FITNESS & HEALTH
Jangan Balas Dendam! Kemenkes Ingatkan untuk Tetap Batasi Gula, Garam, Lemak saat Puasa
Aulia Putriningtias
Rabu 05 Maret 2025 / 13:34
Jakarta: Saat berbuka puasa, kita cenderung berbalas dendam ingin mengonsumsi makanan yang sangat banyak dan tidak melihat nutrisinya. Hal terpenting adalah kita kenyang karena menahan rasa lapar dan haus. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau untuk tidak balas dendam, loh!
Kemenkes menyebutkan bahwa budaya masyarakat Indonesia mengonsumsi tingginya gula, garam, dan lemak (GGL) saat puasa sangat merugikan tubuh dan juga menjadi tantangan kesehatan Indonesia. Hal ini dipaparkan langsung oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi.
“Budaya-budaya (makan manis) dalam masyarakat, kalau kita tidak tahu (bahayanya) itu bisa berpotensi untuk kemudian terjadinya kondisi-kondisi daripada penyakit tidak menular,” ungkap dr. Nadia dalam temu media bersama Nutrifood: Pahami Bahan Tambahan Pangan yang Aman Pada Makanan Kemasan untuk Cegah Obesitas’ di Jakarta, Selasa, 4 Maret 2025.
Dokter Nadia mengatakan bahwa masyarakat tetap bisa mengonsumsi makanan manis. Namun, tetap perlu diperhatikan anjurannya bahwa ada batasan tertentu dalam mengonsumsi GGL. Untuk gula sendiri, Nadia mengatakan batas maksimum adalah 50 gram per hari atau setara empat sendok makan.
Baca juga: Suka Minum Kopi? Yuk Terapkan Tanpa Gula dan Dapat 5 Khasiat Ini
Untuk batasan garam, dr. Nadia mengimbau hanya mengonsumsi satu sendok teh gram per hari. Sedangkan untuk lemak, sebaiknya mengonsumsi sekitar lima sendok makan minyak per hari saja. Namun, dr. Nadia mengatakan karena momen puasa, seringkali orang-orang asal-asalan dalam menyajikan menu sahur dan berbuka puasa.

Temu media bersama Nutrifood: Pahami Bahan Tambahan Pangan yang Aman Pada Makanan Kemasan untuk Cegah Obesitas. Dok. Aulia/Medcom
“Jadi tetap bahwa kita selalu walaupun kita berpuasa, sesuai dengan kebutuhan kalori kita, tetap kendalikan gula garam lemak kita, karena bukan berarti bahwa kita berpuasa itu, kemudian kita harus memenuhi kebutuhan dan gizi kita 2 kali lipat lebih banyak atau berlebihan,” jelasnya.
Dokter Nadia juga menyoroti berbagai minuman untuk berbuka puasa yang banyak dijual di berbagai tempat. Menurutnya, dibandingkan untuk mengonsumsi minuman manis yang tidak dijelaskan berapa takaran gulanya, sebaiknya mencukupi asupan air mineral untuk menghidrasi tubuh.
“Kalau dia puasa kadang orang jadi suka minumnya cuma dua gelas kan? kadang-kadang minumnya, padahal harusnya tetap kita beri asupan cairan setelah berbuka puasa,” kata dr. Nadia.
Jika kamu merasa air mineral tidak cukup untuk menghilangkan rasa dahaga, dapat beralih ke minuman elektrolit yang sehat tanpa tambahan gula. Salah satunya adalah air kelapa, yang mengandung elektrolit dan juga manis tanpa tambahan gula sama sekali. Ini baik untuk tubuh, dibandingkan kamu mengonsumsi minuman-minuman manis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Kemenkes menyebutkan bahwa budaya masyarakat Indonesia mengonsumsi tingginya gula, garam, dan lemak (GGL) saat puasa sangat merugikan tubuh dan juga menjadi tantangan kesehatan Indonesia. Hal ini dipaparkan langsung oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi.
“Budaya-budaya (makan manis) dalam masyarakat, kalau kita tidak tahu (bahayanya) itu bisa berpotensi untuk kemudian terjadinya kondisi-kondisi daripada penyakit tidak menular,” ungkap dr. Nadia dalam temu media bersama Nutrifood: Pahami Bahan Tambahan Pangan yang Aman Pada Makanan Kemasan untuk Cegah Obesitas’ di Jakarta, Selasa, 4 Maret 2025.
Dokter Nadia mengatakan bahwa masyarakat tetap bisa mengonsumsi makanan manis. Namun, tetap perlu diperhatikan anjurannya bahwa ada batasan tertentu dalam mengonsumsi GGL. Untuk gula sendiri, Nadia mengatakan batas maksimum adalah 50 gram per hari atau setara empat sendok makan.
Baca juga: Suka Minum Kopi? Yuk Terapkan Tanpa Gula dan Dapat 5 Khasiat Ini

Temu media bersama Nutrifood: Pahami Bahan Tambahan Pangan yang Aman Pada Makanan Kemasan untuk Cegah Obesitas. Dok. Aulia/Medcom
“Jadi tetap bahwa kita selalu walaupun kita berpuasa, sesuai dengan kebutuhan kalori kita, tetap kendalikan gula garam lemak kita, karena bukan berarti bahwa kita berpuasa itu, kemudian kita harus memenuhi kebutuhan dan gizi kita 2 kali lipat lebih banyak atau berlebihan,” jelasnya.
Dokter Nadia juga menyoroti berbagai minuman untuk berbuka puasa yang banyak dijual di berbagai tempat. Menurutnya, dibandingkan untuk mengonsumsi minuman manis yang tidak dijelaskan berapa takaran gulanya, sebaiknya mencukupi asupan air mineral untuk menghidrasi tubuh.
“Kalau dia puasa kadang orang jadi suka minumnya cuma dua gelas kan? kadang-kadang minumnya, padahal harusnya tetap kita beri asupan cairan setelah berbuka puasa,” kata dr. Nadia.
Jika kamu merasa air mineral tidak cukup untuk menghilangkan rasa dahaga, dapat beralih ke minuman elektrolit yang sehat tanpa tambahan gula. Salah satunya adalah air kelapa, yang mengandung elektrolit dan juga manis tanpa tambahan gula sama sekali. Ini baik untuk tubuh, dibandingkan kamu mengonsumsi minuman-minuman manis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)