuk menjaga bendera pusaka yang hilang sebelum upacara Hari Kemerdekaan. Sayangnya, minimnya sentuhan lokal dalam visual justru menjadi sorotan utama.
(Maulia Chasanah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id