Masadah mengajar di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 31, Jalan Raya Mangkang, Semarang, tak jauh dari kediamannya. Meski pun pas-pasan, bahkan tak mampu menutup seluruh kebutuhan hidupnya, ia mengaku dari hasil mengajar itulah keperluan sehari-harinya digantungkan.
"Setiap hari ngajar di TK ini. Per kelas ada 15 orang. Jumlah keseluruhan ada 4 kelas," katanya saat ditemui Medcom.id pada saat mengajar, Rabu 25 Juli 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Masadah mengaku, kali pertama bekerja di lembaga pendidikan tersebut ia cuma digaji Rp25 ribu per bulan. Untungnya, sekarang sudah lebih baik meski masih di bawah standar upah keumuman.
"Kalau dihitung secara matematika, ya tidak cukup. Kami hanya modal doa dan ikhlas saja," kata Masadah, tersenyum.
Ingin berhaji
Hidup serba terbatas, tak memupuskan impian Masadah untuk bisa bertamu ke rumah Allah swt. Malahan, cita-cita itu sudah muncul sejak memulai rumah tangga bersama suami tercinta. Tapi, apa daya, keinginan hanya itu mampu dipendam sampai sang suami pun meninggal dunia pada 16 tahun silam.

Masadah (55), seorang guru honorer/Medcom/Budi Arista Romadhoni
"Niat awalnya sebelum suami meninggal. Tapi, dia bilang sudah tua. Mungkin umur tidak sampai. Pada 2002, dia meninggal," ujarnya.
Ditinggal suami, Masadah berjuang sendirian untuk menuntaskan tugas utamanya menjadi ibu sekaligus kepala rumah tangga. Kala itu, ada 5 buah hati yang mesti tetap dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
"Alhamdulilah, saat ini 4 anak sudah sarjana, 1 masih SMA," kata dia.
Yang menarik, keinginannya untuk berhaji tak jua gugur. Malah, perasaan itu kian kuat mengakar.
Jalan keluar pun terbayang. Pada 2005, Masadah mulai bisa menyisihkan Rp100 ribu per minggu. Ia turut arisan yang diselenggarakan perempuan-perempuan sebaya di kampungnya.
"Kalau yang lain, saat itu pakai dana talangan. Saya tidak mau. Mending terus menabung saja. Tinggal didorong ibadah yang rajin, banyak sedakah, dan ikhlas. Insyallah bisa berangkat haji," ucap Masadah.
Tahun ini, Masadah siap memanen buah dari kegigihan dan tekadnya yang tetap terjaga sejak puluhan tahun lalu. Ia tercatat sebagai satu dari ribuan jemaah haji yang siap terbang ke Tanah Suci.
Ia dijadwalkan berangkat bersama kelompok terbang (Kloter) 70 Kota Semarang pada 6 Agustus 2018, dari Embarkasi Donohudan Boyolali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SBH)
