Jakarta: Film Tilik dalam durasi 32 menit menceritakan perjalanan ibu-ibu dari desa mengunjungi Bu Lurah di rumah sakit di kota. Mereka menggunakan truk yang dikemudikan Gotrek. Sepanjang perjalanan, Yu Ning (Brilliana Arfira Desy), Bu Tejo (Siti Fauziah/Ozie), Bu Tri (Angeline Rizky/Putri Manjo), dan Yu Sam (Dyah Mulani/Aniek) membicarakan Dian (Luly Syahkisrani), gadis desa yang dikagumi para pria.
Film Tilik dirilis pertama kali pada 2018 dengan mengemban dua pesan besar. Sutradara Wahyu Agung Prasetyo memaparkan, film Tilik memuat dua pesan penting untuk masyarakat desa yaitu tentang penyebaran berita hoaks atau berita bohong serta perihal hak perempuan memilih status hidupnya.
“Narasi yang kami bawa itu ada dua ya, mbak. Yang paling besar. Satu, tentang berita hoaks atau berita-berita sesat bahwa kita sebagai masyarakat harus bisa bijak dan bisa dewasa menyikapi itu. Artinya ketika ada berita yang datang tidak langsung ditelan mentah-mentah, tapi ada filterisasi, ada validasi, baru disebarkan,” kata Wahyu Agung saat berbincang dengan Medcom.id.
“Pada saat itu kami juga sangat resah soal itu dan ketika kami hendak membuat film itu, momennya pas mau pilpres. Itu jadi rentan banget kan untuk black campaign segala macam dan doktrin-doktrin di kampung-kampung. Itu narasi besarnya. Baru kedua adalah perempuan ngomongin soal perempuan dan hak perempuan sampai ke status single perempuan itu,” lanjut Agung.
Film Tilik akhirnya bisa disaksikan secara gratis oleh publik melalui YouTube Ravacana Films sejak 17 Agustus 2020. Dalam empat hari, film pendek Tilik sudah mencapai lebih dari 5,9 juta penayangan.
Saya mencoba mengulas film Tilik dari sudut pandang pesan hoaks atau berita bohong dan perihal perempuan yang ingin disampaikan Ravacana Films. Ulasan saya bagi dalam sembilan babak berdasarkan percakapan “asyik” para pemain dalam road film ini. Dialog dalam adegan di ulasan sini berpotensi spoiler. Maka, sebaiknya menonton filmnya terdahulu.
BABAK 1 – Siapa Dian?
Pada 3 menit pertama, penonton dikenalkan dengan topik utama yaitu Dian. Yu Sam membuka percakapan dengan Bu Tejo dan Bu Tri tentang Dian. Dia menanyakan apakah Dian dan Fikri, anak Bu Lurah, berpacaran. Sebab, Yu Sam mendapat informasi samar-samar (aku dengar kabar) tentang hubungan mereka.
“Aku dengar kabar kalau Fikri tadi mengantar ibunya ke rumah sakit sama Dian,” ucap Yu Sam.
“Masa?,” tanya Bu Tejo.
“Yang bener, bu?” tanya Bu Tri.
“Iya,” kata Yu Sam dengan yakin.
Pada dialog ini, Yu Sam membagikan informasi itu kepada orang yang sebetulnya tidak ada sangkut paut dengan Dian yaitu Bu Tejo dan Bu Tri. Padahal, Dian merupakan saudara jauh dari Yu Ning, ibu yang duduk di baris belakang.
Bu Tejo dan Bu Tri merasa tidak yakin. Kemudian, Yu Sam mengatakan sumber informasi tersebut dari Yu Ning. Di sini, baru dikonfirmasi bahwa Dian bersama Fikri mengantar Bu Lurah ke rumah sakit.
Adegan ini memberi sinyal bahwa informasi tentang Dian dan Fikri sebenarnya sudah benar, hanya saja Yu Sam ingin memberi tahu Bu Tejo dan Bu Tri. Konfirmasi kebenaran berita pertama ditandai dengan sorak ibu-ibu setelah Yu Ning angkat bicara.
Bu Tejo kemudian menanyakan pekerjaan Dian kepada Yu Sam. Lagi-lagi, pertanyaan ini tidak diberikan langsung untuk Yu Ning, saudara jauh Dian. Asumsi muncul berdasarkan informasi yang beredar di internet. Mereka percaya kabar itu valid hanya karena disertai foto.
“Kok dempet-dempetan gitu.”
“Astaghfirullahaladzim.”
BABAK 2 – Berita dari internet
Babak selanjutnya ditandai dengan bunyi mesin truk yang dominan. Disebutkan, Dian banyak dibicarakan di Facebook. Bu Tejo memberi pembelaan apa yang diketahuinya melalui internet valid.
Sementara itu, Yu Ning memberi peringatan tentang kejadian penipuan di desa di masa lalu karena percaya berita di internet. Jangan sampai terulang lagi. Dialog ini menekankan masyarakat untuk tidak mudah percaya berita yang tersebar di media sosial
Pada babak ini, Yu Ning menyebut perangai ketiga ibu tersebut seperti seorang wartawan.
“Oalah. Kalian ini ngalah-ngalahin wartawan wae, sampai ngurusin seluk-beluk hidup orang lain, sampai kayak gitu,” kata Yu Ning.
Namun, Bu Tejo kembali memberi pembelaan berita di internet lebih valid dan menyarankan Yu Ning membaca berita di internet. Yu Ning memperingatkan tentang validasi berita yang tersebar di internet.
“Tapi semuanya belum tentu benar, lho, Bu Tejo. Berita dari internet itu harus dicek dulu, enggak cuma ditelan mentah-mentah,” ujar Yu Ning.
Babak ini ditutup dengan adegan Yu Nah mual dan mau muntah.
BABAK 3 – Muntah=Hamil?
Kejadian Yu Nah mual dikaitkan Bu Tejo dengan ingatan yang "tiba-tiba muncul". Bu Tejo dengan modal ingatan tersebut memaparkan pernah melihat Dian muntah-muntah. Dia menyebut Dian muntah-muntah dengan prediksi sedang hamil.
Yu Sam di sini tidak sepakat dengan Bu Tejo. Melihat Yu Nah hanya muntah-muntah tetapi tidak hamil. Bu Tejo tidak mau kalah. Dengan modal pengalaman pernah melahirkan, dia meyakinkan dirinya dapat membedakan muntah karena hamil dan bukan.
Bu Tri sejak awal pro dengan Bu Tejo. Lagi-lagi Bu Tejo dengan jurus "ingatan tiba-tiba muncul" meyakini pendapatnya benar perihal muntah-muntah adalah ciri-ciri orang pasti hamil.
Pada babak ini, Yu Ning kembali menandas ujaran Bu Tejo. Untuk kali kedua, Yu Ning menyebutkan profesi pekerjaan, kali ini dokter untuk memvalidasi ujaran Bu Tejo. Sebelumnya, Yu Ning menyebut profesi wartawan.
“Walah-walah Bu Tejo. Kok sudah kayak dokter saja, nyatanya badan Dian sampai sekarang enggak ada perubahan, kok,” ujar Yu Ning.
Babak ini perlahan ditutup dengan Bu Tejo yang ingin buang air kecil di tengah jalan.