Ibn Fadhlillah al Umari dalam Masalik al Abshar fi Mamalik al Amshar menceritakan, kala itu, Ismail sebenarnya sudah membawakan sebuah benda temuan yang dianggapnya menarik untuk dijadikan pelengkap di kompleks kakbah. Hanya saja, Nabi Ibrahim menolak. Sang ayah, tetap meminta anaknya itu mengambilkan sebongkah batu sesuai petunjuk yang mengilhaminya.
Nabi Ismail manut. Ia menaiki pegunungan, dan setelah kembali, ia mendapati Nabi Ibrahim sudah bersama batu yang tampak begitu istimewa. Nabi Ismail pun menanyakan asalnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Yang membawa batu ini adalah dia yang tak dapat menunggumu, yakni Malaikat Jibril. Ia membawanya dari langit," kata Nabi Ibrahim, sebagaimana dikutip Ibn Fadhlillah.
Baca:Mengapa Abrahah Ingin Sekali Menghancurkan Kakbah?
Batu itu bernama hajar aswad. Batu yang kini dimuliakan jemaah haji dan berada di sisi tenggara bangunan suci kakbah.
Saksi dari surga
Nabi Muhammad Saw mengakui bahwa hajar aswad bukanlah batu sembarang. Batu yang kerap dikecup jemaah dari seluruh dunia itu memang berasal dari surga.
"Hajar aswad ialah batu dari surga. Ia lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam legam," sabda Nabi, seperti diriwayatkan Ibn Abbas Ra.
Ibn Abbas, dalam riwayat at Tirmidzi juga menceritakan bahwa Rasulullah Muhammad Saw pernah bersabda; hajar aswad kelak di suatu hari berperan sebagai saksi.
"Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara, dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya," sabda Rasulullah.
Meski begitu, Nabi mengingatkan peran hajar aswad yang tetap sebagai makhluk. Kemuliaan yang ada, tak lebih, cuma karena anugerah dari Allah Swt.
Baca:Cara Nabi Ibrahim Temukan Titik Kakbah dari Palestina
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dan al Bukhari, Nabi bersabda;
"Sesungguhnya aku tahu engkau (hajar aswad) hanyalah batu yang tidak mendatangkan bahaya dan manfaat," kata Nabi. Tetapi, beliau tetap mengecupnya.
Pernah dicuri
Selepas masa kenabian Ibrahim dan Ismail, kakbah mengalami silih ganti penguasa. Penjarahan barang-barang bersejarah di sekitar bangunan suci itu pun kerap terjadi.
Pertama, ketika Bani Bakar bin Abdi Manaf bin Kinanah bin Ghaisyan bin Khaza'ah mengusir keturunan Jurhum dari wilayah Makkah, Amr bin Harits bin Madhadh al Jurhumi membawa serta dua patung emas kepala rusa dan hajar aswad, kemudian dipendam di sumur zamzam.
Untungnya, pemendaman hajar aswad tak bertahan lama. Penyebabnya, ada seorang perempuan dari bani Khaza`ah yang memberitahukan kaumnya bahwa dia melihat orang Jurhum memendam batu hitam di sumur tersebut.
Hajar Aswad pun ditemukan dan diletakkan kembali ke tempatnya.
Setelah sekian abad berlalu, kejadian serupa ditemukan pada musim haji 317 H. Orang-orang suku Qaramithah melakukan huru-hara di Tanah Suci. Mereka merampok harta-harta jemaah haji dan memeranginya.
Banyak jemaah haji yang menjadi korban, meskipun berada di dekat kakbah.
Qaramitha menghancurkan kubah sumur zamzam. Mereka juga mencopot pintu kakbah dan melepas kiswahnya.
Dalam suasana kacau itulah, sang pimpinan gerombolan, Abu Thahir al Qarmanthi Sulaiman bin Abi Sa'id al Janabi al Hijri al Qurmuthi memerintahkan anak buahnya untuk mencongkel hajar aswad dari tempatnya.
Ibn Katsir, dalam Al Bidayah wan Nihayah menceritakan, hajar aswad berada dalam genggaman Abu Thahir berlangsung selama 22 tahun. Pada 339 H, barulah ia dikembalikan.
"Peristiwa kembalinya hajar aswad sangat menggembirakan segenap kaum Muslimin," tulis Ibn Katsir.
Sebelumnya, berbagai usaha dan upaya demi kembalinya sang batu mulia sudah dilakukan. Amir Bajkam at Turki pernah menawarkan 50 ribu dinar sebagai tebusan hajar aswad. Namun, tak satu pun tawaran yang mampu meluluhkan.
Menurut Ibn Katsir, sebelum mengembalikan hajar aswad ke Makkah, orang-orang Qaramithah membawa batu itu ke Kufah. Keluarga Abu Thahir berdalih, karena dulu mereka mengambilnya berdasarkan sebuah perintah, maka kami mengembalikannya.
Baca:Awal Mula Makkah Dijuluki Tanah Haram
"Hajar aswad dikirim ke Makkah di atas satu tunggangan tanpa ada halangan. Dan sampai di Makkah pada bulan Zulkaidah tahun 339 H," tulis Ibn Katsir.
Dianggap meteor
Imam at Thabari dalam Tarikh al Umam wa al Muluk mengatakan, tak sedikit pihak yang menganggap bahwa hajar aswad sekadar batu meteor.
"Dalam sebuah kitab disebutkan, bisa saja, hajar aswad adalah sejenis meteor karena ia dapat memancarkan cahaya ke arah barat, timur, Syam, dan Yaman, sampai ke lembah-lembah Tanah Haram," tulis ath Thabari.
Dugaan itu, dilandasi dari karakter bersinarnya batu tersebut yang menunjukkan bahwa muasalnya tidak berwarna hitam.
"Banyak orang-orang menyebut hajar aswad sebagai niyazak, sebuah sebutan bahasa Persia untuk komet yang kerap terlihat di bulan Agustus," tulis ath Thabari.
Meskipun begitu, ath Thabari dan banyak sejarawan muslim lainnya menganggap bahwa hajar aswad benar-benar berasal dari surga. Batu yang sunah dimuliakan karena pernah dicium Rasulullah Muhammad Saw dan jutaan Muslim saat musim haji tiba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SBH)