FITNESS & HEALTH

Mikroplastik di Air Hujan, Birkom Kemenkes: 'Fenomena Perlu Diwaspadai, Bukan Ditakuti'

Yatin Suleha
Kamis 30 Oktober 2025 / 18:35
Jakarta: Satu generasi setelah hujan asam sebagian besar dihilangkan, para ilmuwan mengatakan hujan kini membawa sesuatu yang bahkan lebih berbahaya - ya, mikroplastik.

Mikroplastik kini ditemukan tak hanya di laut atau makanan, tapi juga di air hujan. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan, partikel plastik berukuran sangat kecil itu telah terbawa angin dan turun bersama air hujan di wilayah Jakarta.

Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter hingga satu mikrometer. Karena ukurannya yang sangat kecil dan sulit terurai, partikel ini bisa bertahan lama di lingkungan serta berpindah dari udara ke tanah, hingga ke air.
   

2 jenis mikroplastik


Secara umum, mikroplastik terbagi dua jenis. 


(“Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan. Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan RI, Aji Muhawarman. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)

1. Mikroplastik primer: Yakni partikel yang sejak awal berukuran kecil seperti microbeads dalam produk kosmetik dan pembersih.

2. Mikroplastik sekunder: Yang berasal dari pecahan plastik berukuran besar seperti kantong plastik, botol minum, atau jaring nelayan.

Temuan BRIN ini menunjukkan mikroplastik sudah menjadi bagian dari siklus lingkungan. 

Plastik yang hancur di darat atau laut bisa terangkat angin, terbawa ke atmosfer, lalu turun kembali bersama hujan.
 

2 jalur paparan mikroplastik


Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan RI, Aji Muhawarman, menegaskan bahwa keberadaan mikroplastik di air hujan tidak berarti air hujan berbahaya langsung bagi kesehatan.

“Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita,” ujar Aji.

Menurut berbagai penelitian, manusia dapat terpapar mikroplastik lewat dua jalur utama — melalui makanan dan minuman (seperti garam, seafood, dan air minum dalam kemasan) serta melalui udara, karena serat sintetis dari pakaian atau debu perkotaan dapat terhirup.

Beberapa studi menunjukkan paparan jangka panjang dalam jumlah besar dapat berpotensi memicu peradangan jaringan tubuh. 

Bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates yang menempel di mikroplastik juga dapat mengganggu sistem hormon, reproduksi, dan perkembangan janin.

Meski begitu, para ahli menegaskan hingga kini belum ada bukti ilmiah kuat bahwa mikroplastik secara langsung menyebabkan penyakit tertentu. Tingkat paparannya pada populasi umum masih rendah dan terus menjadi fokus penelitian.

Sebagai langkah pencegahan, Aji mengimbau masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menjaga kebersihan rumah, serta tidak membakar sampah plastik.

“Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan. Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik,” tambahnya.
 
Masyarakat juga disarankan membawa botol minum isi ulang, menggunakan tas belanja non-plastik, serta ikut memilah sampah. 

Langkah kecil ini penting untuk menekan jumlah plastik di lingkungan dan mencegah terbentuknya lebih banyak mikroplastik di masa depan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH