Singkatnya, haji mabrur bisa dimaknai sebagai haji yang diterima setelah memenuhi semua petunjuk agama secara patuh dan taat.
Istilah mabrur menjelma sesuatu yang diidam-idamkan untuk diraih para tamu Allah Swt sepulang menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Suci. Meskipun pada praktiknya, tidak ada ciri fisik yang tampak, maupun kriteria tertentu yang menunjukkan seorang haji tersebut mabrur, atau mardud alias tertolak.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Predikat haji mabrur pernah diungkapkan Nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadis;
Saat para sahabat menanyakan pengertian haji mabrur, Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dalam Al Musnad menuliskan, Rasulullah Saw menjawab: "Dia (haji mabrur) adalah orang-orang yang gemar memberi makanan dan menebarkan kedamaian.Wa al hajju al mabruru laisa lahu jaza'un illa al jannah. "Tidak ada balasan yang layak bagi haji mabrur, selain surga". (HR. Al Bukhari).
Perubahan sikap
Berdasarkan hadis tersebut, ulama Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar atau dikenal Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fath Al Bari bi Syarh Shahih Al Bukhari menjelaskan, mabrur adalah label bagi haji yang diterima atau haji yang tidak bercampur dengan perbuatan dosa.
Baca:Doa Menyambut Kepulangan Haji
Walaupun tidak tampak secara kasat mata, haji mabrur bisa dibaca melalui beberapa ciri. Menurut Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin Umar al Masyhur dalam Bughyat Al Mustarsyidin, haji mabrur bisa tampak melalui perubahan karakter menjadi makin mulia seusai pulang dari Tanah Haram;
"Di antara tanda-tanda seseorang yang ibadah hajinya diterima Allah Swt ialah bahwa dirinya telah membuka pintu rida, sehingga ia kembali (dari haji) dengan memiliki perilaku terpuji, tidak mudah melakukan dosa, tidak menganggap dirinya lebih baik atas makhluk yang lain, dan tidak berlomba-lomba dalam urusan dunia sampai ia meninggal dunia," tulis Habib Abdurrahman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SBH)