WISATA

Beselang Tegak Tiang Tuo, Budaya yang Memikat dalam Prosesi Revitalisasi KCBN Muarajambi

Yatin Suleha
Rabu 05 Juni 2024 / 23:53
Muaro Jambi: Alunan musik dari Gambangan yang dimainkan oleh masyarakat sekitar KCBN Muarajambi mengalun indah dalam prosesi peletakan batu pertama prosesi Tegak Tiang Tuo yang dilaksanakan pada 5 Juni 2024.

Hal ini menandai secara resmi dijalankannya megaproyek Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Prosesi ini dilakukan dengan mengikuti adat setempat, yakni prosesi beselang Tegak Tiang Tuo sebagai simbol berbagai aspek kehidupan dan kekuatan alam yang harmonis. 

Tegak Tiang Tuo melibatkan peletakan tiang pertama menggunakan kayu bulian di tengah lokasi bangunan, dilengkapi dengan cecokot, stabun tawar, serta dibacakan pento sebagai ungkapan doa dan harapan.


(Prosesi Tegak Tiang Tuo akan menjadi bukti nyata bahwa nantinya di KCBN Muarajambi akan memiliki fasilitas yang melengkapi candi. Foto: Dok. Istimewa)

Prosesi ini diawali dengan peletakan emas, perak, besi, tapak kuda, dan sawang angin dan diakhiri dengan penaburan setabun tawar dan secupak garam. Tiang Tuo kemudian dihiasi dengan pakaian sepelulusan, minyak kemiri, bedak, celak, kincu, dan parfum yang melambangkan harapan bahwa rumah ini akan menjadi tempat yang nyaman dan memikat. 

Selanjutnya, prosesi diakhiri dengan pemasangan payung rotan daun seredang, pembacaan doa, dan menyantap hidangan Puluran Selemak Manis sebagai wujud rasa syukur.

Setelah prosesi Tegak Tiang Tuo, acara dilanjutkan dengan penanaman pohon sebagai simbol komitmen untuk melestarikan lingkungan. Langkah ini menunjukkan bahwa pembangunan tidak hanya fokus pada aspek fisik candi tetapi juga pada keberlanjutan lingkungannya. 

Fauzia Ulfa (22) yang hadir dan bertindak sebagai narator dalam acara budaya lokal Tegak Tiang Tuo mengatakan bahwa, "Bersyukur, karena dengan adanya revitalisasi ini, otomatis seperti yang dimention sama pak Agus bahwa revitalisasi ini bukan hanya revitalisasi untuk candinya doang, tapi juga ke sumber daya masyarakat."

"Otomatis kami merasa terlibat dilibatkan, merasa punya begitu banyak manfaat untuk masyarkat," tambah Ulfa.


(Prosesi Tegak Tiang Tuo merupakan langkah penting dalam perjalanan mewujudkan upaya pemerintah dalam mendorong perlindungan warisan budaya di Indonesia. Foto: Dok. Istimewa)

Ia juga mengatakan bahwa adat Tegak Tiang Tuo ini awalnya dahulu untuk mendirikan bangunan panggung. "Karena sekarang sudah modernisasi, elemen yang ada di Tiang Tuo tetap kita masukkan tapi ndak berupa tiang lagi gitu. Karena sekarang bangunan sudah batu bata."

"Kalau dulu Tiang Tuo itu memang ada satu tiang di titik tengah itu memang dia sendirian. Dan bentuknya lebih tinggi dari yang lainnya. Jadi, dihias bak perempuan. Karena filosofinya biasanya kan rumah itu dihuni oleh perempuan, dirawat dengan baik, terus harapannya rumah itu semenarik sebagaimana seorang perempuan," papar Ulfa.

Ia berharap dengan terus digalakkan dalam revitalisasi beserta dengan budayanya, semuanya jadi lebih meningkat dan lebih baik. "Semoga orang-orang lebih mengenal budaya yang ada di lingkungan Kawasan Cagar Budaya Nasional ini," tambah Ulfa.

“Revitalisasi KCBN Muarajambi diharapkan membawa perubahan signifikan, khususnya bagi masyarakat sekitar, bagi peradaban Indonesia, serta memperkuat identitas budaya Indonesia di mata dunia,” pungkas terang Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid.


(Candi Kedaton di komplek KCBN Muarajambi. Video: Dok. Instagram deartitin1/@deartitin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH