WISATA
Menyelami Masa Lalu, Saat Ini dan Masa Depan di Philips Museum
Yatin Suleha
Selasa 25 Februari 2025 / 20:50
Jakarta: Di jantung kota Eindhoven, sebuah kotamadya di Belanda, tepatnya di Provinsi Brabant Utara, Selatan Belanda terdapat sebuah museum. Ia adalah Museum Philips.
Seperti kebanyakan orang Indonesia (dari 10 orang yang saya tanyakan hampir lebih dari separuhnya-tahu Philips soal lampu/bola lampu)-yang kebanyakan tahu brand Philips adalah penghasil bola lampu, tak berlebihan jika saat ini saya paparkan mengenai Philips-sejak masa lampaunya, sekarang, serta masa depan. Dan juga termasuk langkah besar Philips dalam dunia medis.
Yes, enggak salah dengar. Philips juga memproduksi alat kesehatan. Kamu bisa membaca selengkapnya di "Philips' Innovation Supports the Most Challenging of Neurovascular Patients".
Perusahaan ini berhasil menciptakan alat "Sistem Terapi Terpandu Gambar terbaru" yang mampu membantu para medis untuk membuat keputusan yang tepat dengan lebih cepat, merawat lebih banyak pasien, dan mencapai hasil yang lebih baik, sistem intervensi baru ini menghadirkan pencitraan 2D dan 3D yang ditingkatkan serta fleksibilitas posisi detektor sinar-X.
Well, kita kembali ke Philips Museum, di mana sejarah, edukasi, inspirasi berada di pusat kota Eindhoven, Belanda. Jadi, siapkan sabuk yang kencang, kali ini Medcom.id atas inisiasi Philips, mengajak kamu berjalan-jalan langsung ke Eindhoven, Belanda. So, buckle up!

(Edjoe Osinski menjadi gastheer/pemandu kami selama berkeliling di dalam Museum Philips. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Ada salah satu sudut di museum ini yang membuat saya tersadar dalam hidup. Saat memasuki sebuah instalasi serba gelap, Edjoe Osinski selaku gastheer/pemandu, memvisualkan kehidupan ratusan tahun yang lalu-yang dikelilingi oleh gelap saat senja mulai datang.
Gelap, hitam, remang. Kamu akan tersadar, sebuah cahaya begitu luar biasa berarti. Seperti kegelapan yang mungkin mengajak saya menemui titik terendah dalam hidup saya. Mau apa?? Tanya hati ini. Langkah kaki tak dapat berjalan jauh. Indra penglihatan pun juga terbatas.
Bahkan Edjoe menjelaskan lebih detail pada sebuah lukisan yang menggambarkan wajah sebuah keluarga yang sedang makan malam dengan lampu petromak yang nyalanya menghasilkan asap hitam. Edjoe bilang, "Kamu bisa melihat residu hitam di wajah-wajah mereka karena lampu itu."
Tertulis, "It all begins with light." Bagaimana tidak, terang saat ini salah satunya bermula dari Gerard Philips yang memproduksi bola lampu pertamanya pada 15 Mei tahun 1891. Sudah 134 tahun, Philips turut menyinari dunia ini.
Tak berlebihan saat ingin menyampaikan terima kasih yang luar biasa bagi para pendiri Philips semuanya. Karena cahaya memberikan terang. Dan setiap cahaya yang ada, menghadirkan harapan. Tumbangnya kegelapan yang pernah mengintai, kini tergantikan dengan terang. Tak hanya menerangi fisik, tapi juga jiwa. Philips 'menyala' memberi makna.

(Pabrik tua, lantai pabrik asli di mana pengunjung dapat melihat bagaimana bola lampu Philips pertama dibuat. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Kembali ke tahun 1891 dan menyaksikan bagaimana bola lampu pertama dibuat, museum ini adalah tempat pertama kali bola lampu dari Gerard Philips dibuat. Dalam sebuah eksibisi yang dipagari, kamu bisa melihat lokasi Gerard Philips membuat lampu untuk pertama kali dalam hidupnya.
Berjajar beberapa bola lampu kaca dan benang-benang tipis yang menyatukan antara filamen tungsten di dalamnya. Inti bola lampu yang terbuat dari kawat logam, seperti tungsten atau wolfram digulung lalu memancarkan cahaya ketika dipanaskan oleh arus listrik.
Jika kembali pada abad ke-19 dan melihat cahaya terang untuk pertama kalinya, mungkin saya bisa menangis. Karena tak ada lagi kerumitan hidup berkat pancaran terang. Tak ada rasa takut berkat sinar. Seperti kata Desmond Mpilo Tutu, seorang Teolog asal Afrika Selatan, "Harapan adalah mampu melihat bahwa ada cahaya, meskipun semua gelap."

(Area gelap yang menggambarkan era belum terciptanya bola lampu. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Di dalam museum ini, ada beberapa tempat eksibisi. Menampilkan berbagai pameran permanen dan sementara, antara lain:
Lantai pabrik asli di mana kamu dapat melihat bagaimana bola lampu Philips pertama dibuat.
Masa lalu, masa kini, dan masa depan sebuah perusahaan global. Pameran yang memamerkan penemuan inovatif Philips dan pengaruhnya terhadap masyarakat, mulai dari tabung sinar-X pertama hingga perangkat pencitraan medis modern.
Unik di kawasan ini. Melalui berbagai pameran museum interaktif, kamu dapat merasakan dan berinteraksi dengan AI. Dalam pameran ini, kamu bisa memelajari arti AI dalam kehidupan sehari-hari dan dalam layanan kesehatan.
Pameran brAInpower tidak hanya menjadi kesaksian masa lalu kita, namun juga sebagai jendela menuju masa depan. brAInpower adalah pengalaman interaktif, dengan pameran langsung yang memungkinkan pengunjung bereksperimen dengan teknologi Philips dan memahami fungsinya.
Pameran PSV: tentang PSV, Philips dan kota Eindhoven. Pameran sementara lainnya adalah pameran Gerard Philips, yang membahas tentang pendiri, inspirator, dan inovator Gerard Philips.

(TV, radio besutan Philips yang mungkin pernah jadi barang kesayangan nenek atau kakek kamu. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Beberapa fakta menarik disajikan dalam museum ini. Berawal dari perjalanan Philips yang didirikan di Eindhoven pada 1891 oleh Gerard Philips dan ayahnya, Frederik Philips, pertama kali hingga dapat membuat pabrik besar dan rumah-rumah bagi para pekerjanya. Semua terlukis dalam gambar di awal memasuki museum.
Bermula dari lampu listrik, kemudian radio, televisi dan awal era digital, termasuk alat kesehatan. Ya, X-ray research diciptakan oleh Philips pada 1898, bernama Röntgenonderzoek. Dalam keterangan gambarnya dijelaskan abad 19 tersebut merupakan penemuan spektakuler mengubah kehidupan secara radikal.
Melompat pada abad ke-20, tahun 1982 pastinya buat kamu anak kelahiran 80-an familier dengan compact disc. Enggak keren dulu kalau enggak beli musik yang jenisnya diputar dengan CD. Era ini jadi saingan kaset dalam memutar musik.
Zaman 90-an salah satu kejayaan musik dalam balutan compact disc berkat dua pionir penciptanya yaitu Philips dan Sony. Dan di tahun 1998 Philips menciptakan Ultrasound Diagnostic imaging portofolio dengan akuisisi ATL.
Lebih jauh lagi, Philips juga memproduksi CT scan. Sejak 1977 Philips menjadi pelopor dari berbagai jenis scanner dan pengembangan MRI. Dengan hasil gambar yang terus lebih jelas dan lebih terang, memungkinkan medis bekerja lebih presisi dan lebih tepat. Dan jika saat ini kamu terbiasa bekerja dengan laptop serta komputer, Philips juga menjadi salah satu penciptanya yaitu, Philips Microcomputer P2000.
Lalu, seperti kamu ketahui, Philips pun memiliki ratusan jenis ciptaan lainnya yang sering kamu temui sehari-hari. Sound system, sikat gigi elektrik, alat cukur kumis, alat bantu dengar, blender, steamer, alat penatas rambut, hair dryer, sampai beragam keperluan si kecil misalnya Avent pompa ASI dan masih banyak lagi yang lainnya.
Edjoe mengakhiri sesi tur di museum ini di area "Healthcare" lantai atas. Tak berlebihan jika perjalanannya merujuk pada peningkatan kehidupan di masyarakat. Karena "pijar" Philips bukan hadir untuk sementara, namun Philips hadir untuk terus tetap bersinar terang.

(Salah satu besutan Philips dalam pionir alat kesehatan di tahun 1898 yatu alat X-ray research atau Röntgenonderzoek. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
(Museum Philips. Video: Dok. Instagram Philips Museum/@philipsmuseum)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Seperti kebanyakan orang Indonesia (dari 10 orang yang saya tanyakan hampir lebih dari separuhnya-tahu Philips soal lampu/bola lampu)-yang kebanyakan tahu brand Philips adalah penghasil bola lampu, tak berlebihan jika saat ini saya paparkan mengenai Philips-sejak masa lampaunya, sekarang, serta masa depan. Dan juga termasuk langkah besar Philips dalam dunia medis.
Yes, enggak salah dengar. Philips juga memproduksi alat kesehatan. Kamu bisa membaca selengkapnya di "Philips' Innovation Supports the Most Challenging of Neurovascular Patients".
Perusahaan ini berhasil menciptakan alat "Sistem Terapi Terpandu Gambar terbaru" yang mampu membantu para medis untuk membuat keputusan yang tepat dengan lebih cepat, merawat lebih banyak pasien, dan mencapai hasil yang lebih baik, sistem intervensi baru ini menghadirkan pencitraan 2D dan 3D yang ditingkatkan serta fleksibilitas posisi detektor sinar-X.
Well, kita kembali ke Philips Museum, di mana sejarah, edukasi, inspirasi berada di pusat kota Eindhoven, Belanda. Jadi, siapkan sabuk yang kencang, kali ini Medcom.id atas inisiasi Philips, mengajak kamu berjalan-jalan langsung ke Eindhoven, Belanda. So, buckle up!
Memasuki Museum Philips

(Edjoe Osinski menjadi gastheer/pemandu kami selama berkeliling di dalam Museum Philips. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Ada salah satu sudut di museum ini yang membuat saya tersadar dalam hidup. Saat memasuki sebuah instalasi serba gelap, Edjoe Osinski selaku gastheer/pemandu, memvisualkan kehidupan ratusan tahun yang lalu-yang dikelilingi oleh gelap saat senja mulai datang.
Gelap, hitam, remang. Kamu akan tersadar, sebuah cahaya begitu luar biasa berarti. Seperti kegelapan yang mungkin mengajak saya menemui titik terendah dalam hidup saya. Mau apa?? Tanya hati ini. Langkah kaki tak dapat berjalan jauh. Indra penglihatan pun juga terbatas.
Bahkan Edjoe menjelaskan lebih detail pada sebuah lukisan yang menggambarkan wajah sebuah keluarga yang sedang makan malam dengan lampu petromak yang nyalanya menghasilkan asap hitam. Edjoe bilang, "Kamu bisa melihat residu hitam di wajah-wajah mereka karena lampu itu."
Tertulis, "It all begins with light." Bagaimana tidak, terang saat ini salah satunya bermula dari Gerard Philips yang memproduksi bola lampu pertamanya pada 15 Mei tahun 1891. Sudah 134 tahun, Philips turut menyinari dunia ini.
Tak berlebihan saat ingin menyampaikan terima kasih yang luar biasa bagi para pendiri Philips semuanya. Karena cahaya memberikan terang. Dan setiap cahaya yang ada, menghadirkan harapan. Tumbangnya kegelapan yang pernah mengintai, kini tergantikan dengan terang. Tak hanya menerangi fisik, tapi juga jiwa. Philips 'menyala' memberi makna.
Di pabrik tua

(Pabrik tua, lantai pabrik asli di mana pengunjung dapat melihat bagaimana bola lampu Philips pertama dibuat. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Kembali ke tahun 1891 dan menyaksikan bagaimana bola lampu pertama dibuat, museum ini adalah tempat pertama kali bola lampu dari Gerard Philips dibuat. Dalam sebuah eksibisi yang dipagari, kamu bisa melihat lokasi Gerard Philips membuat lampu untuk pertama kali dalam hidupnya.
Berjajar beberapa bola lampu kaca dan benang-benang tipis yang menyatukan antara filamen tungsten di dalamnya. Inti bola lampu yang terbuat dari kawat logam, seperti tungsten atau wolfram digulung lalu memancarkan cahaya ketika dipanaskan oleh arus listrik.
Jika kembali pada abad ke-19 dan melihat cahaya terang untuk pertama kalinya, mungkin saya bisa menangis. Karena tak ada lagi kerumitan hidup berkat pancaran terang. Tak ada rasa takut berkat sinar. Seperti kata Desmond Mpilo Tutu, seorang Teolog asal Afrika Selatan, "Harapan adalah mampu melihat bahwa ada cahaya, meskipun semua gelap."
Ragam pameran

(Area gelap yang menggambarkan era belum terciptanya bola lampu. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Di dalam museum ini, ada beberapa tempat eksibisi. Menampilkan berbagai pameran permanen dan sementara, antara lain:
1. Pabrik tua
Lantai pabrik asli di mana kamu dapat melihat bagaimana bola lampu Philips pertama dibuat.
2. Pameran permanen
Masa lalu, masa kini, dan masa depan sebuah perusahaan global. Pameran yang memamerkan penemuan inovatif Philips dan pengaruhnya terhadap masyarakat, mulai dari tabung sinar-X pertama hingga perangkat pencitraan medis modern.
3. Kekuatan otak
Unik di kawasan ini. Melalui berbagai pameran museum interaktif, kamu dapat merasakan dan berinteraksi dengan AI. Dalam pameran ini, kamu bisa memelajari arti AI dalam kehidupan sehari-hari dan dalam layanan kesehatan.
Pameran brAInpower tidak hanya menjadi kesaksian masa lalu kita, namun juga sebagai jendela menuju masa depan. brAInpower adalah pengalaman interaktif, dengan pameran langsung yang memungkinkan pengunjung bereksperimen dengan teknologi Philips dan memahami fungsinya.
4. Pameran sementara
Pameran PSV: tentang PSV, Philips dan kota Eindhoven. Pameran sementara lainnya adalah pameran Gerard Philips, yang membahas tentang pendiri, inspirator, dan inovator Gerard Philips.
Apa saja yang menarik di Museum Philips?

(TV, radio besutan Philips yang mungkin pernah jadi barang kesayangan nenek atau kakek kamu. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
Beberapa fakta menarik disajikan dalam museum ini. Berawal dari perjalanan Philips yang didirikan di Eindhoven pada 1891 oleh Gerard Philips dan ayahnya, Frederik Philips, pertama kali hingga dapat membuat pabrik besar dan rumah-rumah bagi para pekerjanya. Semua terlukis dalam gambar di awal memasuki museum.
Bermula dari lampu listrik, kemudian radio, televisi dan awal era digital, termasuk alat kesehatan. Ya, X-ray research diciptakan oleh Philips pada 1898, bernama Röntgenonderzoek. Dalam keterangan gambarnya dijelaskan abad 19 tersebut merupakan penemuan spektakuler mengubah kehidupan secara radikal.
Melompat pada abad ke-20, tahun 1982 pastinya buat kamu anak kelahiran 80-an familier dengan compact disc. Enggak keren dulu kalau enggak beli musik yang jenisnya diputar dengan CD. Era ini jadi saingan kaset dalam memutar musik.
Zaman 90-an salah satu kejayaan musik dalam balutan compact disc berkat dua pionir penciptanya yaitu Philips dan Sony. Dan di tahun 1998 Philips menciptakan Ultrasound Diagnostic imaging portofolio dengan akuisisi ATL.
Lebih jauh lagi, Philips juga memproduksi CT scan. Sejak 1977 Philips menjadi pelopor dari berbagai jenis scanner dan pengembangan MRI. Dengan hasil gambar yang terus lebih jelas dan lebih terang, memungkinkan medis bekerja lebih presisi dan lebih tepat. Dan jika saat ini kamu terbiasa bekerja dengan laptop serta komputer, Philips juga menjadi salah satu penciptanya yaitu, Philips Microcomputer P2000.
Lalu, seperti kamu ketahui, Philips pun memiliki ratusan jenis ciptaan lainnya yang sering kamu temui sehari-hari. Sound system, sikat gigi elektrik, alat cukur kumis, alat bantu dengar, blender, steamer, alat penatas rambut, hair dryer, sampai beragam keperluan si kecil misalnya Avent pompa ASI dan masih banyak lagi yang lainnya.
Edjoe mengakhiri sesi tur di museum ini di area "Healthcare" lantai atas. Tak berlebihan jika perjalanannya merujuk pada peningkatan kehidupan di masyarakat. Karena "pijar" Philips bukan hadir untuk sementara, namun Philips hadir untuk terus tetap bersinar terang.
Fun fact seputar Museum Philips

(Salah satu besutan Philips dalam pionir alat kesehatan di tahun 1898 yatu alat X-ray research atau Röntgenonderzoek. Foto: Dok. Medcom.id/Yatin Suleha)
- 1. Tahun 2024, museum ini telah didatangi lebih dari 90 ribu orang
- 2. Museum Philips jadi salah satu museum terbesar di area Eindhoven
- 3. Kamu bisa berkeliling dengan atau tanpa tour guide. Dan tersedia lima bahasa untuk membantu kamu memahami informasi di museum ini, yaitu Bahasa Belanda, Inggris, Prancis, Jerman dan China
- 4. Luas museum ini sekitar 1.500 square meter
- 5. Jam buka museum Selasa sampai Minggu, 11:00 pagi - 5:00 sore (Senin tutup)
- 6. Harga tiket dewasa EUR12.50 EUR = Rp213.630
- 7. Harga tiket anak 4-17, pelajar dan lansia EUR6 = Rp102.949
- 8. Anak di bawah 4 tahun gratis (free)
- 9. Lokasi museum: Emmasingel 31, 5611 AZ Eindhoven, Belanda
(Museum Philips. Video: Dok. Instagram Philips Museum/@philipsmuseum)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)