YOUR FASHION
SFA Hadirkan Simbol Kekuatan Kartini Modern di IFW 2024
Elang Riki Yanuar
Sabtu 30 Maret 2024 / 20:42
Jakarta: Desainer muda dan berbakat dari Sparks Fashion Academy (SFA) kembali memamerkan karya mereka di Indonesia Fashion Week 2024 bertempat di Jakarta Convention Center.
Mengangkat tema besar "Empowerment", SFA menampilkan karya busana yang menceritakan kekuatan Kartini Modern di era saat ini. Tema ini membahas bagaimana akar budaya Indonesia menjadi kekuatan modernisasi yang dibalut dengan kombinasi warna yang klasik terinspirasi dari warna–warna warisan budaya Indonesia.
Tiga desainer SFA berbakat adalah Mira Jooe dengan labelnya Mierto, Dwi Wahyuni dengan labelnya Fiorellya by Dwee, dan Ersiyanti dengan label Flamor Azalea. Karya ketiganya didominasi dengan permainan perkawinan wastra dan budaya Indonesia dengan warna yang classic radiant dan cutting busana yang modern di setiap koleksinya.
"Para siswa dipersiapkan tidak hanya memperkenalkan karya kreatif mereka, tapi juga menjadi pembelajaran untuk melihat potensi peluang pengembangan brand, berinteraksi langsung dengan market hingga peningkatkan personal branding," kata Floery D. Mustika, Founder dan CEO SFA.
Mira Jooe dalam koleksinya menceritakan mengenai "Cavalier" perjuangan mengenai sosok wanita yang memiliki area pertempurannya masing masing sejak dahulu hingga sekarang. Setiap koleksi yang ditampilkan menggunakan batik tulis dengan warna yang cerah dan dipadupadankan dengan cuttingan siluet semi blazer yang memancarkan aura kepercayaan diri setiap wanita.

Sementara Dwi Wahyuni semakin memantapkan namanya didalam koleksi Modest Fashion Wear yang modern dan unik dan feminim. Dia mengangkat kisah mengenai Nyi Ageng Serang sebagai seorang komandan perang dan pasukannya menggunakan daun Lumbu sebagai kamuflase perang.
"Kali ini karyanya memadukan hijau daun dan coklat tanah yang menjadi simbol dari perang gerilya dan di padu dengan warna merah yang menjadi simbol keberanian. Selain menggunakan wastra tradisional dari derah kulon progo, karyanya juga di-mixed dengan permainan teknik Camouflage pada aksen bordir yang memberi kesan kesamaran yang mewah," jelasnya.
Lalu Ersi Hambali juga mengikuti jejak Mira dengan meluncurkan brandnya yakni Flamira Azalea. Dalam koleksi ini Ersi mengangkat inspirasi dari aneka motif kain tenun Flores sebagai landasan akan keberagaman budaya Indonesia.
"Pemilihan dari motif kain tenun Flores ini bertujuan untuk menceritakan pesan kecantikan dan kekuatan Perempuan Indonesia. Setiap busana akan memiliki kesan keanggunan dan keindahan yang didapatkan dari penggunaan kain brokat yang dikawinkan se-apik mungkin dengan busana yang biasa dipakai oleh wanita Indonesia," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(ELG)
Mengangkat tema besar "Empowerment", SFA menampilkan karya busana yang menceritakan kekuatan Kartini Modern di era saat ini. Tema ini membahas bagaimana akar budaya Indonesia menjadi kekuatan modernisasi yang dibalut dengan kombinasi warna yang klasik terinspirasi dari warna–warna warisan budaya Indonesia.
Tiga desainer SFA berbakat adalah Mira Jooe dengan labelnya Mierto, Dwi Wahyuni dengan labelnya Fiorellya by Dwee, dan Ersiyanti dengan label Flamor Azalea. Karya ketiganya didominasi dengan permainan perkawinan wastra dan budaya Indonesia dengan warna yang classic radiant dan cutting busana yang modern di setiap koleksinya.
"Para siswa dipersiapkan tidak hanya memperkenalkan karya kreatif mereka, tapi juga menjadi pembelajaran untuk melihat potensi peluang pengembangan brand, berinteraksi langsung dengan market hingga peningkatkan personal branding," kata Floery D. Mustika, Founder dan CEO SFA.
baca juga: Siap Digelar 5 Hari, IFW 2024 Bakal Suguhkan Ratusan Busana Bertabur Wastra Jakarta |
Mira Jooe dalam koleksinya menceritakan mengenai "Cavalier" perjuangan mengenai sosok wanita yang memiliki area pertempurannya masing masing sejak dahulu hingga sekarang. Setiap koleksi yang ditampilkan menggunakan batik tulis dengan warna yang cerah dan dipadupadankan dengan cuttingan siluet semi blazer yang memancarkan aura kepercayaan diri setiap wanita.

Sementara Dwi Wahyuni semakin memantapkan namanya didalam koleksi Modest Fashion Wear yang modern dan unik dan feminim. Dia mengangkat kisah mengenai Nyi Ageng Serang sebagai seorang komandan perang dan pasukannya menggunakan daun Lumbu sebagai kamuflase perang.
"Kali ini karyanya memadukan hijau daun dan coklat tanah yang menjadi simbol dari perang gerilya dan di padu dengan warna merah yang menjadi simbol keberanian. Selain menggunakan wastra tradisional dari derah kulon progo, karyanya juga di-mixed dengan permainan teknik Camouflage pada aksen bordir yang memberi kesan kesamaran yang mewah," jelasnya.
Lalu Ersi Hambali juga mengikuti jejak Mira dengan meluncurkan brandnya yakni Flamira Azalea. Dalam koleksi ini Ersi mengangkat inspirasi dari aneka motif kain tenun Flores sebagai landasan akan keberagaman budaya Indonesia.
"Pemilihan dari motif kain tenun Flores ini bertujuan untuk menceritakan pesan kecantikan dan kekuatan Perempuan Indonesia. Setiap busana akan memiliki kesan keanggunan dan keindahan yang didapatkan dari penggunaan kain brokat yang dikawinkan se-apik mungkin dengan busana yang biasa dipakai oleh wanita Indonesia," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ELG)