Tangkapan layar film pendek Tilik. (Foto: Ravacana Films)
Tangkapan layar film pendek Tilik. (Foto: Ravacana Films)

Ulasan Film Tilik dalam 9 Babak

Cecylia Rura • 22 Agustus 2020 18:07
 

BABAK 4 – Black Campaign


Dian menelepon Yu Ning. Gotrek mulai penasaran. Adegan ini membenarkan bahwa Dian memang menjadi primadona para pria di desa, termasuk para pria beristri.
 
“Dian, Yu???” tanya Gotrek antusias.
 
Di samping itu, telepon dari Dian putus-putus diterima Yu Ning. Sehingga informasi dari Dian tidak tersampaikan dengan baik. Sementara itu, Yu Ning terus memastikan dia bersama rombongan harus bisa tiba dengan selamat ke rumah sakit dengan terus menanyai Gotrek.

Bu Tejo kemudian datang. Kali ini, informasi yang disampaikan yaitu mengenai suap yang kerap terjadi jelang pemilihan pemimpin baru. Tiba-tiba sejumlah uang disodorkan untuk Gotrek.
 
Awalnya ini disambut baik oleh Yu Ning, orang yang sedari tadi tidak sepakat dengan Bu Tejo. Namun, rupanya Bu Tejo punya maksud lain. Tampak Bu Tejo mengelak, tetapi memamerkan emas.
 
“Kalau warga yang pingin suamiku jadi, lurah begitu, kayak Gotrek apa Yu Ning mau jadi tim sukses masa aku menolak,” kata bu Tejo.
 
“Itu tadi sogokan, sudah kembalikan saja daripada bikin masalah,” kata Yu Ning kepada Gotrek.
 
Bu Tejo mengelak jika ini bagian dari suap. Namun, dia tetap meyakinkan Yu Ning dan Gotrek bahwa desa memerlukan lurah baru. Pada ujaran Bu Tejo, dipaparkan juga status Bu Lurah yang sudah menjanda.
 
“Sudah saatnya Bu Lurah istirahat. Kasihan lho Bu Lurah ini, iya enggak?” kata Bu Tejo.
 
“Maksudnya biar Pak Tejo yang gantikan, kan?” tandas Yu Ning.
 
Bu Tejo tetap keukeuh Bu Lurah sudah tidak bisa bekerja. Terlebih, statusnya sekarang seorang diri dinilai kurang bisa menjaga kesehatan diri sendiri.
 
“Kalau single buat ngurus hidupnya sendiri saja berat,” kata Bu Tejo.
 
Gotrek sebagai kubu netral mengakhiri pertikaian tentang jabatan lurah baru. Dia mengusulkan Dian yang sudah pasti ditolak oleh mayoritas ibu-ibu desa.
 
“Sekarang begini aja, bu. Yang jadi lurah Dian aja gimana?” kata Gotrek.
 
“Ya Allah, janganlah!” teriak Bu Tejo.

BABAK 5 – Fitnah


Memasuki babak kelima, adegan menyiratkan peraturan tata tertib penggunaan kendaraan roda empat ditampilkan. Sehingga Yu Sam harus menunduk ketika truk melintas di area pos polisi.
 
Sementara itu, Bu Tejo kembali uring-uringan. Kali ini dia menunjukkan kembali kekuatannya dengan menawarkan bantuan yang sebenarnya sudah terlambat.
 
“Tahu begitu, kan, aku bisa menghubungi temannya bapak anak-anak (Pak Tejo) yang punya bis, gitu, lho. Jadi enggak susah begini,” kata Bu Tejo.
 
“Namanya juga darurat, bu,” kata Yu Ning.
 
Yu Ning melalui tekadnya mengunjungi Bu Lurah, secara tidak langsung memvalidasi ucapan Bu Tejo tentang status single Bu Lurah sebelumnya.
 
“Kasihan Bu Lurah, siapa coba yang jaga rumah sakit? Enggak punya siapa-siapa, enggak ada suami, punya anak satu aja (Fikri) kayak gitu,” kata Yu Ning.
 
Bu Tejo tanpa pikir panjang mengambil kesimpulan sendiri tentang penyebab Bu Lurah jatuh sakit. Dia memulai cerita Bu Lurah sakit karena ulah putra semata wayang yang disebut dekat (juga belum valid) dengan Dian.
 
“Oh, sekarang aku mengerti, kenapa Bu Lurah sakit lagi. Pasti karena memikirkan anaknya yang punya hubungan dengan Dian. Betul, enggak?” kata Bu Tejo.
 
“Iya, pasti itu,” kata Bu Tri yang sejak awal mendukung ucapan Bu Tejo tanpa bukti kuat.
 
Yu Ning mencoba positif bahwa Dian fokus berkarier. Namun, pernyataan itu disanggah Bu Tejo lewat sindiran hidup untuk Yu Ning sendiri tentang hidup berkarier.
 
Yu Ning menyerah berdebat. Dia meminta Bu Tejo tidak menyebarkan fitnah. Kali ini, Yu Sam ikut menyanggah pernyataan Bu Tejo.
 
“Iya, benar itu kata Yu Ning. Eh, Bu Tejo, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan,” kata Yu Sam.
 
Yu Ning muak ketika Bu Tejo kembali membicarakan Dian. Babak ini ditutup dengan truk mogok, ibu-ibu kompak mendorong truk kecuali Bu Tejo dan Bu Tri.

BABAK 6 – Berita dari internet (lagi)


Yu Ning muak karena Bu Tejo yang sedari tadi berbicara justru tidak ikut mendorong truk. Yu Ning kesal, lalu menyangkutpautkan sikap Bu Tejo dengan keinginan menjadi lurah baru. Yu Ning berpendapat truk mogok karena ucapan-ucapan pedas dari Bu Tejo.
 
Bu Tejo menunjukkan status sosialnya dengan peringatan “hati-hati” untuk Yu Ning. Bu Tejo menunjukkan rasa tidak suka menjadi perbincangan, sementara sedari tadi dia membicarakan Dian. Bu Tejo melalui ucapan-ucapannya, menyadari suaminya banyak diperbincangkan sejak berkawan dengan pejabat.
 
“Oh, jadi kalau Pak Tejo yang diomongin Bu Tejo enggak terima? Gitu kok ngomongin Dian,” kata Yu Ning.
 
Bu Tejo mendapat pembelaan Bu Tri. Mereka sepakat berita di internet itu valid dengan keyakinan internet diciptakan orang pintar. Secara tidak langsung, Bu Tejo dan Bu Tri percaya orang pintar menyebarkan berita valid.
 
“Namanya internet itu bikinan orang pintar, ya enggak mungkin salah,” kata Bu Tri.
 
“Kalau bodoh enggak mungkin bisa bikin internet, lah,” ujar Bu Tejo.
 
Mereka berdebat soal kebenaran berita di internet. Bu Tejo yakin berita di internet itu benar karena didukung foto.
 
“Tapi, kan, informasi dari Bu Tejo itu enggak jelas sumbernya. Cuma dari omongan-omongan di Facebook dan internet saja,” kata Yu Ning.
 
“Informasi dari internet itu konkret. Ada fotonya, ada gambarnya,” kata Bu Tejo.
 
“Kalau berita tentang Dian ternyata tidak seperti yang diucapkan Bu Tejo tadi, apa namanya bukan fitnah? Fitnah itu dosa besar, lho,” kata Yu Ning, mengulang perihal fitnah yang sempat disebutkan Yu Sam.
 
Bu Tejo yakin benar hanya karena topik tentang Dian sudah ramai dibicarakan. Menurut Bu Tejo, praktis pembicaraan tentang Dian valid. Sementara belum ada bukti nyata. Pertikaian Yu Ning dan Bu Tejo memanas. Babak ini ditutup penilangan.
 
 
 
Halaman Selanjutnya
  BABAK 7 – Penjelasan…
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan