Ia mengatakan tidak adil rasanya jika hanya menonton trailernya saja. Apalagi Hanung Bramantyo sempat memberikan komentar tentang film tersebut sebelumnya.
“Saya harus menonton film itu karena nggak fair kalau saya nonton cuma trailer saja,” ujarnya kepada awak media di salah satu bioskop di Jakarta.
Menurutnya, Merah Putih: One for All adalah proyek yang belum selesai dan terlalu dipaksa untuk ditampilkan. Hal itu bisa terlihat dari visual yang muncul di layar lebar.
“Dari visualnya terlihat sekali. Kalau saya mau membuat sebuah film animasi, saya pasti akan melalui proses yang sekarang teman-teman semua lihat, kalau misalnya sempat lihat di bioskop,” ucap Hanung Bramantyo.
baca juga:
|
Ia menjelaskan bahwa hasil akhir dari Merah Putih: One for All adalah proses awal untuk melihat struktur dalam film animasi. Seharusnya proses tersebut tidak ditampilkan untuk publik.
“Ini hanya ditampilkan di depan para kreatornya, yaitu animator-animatornya, untuk punya bayangan, ‘Oh, ya sudah, berarti saya harus membeli aset atau menciptakan aset danau, menciptakan aset sungai, menciptakan aset hutan’,” jelas Hanung.
Oleh karena itu, ia merasa bingung setelah film Merah Putih: One for All bisa tetap tayang di bioskop. Menurutnya, kreator film ini tidak memikirkan dampaknya kepada penonton.
“Saya betul-betul bingung kenapa ini bisa tayang, sementara kami pada saat bikin film La Tahzan itu betul-betul memikirkan, ‘Ini penonton gimana, ya? Nanti akan perasaannya seperti apa?’,” ujar Hanung.
“Terus tiba-tiba ada kreator yang kayaknya kok nggak mikirin, ya, ini penonton seperti apa, perasaannya penonton gimana, gitu kan,” lanjutnya.
Ketika ditanya apakah film Merah Putih: One for All bisa digarap dengan matang, Hanung pun memberikan respons yang positif. Ia melihat film tersebut membutuhkan waktu hingga tiga tahun untuk selesai produksi.
“Bisa sekali dimatengin lagi. Ini waktunya masih membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun lagi,” kata Hanung.
“Setelah itu nanti akan dikasih tata cahaya, dikasih blocking yang bagus, daun-daunnya lebih didetailin,” lanjutnya.
Setelah adanya isu dari film Merah Putih: One for All, Hanung Bramantyo memberikan peringatan kepada para investor untuk berhati-hati dalam menaruh modal. Ia ingin mereka memilih tim yang memang memiliki minat tinggi dalam bidangnya.
“Ketika kamu mau membuat sebuah film, apalagi animasi, tolong pilihlah orang-orang atau mereka yang memang punya keinginan atau punya passion di bidangnya dan sangat kredibel,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id