Umat muslim berebut mencium hajar aswad di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi/ANTARA/Prasetyo Utomo.
Umat muslim berebut mencium hajar aswad di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi/ANTARA/Prasetyo Utomo.

Riwayat Hajar Aswad

Haji Haji 2018
Sobih AW Adnan • 06 Agustus 2018 17:01
Jakarta: Pembangunan kakbah nyaris sempurna. Namun, Nabi Ibrahim as. merasa perlu melengkapi dengan sesuatu, sebongkah batu. Kepada putra tercintanya, Nabi Ismail as. beliau segera memerintahkan mencarikan yang terbaik dari pegunungan sekitar.
 
Ibn Fadhlillah al Umari dalam Masalik al Abshar fi Mamalik al Amshar menceritakan, kala itu, Ismail sebenarnya sudah membawakan sebuah benda temuan yang dianggapnya menarik untuk dijadikan pelengkap di kompleks kakbah. Hanya saja, Ibrahim menolak. Sang ayah, tetap meminta anaknya itu mengambil batu sesuai petunjuk yang mengilhaminya.
 
Nabi Ismail manut menaiki pegunungan, dan setelah kembali, ia mendapati Nabi Ibrahim sudah bersama batu yang tampak begitu istimewa. Nabi Ismail pun menanyakan asalnya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Yang membawa batu ini adalah dia yang tak dapat menunggumu, yakni Malaikat Jibril. Ia membawanya dari langit," kata Nabi Ibrahim, sebagaimana dikutip Ibn Fadhlillah.
 
Batu itu bernama hajar aswad. Batu yang kini dimuliakan jemaah haji dan berada di sisi tenggara bangunan suci kakbah.
 
Saksi dari surga
 
Nabi Muhammad saw. mengakui bahwa hajar aswad bukanlah batu sembarang. Batu yang kerap dikecup jemaah dari seluruh dunia itu memang berasal dari surga.

"Hajar aswad ialah batu dari surga. Ia lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam legam," sabda Nabi, seperti diriwayatkan Ibn Abbas ra.

Ibn Abbas, dalam riwayat at Tirmidzi juga menceritakan bahwa Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda; hajar aswad kelak di suatu hari berperan sebagai saksi.
 
"Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya," sabda Rasulullah.
 
Meski begitu, Nabi mengingatkan peran hajar aswad yang tetap sebagai makhluk. Kemuliaan yang ada, tak lebih, cuma karena anugerah Allah swt.
 
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dan al Bukhari, Nabi bersabda;
 
"Sesungguhnya aku tahu engkau hanyalah batu yang tidak mendatangkan bahaya dan manfaat," kata Nabi. Tetapi, beliau tetap mengecupnya.
 
Pernah dicuri
 
Selepas masa kenabian Ibrahim dan Ismail, kakbah mengalami silih ganti penguasa. Penjarahan barang-barang bersejarah di sekitar bangunan suci itu pun kerap terjadi.
 
Pertama, ketika Bani Bakar ibn Abdi Manaf ibn Kinanah ibn Ghaisyan ibn Khaza'ah mengusir keturunan Jurhum dari wilayah Mekah, Amr ibn Harits ibn Madhadh al Jurhumi membawa serta dua patung emas kepala rusa dan hajar aswad dan dipendam di sumur zamzam.
 
Baca: Magnet Kakbah dan Putra-putra Ismail yang Terusir
 
Untungnya, pemendaman hajar aswad tak bertahan lama. Penyebabnya, ada seorang perempuan bani Khaza`ah yang memberitahukan kaumnya bahwa dia melihat orang Jurhum memendam hajar di sumur tersebut.
 
Hajar Aswad pun kembali ditemukan dan diletakkan ke tempatnya.
 
Setelah sekian abad berlalu, kejadian serupa ditemukan pada musim haji 317 H. Orang-orang suku Qaramithah melakukan huru-hara di Tanah Suci. Mereka merampok harta-harta jemaah haji dan menghalalkan untuk memeranginya.
 
Banyak jemaah haji yang menjadi korban, meskipun berada di dekat Kakbah.
 
Qaramitha menghancurkan kubah sumur zamzam. Mereka juga mencopot pintu kakbah dan melepas kiswahnya.
 
Dalam suasana kacau itulah, sang pimpinan gerombolan, Abu Thahir al Qarmanthi Sulaiman ibn Abi Sa'id al Janabi al Hijri al Qurmuthi memerintahkan anak buahnya untuk mencongkel hajar aswad dari tempatnya.
 
Ibn Katsir, dalam Al Bidayah wan Nihayah menceritakan, hajar aswad berada dalam genggaman Abu Thahir berlangsung selama 22 tahun. Pada 339 H, barulah ia dikembalikan.
 
"Peristiwa kembalinya hajar aswad sangat menggembirakan segenap kaum Muslimin," tulis Ibn Katsir.
 
Sebelumnya, berbagai usaha dan upaya demi kembalinya sang batu mulia sudah dilakukan. Amir Bajkam at Turki pernah menawarkan 50 ribu dinar sebagai tebusan hajar aswad. Namun, tak satu pun tawaran yang mampu meluluhkan.
 
Menurut Ibn Katsir, sebelum mengembalikan hajar aswad ke Mekah, orang-orang Qaramithah membawa batu itu ke Kufah. Keluarga Abu Thahir berdalih, karena dulu mereka mengambilnya berdasarkan sebuah perintah, maka kami mengembalikannya.
 
"Hajar aswad dikirim ke Mekah di atas satu tunggangan tanpa ada halangan. Dan sampai di Mekah pada bulan Zul Qa’dah tahun 339 H," tulis Ibn Katsir.
 
Dianggap meteor
 
Imam at Thabari dalam Tarikh al Umam wa al Muluk mengatakan, tak sedikit pihak yang menganggap bahwa hajar aswad sekadar batu meteor.
 
"Dalam sebuah kitab disebutkan, bisa saja, hajar aswad adalah sejenis meteor karena ia dapat memancarkan cahaya ke arah barat, timur, Syam, dan Yaman, sampai ke lembah-lembah Tanah Haram," tulis ath Thabari.
 
Dugaan itu, dilandasi dari karakter bersinarnya batu tersebut yang menunjukkan bahwa muasalnya tidak berwarna hitam.
 
"Banyak orang-orang menyebut hajar aswad sebagai niyazak, sebuah sebutan bahasa Persia untuk komet yang kerap terlihat di bulan Agustus," tulis ath Thabari.
 
Meskipun begitu, ath Thabari dan banyak sejarawan muslim lainnya menganggap bahwa hajar aswad benar-benar berasal dari surga. Batu yang sunah dimuliakan karena pernah dicium Rasulullah Muhammad saw. dan terus diikuti jutaan muslim saat musim haji tiba.
 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif