KULINER

Jarang Diketahui! Ini Fakta Buah Kerben, Beri Asli Indonesia

Raka Lestari
Jumat 15 Oktober 2021 / 10:00
Jakarta: Di antara begitu banyaknya buah lokal Indonesia, ada satu buah sejenis beri yang belum banyak dikenal orang yaitu kerben. Buah ini tumbuh sangat subur di daratan tinggi dengan hawa yang sejuk. Jika sekilas tampak seperti stroberi, tetapi sebenarnya kerben berukuran lebih kecil dan rasanya pun lebih manis. 

Selain itu, ada sejumlah fakta mengenai buah kerben yang mungkin belum banyak diketahui, di antaranya:
 

1. Tumbuh liar di kawasan pegunungan

Tak perlu perawatan khusus, tanaman kerben tumbuh secara liar di kawasan pegunungan, tepatnya di ketinggian lebih dari 1300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Menurut Sukmareni, Koordinator Divisi Komunikasi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsim sebenarnya kerben banyak di temukan di daerah Jambi, Lembang, dan Bandung yang  biasanya dipasarkan bersama dengan stroberi.

Tanamannya berupa perdu dengan banyak duri di bagian batangnya, berbeda dari tanaman stroberi yang tidak memiliki batang kokoh. Karena memang tumbuh liar, tanaman ini tidak memerlukan perawatan khusus. Sering kali kerben ditemukan di pekarangan rumah warga.

Ketika buahnya tidak dimakan karena begitu berlimpah, maka saat buahnya jatuh dari pohon, bijinya akan tumbuh menjadi bibit baru, sehingga kebun belukar kerben menjadi rimbun. Menariknya, buah ini tidak mengenal musim. Tanamannya bisa berbuah sepanjang tahun.
 

2. Perpaduan antara stroberi dan raspberi

Kalau melihat buahnya, kerben seperti persilangan antara stroberi dan raspberi. Bentuknya seperti stroberi, tapi warnanya merah menyala seperti raspberi. “Hanya saja, teksturnya lebih lembut daripada stroberi. 

Ukurannya juga lebih kecil. Buah yang sudah matang sempurna dengan warna merah menyala rasanya manis dengan sedikit asam. Ada bagian lembut berwarna putih di bagian tengah buah. Ini yang tidak ditemukan pada stroberi,” kata Reni.


(Kerben tumbuh dengan liar dan tanpa perawatan khusus juga berupa perdu dengan banyak duri di bagian batangnya. Foto: Dok. KKI WARSI)


3. Selai tanpa pengawet kimia

Kerben mulai banyak dimanfaatkan oleh penduduk desa sebagai bahan pembuatan selai. Meski tanpa pengawet kimia sama sekali, jika dikemas dengan wadah kedap udara, selai kerben bisa disimpan selama dua minggu. 

Dengan syarat, kemasannya tidak dibuka, sehingga tidak terkontaminasi oleh bakteri. “Kami hanya menggunakan tambahan gula, garam, dan perasan lemon sebagai penguat rasa. Bahan-bahan ini juga berperan sebagai pengawet alami,” jelas Reni.
 

4. Punya nilai ekonomi dan ekologi

Produksi selai di Desa Suko Pangkat digawangi oleh ibu-ibu muda yang tergabung dalam KUPS Suko Suka. Selai ini mampu memberi tambahan penghasilan kepada keluarga pengelola hutan di Suko Pangkat, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Jambi. “Sumber ekonomi alternatif ini juga pada akhirnya membantu mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan,” tutup Reni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(yyy)

MOST SEARCH